Distribusi Faktor Individu Balita Umur 10-59 Bulan Distribusi Karakteristik Sanitasi Air

2. Gambaran Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan

Hasil penelitian mengenai kejadian diare pada balita diperoleh dari wawancara kepada responden. Variabel kejadian diare pada balita dikategorikan menjadi dua yaitu diare dan tidak diare. Adapun hasil yang diperoleh mengenai kejadian diare pada balita dapat dilihat dari tabel 5.8 berikut. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 bulan Di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013 Kejadian Diare Frekuensi Persentase Diare 23 44,2 Tidak diare 29 55,8 Jumlah 52 100 Berdasarkan tabel 5.4 dari hasil analisis gambaran kejadian diare pada balita, diperoleh bahwa dari 52 balita, 23 balita 44,2 mengalami diare dan 29 balita 55,8 tidak mengalami diare. Dari tabel tersebut terlihat bahwa lebih banyak responden yang balitanya tidak mengalami diare.

3. Distribusi Faktor Individu Balita Umur 10-59 Bulan

Faktor individu balita dalam penelitian ini meliputi umur, pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi campak. Hasil penelitian umur balita, pemberian ASI eksklusif, dan imunisasi campak diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner kepada responden. Distribusi faktor individu balita dapat terlihat pada tabel 5.7 beikut ini. Tabel 5.5 Distribusi Faktor Individu Balita Umur Balita, Pemberian ASI Eksklusif, Dan Imunisasi Campak di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 No. Variabel Kategorik Frekuensi Persentase 1. Umur 10-24 bulan 20 38,5 25-59 bulan 32 61,5 2. Pemberian ASI Eksklusif Tidak 31 59,6 Ya 21 40,4 3. Imunisasi Campak Belum 24 46,2 Sudah 28 53,8 Jumlah 52 100

a. Umur Balita

Variabel umur dalam penelitian ini adalah lama hidup yang dialami oleh balita di Kelurahan Sumurbatu. Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 52 balita, terdapat 20 balita berumur 10-24 bulan 38,5 dan 40 balita berumur 25 – 59 bulan 61,5

b. Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif merupakan ASI yang diberikan kepada bayi selama enam bulan, tanpa menambahkan dengan makanan atau minuman lain. Dari tabel 5.5 diketahui bahwa dari 52 balita, terdapat 31 balita 59,6 yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 21 balita lainnya 40,4 mendapatkan ASI eksklusif.

c. Imunisasi Campak

Imunisasi campak dalam penelitian ini merupakan riwayat imunisasi campak yang diperoleh balita. Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa dari 52 balita, 24 46,2 balita yang berumur ≥ 10 bulan belum mendapatkan imunisasi campak dan 28 53,8 balita yang berumur ≥ 10 bulan lainnya sudah mendapatkan imunisasi campak.

4. Distribusi Karakteristik Sanitasi Air

Diantara faktor yang berhubungan dengan kejadian diare, salah satunya adalah faktor sanitasi air. Di bawah ini akan dijelaskan gambaran distribusi faktor karakteristik sanitasi air yang berhubungan dengan terjadinya diare pada balita di Kelurahan Sumur Batu.

a. Distribusi Kondisi Sarana Air Bersih

Kondisi sarana air bersih dalam penelitian ini merupakan kondisi fisik sarana air bersih di rumah tempat tinggal balita. Di bawah ini adalah gambaran sumber air bersih yang digunakan responden untuk keperluan masak, mencuci, dan lain-lain. Tabel 5.6 Distribusi Balita Menurut Sarana Air Bersih Yang Digunakan di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 Sarana Air Bersih Frekuensi Presentase PDAM 9 17,3 Sumur gali Sumur pompa listrik 43 82,7 Sumur pompa tangan Sungai Jumlah 52 100 Dari tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menggunakan sarana PDAM dan sumur pompa listrik. Berdasarkan tabel di atas dari 52 responden, 9 responden menggunakan sarana air bersih PDAM 17,3 dan 43 responden menggunakan sumur pompa listrik 82,7 sebagai sarana air bersih. Tabel 5.7 Distribusi Balita menurut Kondisi Sarana Air Bersih di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 Kondisi Sarana Air Bersih Frekuensi Persentase Buruk 39 75 Baik 13 25 Jumlah 52 100 Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7, diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki kondisi sarana sanitasi yang buruk yaitu sebanyak 39 75 responden. Sedangkan responden yang memiliki kondisi sarana air bersih yang baik sebanyak 13 25 responden.

b. Distribusi Pengolahan Air Minum

Adapun sumber air minum yang dikonsumsi balita di Kelurahan Sumur Batu sebagai berikut. Tabel 5.8 Distribusi Balita menurut Sumber Air Minum di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 Sumber Air Minum Frekuensi Presentase PDAM 3 5.8 Sumur gali Sumur pompa listrik 21 40.4 Sumur pompa tangan Air isi ulang 24 46.2 Air kemasan 4 7.7 Jumlah 52 100 Berdasarkan tabel 5.8 sumber air minum yang paling banyak digunakan responden adalah air isi ulang sebanyak 24 46,2. Selain itu, dapat diketahui bahwa dari 52 responden terdapat 3 responden yang menggunakan air minum yang bersumber dari PDAM 5,8, 21 responden yang menggunakan air minum yang bersumber dari sumur pompa listrik 40,4, dan 4 responden yang menggunakan air minum yang bersumber dari air kemasan 7,7. Tabel 5.9 Distribusi Sumber Air Minum Sumur dan Isi Ulang Berdasarkan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 Sumber Air Minum Kejadian Diare Diare Tidak diare n n Sumur 6 28,6 15 71,4 Isi Ulang 12 50 12 50 Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang balitanya mengalami diare adalah yang menggunakan sumber air isi ulang. Dari 18 responden, 12 responden 50 yang menggunakan sumber air isi ulang sumur mengalami kejadian diare pada balitanya sedangkan 6 responden 28,6 lainnya yang menggunakan air sumur mengalami kejadian diare pada balitanya masing-masing 12 responden 50 yang menggunakan sumber air isi ulang mengalami kejadian diare. Sedangkan 12 responden lainnya 46,5 yang menggunakan sumber air isi tidak mengalami kejadian diare. Tabel 5.10 Distribusi Balita Menurut Pengolahan Air Minum di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantargebang Tahun 2013 Pengolahan air minum Frekuensi Persentase Tidak mengolah 26 50 Merebus 26 50 Jumlah 52 100 Dari tabel 5.10 dapat diketahui bahwa dari 52 responden terdapat 26 responden 50 yang tidak melakukan pengolahan air minum, sedangkan 26 responden 50 lainnya melakukan pengolahan air minum dengan cara merebusnya.

3. Distribusi E. Coli dalam Air Minum

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2002

1 57 78

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 9 128

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 16 128

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

0 2 7

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 82

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG - UDiNus Repository

0 0 2

HUBUNGAN SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 7