dengan  mengidentifikasi,  mengkaji  dan  mendeskripsikan  fungsi  dan  hubungan antarunsur  intrinsik  fiksi  yang  bersangkutan.  Mula-mula  diidentifikasikan  dan
dideskripsikan,  misalnya,  bagaimana  keadaan  peristiwa-peristiwa,  plot,  tokoh dan  penokohan,  latar,  sudut  pandang,  dan  lain-lain.  Setelah  dicoba  jelaskan
bagaimana  fungsi-fungsi  tiap-tiap  unsur  itu  dalam  menunjang  makna keseluruhannya,  dan  bagaimana  hubungan  antarunsur  itu  sehingga  secara
bersama-sama  membentuk  suatu  totalitas  kemaknaan  yang  padu.  Misalnya, bagaimana  hubungan  antarperistiwa  yang  satu  dengan  yang  lain,  kaitannya
dengan  tokoh  dan  penokohan,  dengan  latar  dan  sebagainya.
4
Dengan  demikian, pada  dasarnya  analisis  struktural  bertujuan  memaparkan  secermat  mungkin
fungsi  dan  keterkaitan  antarberbagai  unsur  karya  sastra  yang  secara  bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan
5
Di  dalam  kajian  struktural,  kita  akan  menemui  unsur-unsur  intrinsik seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa.
Unsur-unsur  ini  saling  berkaitan  dan  menjalin  sebuah  keutuhan  dalam  cerita. Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai unsur intrinsik dalam novel.
1. Tema
Pada dasarnya, tema itu merupakan suatu ide pokok. Tema itu merupakan pikiran atau masalah ide pengarang yang perlu dijabarkan dalam sebuah kalimat
sehingga jelas maknanya karena di dalam sebuah cerita terdapat suatu bayangan mengenai  pandangan  hidup  atau  citra  pengarang  sebagai  cara  untuk
memperlihatkan  sebuah  masalah.  Masalah  itu  dapat  berwujud  tentang  apa  saja yang  sesuai  dengan  kehendak  pengarang.  Tema  theme  menurut  Stanton  dan
Kenny,  adalah  makna  yang  dikandung  oleh  sebuah  cerita.  Di  samping  itu,  dari tema  dapat  diketahui  adanya  nilai  khusus  atau  nilai  yang  bersifat  umum.
Oemarjati memperjelas batasan tema dalam sebuah cerita sebagai berikut. Tema adalah persoalan yang telah berhasil menduduki tempat yang khas
dalam  pemikiran  pengarang  dengan  visi,  pengetahuan,  imajinasi,  dan  emosinya
4
Nurgiyantoro, Op. cit., h. 37.
5
Ibid., h. 37.
menjurus  pada  suatu  penyelesaian.  Jadi  dalam  tema,  terimplisit  tujuan  cerita, tetapi bukan tujuan itu sendiri.
Oemarjati berpendapat bahwa di dalam tema terdapat tujuan cerita secara implisit.  Hal  itu  berarti  bahwa  tema  itu  dinyatakan  masih  dalam  keadaan  yang
samar-samar itu perlu dicari maknanya dalam suatu penelitian.
6
Dari  beberapa  pengertian  di  atas,  dapat  disimpulkan  bahwa  tema  adalah dasar ide  cerita  yang secara implisit maupun eksplisit terkandung dalam sebuah
novel.  Tema  sebuah  novel  bisa  diketahui  dengan  membaca  atau  meneliti  novel tersebut dengan saksama karena sifat tema itu sendiri yang tidak secara gamblang
tertulis dalam novel melainkan kita harus menelitinya terlebih dahulu.
2. Tokoh dan Penokohan
Penokohan  dalam  sebuah  karya  sastra  adalah  cara  pengarang  untuk menampilkan  para  tokoh  dengan  wataknya,  yakni  sifat,  sikap,  dan  tingkah
lakunya. Boleh juga dikatakan bahwa penokohan itu merupakan cara pengarang untuk  menampilkan  watak  para  tokoh  di  dalam  sebuah  cerita  karena  tanpa
adanya  tokoh,  sebuah  cerita  tidak  terbentuk.  Bentuk  penokohan  yang  paling sederhana ialah pemberian nama kepada para tokoh di dalam sebuah cerita.
7
Menurut  Jones  dalam  Nurgiyantoro,  penokohan  adalah  pelukisan gambaran  yang  jelas  tentang  seseorang  yang  ditampilkan  dalam  sebuah  cerita.
8
Menurut Abrams, Tokoh cerita character adalah orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas
moral dan kecenderungan tertentu seperti  yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Dari  kutipan  tersebut,  dapat    juga  diketahui  bahwa  antara  seorang  tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal
ini,  khususnya  dari  pandangan  teori  resepsi,  pembacalah  sebenarnya  yang memberi arti semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu
dilakukan  berdasarkan  kata-kata  verbal  dan  tingkah  laku  lain  nonverbal.
6
Ibid, h. 38.
7
Wellek, Warren, Op. cit. h. 187
8
Nurgiyantoro, Op. cit., h. 165.
Pembedaan  antara  tokoh  yang  satu  dengan  yang  lain  lebih  ditentukan  oleh kualitas pribadi daripada dilihat secara fisik.
9
Pada hakikatnya, tokoh dan alur cerita di dalam sebuah karya sastra tidak dapat  dibicarakan  secara  terpisah  karena  kedua  unsur  itu  memunyai  kedudukan
dan  fungsi  yang  sama  dalam  hal  membentuk  sebuah  cerita  memadai.  Sebuah cerita tidak mungkin terbentuk apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Oleh
karena  itu,  antara  unsur  latar,  tokoh,  dan  alur  cerita  saling  berkaitan  dan hubungannya pun sangat erat.
Di dalam sebuah karya sastra, terdapat banyak ragam tokoh, seperti tokoh datar  dan  tokoh  bulat.  Tokoh  datar  ialah  tokoh  yang  berperan  di  dalam  sebuah
cerita  yang  hanya  memunyai  satu  dimensi  sifat.  Tokoh  bulat  ialah  tokoh  yang juga  berperan  di  dalam  sebuah  cerita  yang  yang  memiliki  sifat  lebih  dari  satu
dimensi.
10
Selain  itu,  kita  bisa  memisahkan  antara  tokoh  utama  dan  tokoh sampingan. Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peran paling sentral dalam
cerita  sekaligus  memliki  porsi  yang  paling  banyak  dalam  cerita.  Tokoh sampingan  adalah  tokoh  yang  muncul  dalam  cerita  namun  tidak  memiliki  porsi
yang besar dan cenderung hanya sebagai pelengkap cerita atau lawan dari tokoh utama.  Dalam  penelitian  ini,  tokoh  dan  penokohan  dibagi  menjadi  tokoh  utama
dan tokoh sampingan.
3. Latar
Di  dalam  sebuah  karya  sastra,  latar  merupakan  tempat  peristiwa  sebuah cerita  berlangsung.  Latar  juga  dapat  diartikan  sebagai  waktu  atau  masa
berlangsungnya suatu peristiwa karena latar itu sekaligus merupakan lingkungan yang  dapat  berfungsi  sebagai  metonomia  atau  metafora  untuk  mengekspresikan
para tokoh.
11
Abrams dalam  Nurgiyantoro, mengatakan bahwa latar  atau  setting  yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan
9
Ibid.
10
Wellek, Warren., Op. Cit., h., 288.
11
Ibid., h. 290 —300.