Pemerintah Kabupaten Bantul
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2009 Kabupaten Bantul I-41
Adapun yang merupakan unsur kelemahan yaitu: a. Tingginya angka kemiskinan dan pengangguran;
b. Rendahnya kemampuan keuangan daerah; c. Kurangnya profesionalisme dan proporsi aparatur pemerintah daerah;
d. Kualitas sarana dan prasarana publik yang belum memadai; e. Belum optimalnya penerapan e-government;
f. Adanya indikasi penurunan kualitas lingkungan.
Sedangkan berdasarkan analisis lingkungan eksternal ALE, yang
merupakan unsur peluang adalah: a. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Undang-undang
Nomor 17 tahun 2004 tentang Keuangan Negara; b. Adanya tawaran kerjasamakemitraan dari pihak ketiga baik dalam
negeri maupun luar negeri pemerintah, investor, universitas, LSM, dan masyarakat luas;
c. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi; d. Kebijakan Pemerintah Provinsi untuk mengembangkan DIY sebagai
pusat pendidikan, budaya, dan tujuan wisata yang selaras dengan potensi wilayah Kabupaten Bantul.
Yang merupakan unsur ancaman adalah: Adanya egoisme sektoral;
Dampak krisis multi dimensional yang berkepanjangan; Lemahnya koordinasi antar wilayah;
Persaingan global, tenaga ahli, dan teknologi; Persaingan kebijakan pengembangan wilayah perumahan, perkotaan,
kelautan, jasa, dan perdagangan.
2. Faktor-faktor Penentu Keberhasilan
Ada tiga hal mendasar yang menjadi kata kunci keberhasilan pelaksanaan RPJMD, yaitu: pertama sharing of power pembagian
kewenangan, kedua distribution of income pemerataan pendapatan, dan ketiga empowerment
pemberdayaan dan partisipasi.
Pemerintah Kabupaten Bantul
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2009 Kabupaten Bantul I-42
Pembangunan yang selama ini dilakukan oleh pemerintah sebagai motor penggerak utama harus diubah karena paradigma semacam itu
terbukti menciptakan pola pembangunan yang sentralistis serta menciptakan ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah. Di samping itu juga
mematikan inisiatif dan partisipasi masyarakat. Selanjutnya keberpihakan pemerintah daerah terhadap masyarakat
berpenghasilan rendah miskin ditempuh melalui pemerataan pendapatan yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pembangunan yang
secara langsung dapat dimanfaatkan oleh kelompok sasaran. Dengan bercermin pada kelemahan pola pembangunan sentralistis
tersebut di atas maka dirasakan perlu untuk menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan melalui pemberdayaan masyarakat
dengan pendekatan manajemen yang berbasis kebutuhan masyarakat community-based management approach untuk mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam mencukupi kebutuhannya sendiri community self help. Dengan konsep ini bukan berarti bahwa pemerintah melepaskan
tanggungjawabnya tetapi lebih bergeser perannya sebagai fasilitator pembangunan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kunci keberhasilan proses pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bantul adalah:
a. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah; b. Adanya pemerintahan yang baik good governance yang ditandai dengan
peningkatan kualitas sumberdaya manusia aparat dan masyarakat, terwujudnya
pemerintahan yang
transparan, dapat
dipertanggungjawabkan akuntabel, efektif-efisien, dan terselenggaranya pelayanan prima masyarakat.
3. Langkah-langkah Strategis