Latar Belakang Hubungan faktor individu dan karakteristik sanitasi air dengan kejadian diare pada BALITA umur 10 – 59 Bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi Tahun 2013

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit berbasis lingkungan masih mendominasi masalah kesehatan di negara berkembang. Penyakit berbasis lingkungan dapat terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi penyakit Achmadi, 2008. Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang menjadi penyebab utama kesakitan dan kematian. Berdasarkan data World Health Organization WHO, diare menempati urutan kelima dalam 10 penyakit penyebab kematian di dunia WHO, 2011. Di Indonesia, penyebaran kasus diare ada di setiap provinsi dan menyebabkan tingginya mortalitas dan mordibitas. Presentase kematian akibat penyakit diare berdasarkan pola penyebab kematian semua umur sebesar 3,5 , sedangkan presentase kematian akibat diare diantara penyakit menular lainnya adalah 13 berada pada urutan ke-empat Kemenkes RI, 2007. Menurut data Subdit diare Depkes RI, hasil survei menunjukkan dari tahun 2000 sampai 2010 tren penyakit diare menunjukkan kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 angka kejadian diare 3011000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 3741000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 4231000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 4111000 penduduk Kemenkes RI, 2011. Selain itu, penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak diatasi lebih lanjut diare akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian. Data terakhir dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi pembunuh nomor satu penyebab kematian berdasarkan umur pada anak balita atau kelompok umur 1-4 tahun Kemenkes RI, 2011. Di sisi lain, wilayah Jawa Barat menunjukkan daerah yang memiliki penyebaran diare yang tinggi terlihat dari data Riskesdas tahun 2007 dengan prevalensi penyakit diare di provinsi ini sebesar 10,2 Kemenkes, 2011. Pada tahun 2010 jumlah kasus diare pada anak menunjukkan 269.483 penderita. Jumlah kasus diare pada anak setiap tahunnya rata-rata di atas 40, hal ini menunjukkan bahwa kasus diare pada anak masih tetap tinggi dibandingkan golongan umur lainnya di Propinsi Jawa Barat . Salah satu kota yang memiliki insiden diare yang besar terjadi di kota Bekasi sebesar 1.965,42 per 1000 penduduk Kemenkes RI, 2010. Berdasarkan data di Puskesmas Bantargebang I Kota Bekasi dari tahun 2006 sampai 2008 dalam sepuluh besar penyakit diare selalu berada di nomor empat. Dari pelaporan itu, kasus diare dari tahun ke tahun juga terus meningkat Puskesmas Bantar Gebang I tahun 2008, dalam Wijayanti, 2009. Dalam data terbaru sepuluh penyakit terbesar tahun 2012 penyakit diare masih dalam posisi ke-empat dengan jumlah penderita 2.689 orang. Selain itu, diantara empat kelurahan yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Bantargebang I, kelurahan Sumur batu memiliki jumlah penderita diare terbanyak yaitu 120 orang Puskesmas Bantargebang I, 2012. Menurut Depkes RI 2003, diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi feses melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar BAB lebih dari biasanya lazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari Sardjana, 2007. Penyakit diare merupakan penyakit kompleks karena berbagai faktor ikut berperan aktif. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan insiden penyakit diare pada balita, diantaranya adalah faktor individu pada balita yang terdiri dari umur balita, pemberian ASI eksklusif serta imunisasi campak dan faktor sanitasi air yang terdiri dari antara lain kondisi SAB, pengolahan air minum, dan keberadaan bakteri Eschericia Coli dalam air minum. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan umur balita dengan kejadian diare Sinthamurniwaty, 2005, pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan kejadian diare Simatupang, 2003, hubungan riwayat imunisasi campak dengan kejadian diare Cahyono, 2003. Di samping itu, penelitian lain juga menyebutkan bahwa ada hubungan kondisi SAB dengan kejadian diare Suhardiman, 2007, pengolahan air minum berhubungan dengan kejadian diare Rosa, 2011, dan hubungan E.Coli dalam air minum kejadian diare Suhardiman, 2007. Daerah kelurahan Sumurbatu termasuk dalam kawasan tempat penanganan akhir sampah yang dikirim dari Bekasi dan Jakarta. TPA ini sangat dekat dengan pemukiman warga dan pemukiman pemulung yang berada si sekitarnya. Menurut Ruspianto 2012, zona 5 TPA Sumurbatu berjarak sekitar 5 meter dari pemukiman warga. Dampak dari sampah jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan gangguan lain seperti perkembangbiakan tikus, lalat dan nyamuk. Seperti kita ketahui hewan-hewan tersebut merupakan vektor yang dapat menularkan penyakit Sukana, 1993. Masalah lainnya adalah sampah yang sering mencemari air baku yang dipakai untuk sumber air minum secara langsung pada pembuangan sampah atau secara tidak langsung melalui leachate Sharma 1987 dalam Johar, 2004 Di daerah Sumurbatu ini memiliki kondisi sarana sanitasi air, terutama akses terhadap pelayanan air bersih dan air minum masih tergolong rendah. Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti, beberapa pemukiman warga dan pemukiman pemulung yang berada di sekitar TPA memiliki sarana sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat. diantaranya adalah, 9 dari 10 responden yang diwawancara memiliki sumber air bersih dengan jarak kurang dari 10 m dari sumber pencemaran tangki septik. Hal ini menunjukkan risiko pencemaran sarana air bersih karena jarak yang disarankan adalah ≥ 10 m. Sebagian besar masyarakat dan pemulung juga berada pada sosial ekonomi menengah ke bawah yang memiliki risiko pencemaran pada sarana sanitasi airnya. Hal tersebut terlihat dari data Puskesmas Bantargebang I menunjukkan hasil inspeksi sanitasi sarana air bersih SAB masih banyak SAB masyarakat yang memiliki tingkat resiko pencemaran rendah. Hal ini menunjukkan kondisi sarana air masih tergolong rendah. Oleh karena itu, penanggulangan dan pencegahan diare sangat diperlukan dengan melakukan pemutusan rantai penularan penyakit diare. Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan faktor individu dan karakteristik sanitasi air terhadap kejadian diare pada balita umur 10-59 bulan di Kelurahan Sumurbatu Kecamatan Bantar Gebang Tahun 2013.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Perilaku Gizi Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kota Bangun Kecamatan Medan Deli Kota Medan Tahun 2002

1 57 78

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 9 128

Hubungan antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian Diare pada Balita di Kelurahan Pisangan Ciputat Timur Bulan Agustus 2010

2 21 84

Hubungan Sarana Sanitasi Air Bersih dan Perilaku Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Umur 10-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Keranggan Kecamatan Setu Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

0 16 128

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

0 2 7

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA PULOSARI KEBAKKRAMAT KECAMATAN Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Pulosari Kebakkramat Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.

0 1 10

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR.

0 0 82

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG - UDiNus Repository

0 0 2

HUBUNGAN SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO

0 1 7