Sertifikat Sebagai Alas Hak Atas Tanah

perjanjian oleh para pihak yang bersangkutan dengan ketentuan bahwa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari penguasa hak atas tanahnya, dalam hal ini persetujuan teriulis dari pemegang hak miliknya atau dari pemegang hak pengelolaannya atau atas tanah negara dengan izin tertulis dari pejabat berwenang. 122

B. Sertifikat Sebagai Alas Hak Atas Tanah

Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah, suatu pengakuan dan penegasan dari negara terhadap penguasaan tanah secara perorangan atau bersama atau badan hukum yang namanya ditulis di dalamnya dan sekaligus menjelaskan lokasi, gambar, ukuran dan bata-batas bidang tanah tersebut. 123 Dalam bahasa Inggris sertifikat hak atas tanah disebut title deed, sedangkan penguasaan hak atas tanah disebut land tenure, pemilikan atas tanah disebut land ownership dan bidang tanah disebut dengan parcel atau plot. 124 Dalam Pasal 1 angka 20 PP No. 24 Tahun 1997 disebutkan bahwa “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”. Dalam Pasal 19 UUPA ditegaskan bahwa “Sertifikat adalah surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat”. 122 Wawancara dengan S. Chandra Koordinator Loket Kantor Pertanahan Kota Medan, tanggal 6 Desember 2007 123 Herman Hermit, Op cit, hal. 29 124 Ibid Husni Adam : Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Kepada Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah Studi Kasus Di Kantor Pertanahan Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Alas pemilikan hak atas tanah yang dijadikan dasar penerbitan sertifikat kepemilikan hak atas tanah di kantor pertanahan merupakan alat bukti yang dapat digunakan sebagai alat pembuktian data yuridis atas kepemilikan atau penguasaan suatu bidang tanah, baik secara tertulis ataupun berdasarkan keterangan saksi. 125 Pembuktian adalah suatu proses bagaimana alat alat bukti dapat dipergunakan, diajukan ataupun dipertahankan dalam hukum acara. Alat-alat bukti adalah suatu hal, barang, dan non barang yang ditentukan oleh undang-undang dapat digunakan untuk memperkuat atau menolak sesuatu dakwaan, tuntutan, atau gugatan. 126 Pada proses pembuktian mengisyaratkan adanya alat bukti hak secara tertulis atau pernyataan tertulis dengan sesuatu title melalui penguasaan tanah secara nyata dan itikad baik yang tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat setempat, kemudian dikuatkan dengan keterangan saksi-saksi sesuai ketentuan Pasal 1866 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang menyatakan bahwa hak dapat dibuktikan melalui : a. alat bukti tertulis; b. alat bukti saksi-saksi, c. alat bukti pengakuan, dan d. alat bukti sumpah. 125 Wawancara dengan S. Chandra Koordinator Loket Kantor Pertanahan Kota Medan, tanggal 6 Desember 20072007 126 Bambang Waluyo, 1996, Sistem Pembuktian Dalam Peradilan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal. 3 Husni Adam : Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Kepada Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah Studi Kasus Di Kantor Pertanahan Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Kewenangan selanjutnya untuk menilai sesuatu alat bukti hak hanya oleh hakim pengadilan berdasarkan kebenaran formil, seluas cakupan pemeriksaan terhadap alat buktinya, sepanjang tidak melampau batas-batas yang diperkarakan, dengan pengertian bahwa dalam mencari kebenaran formil hakim tidak boleh melampaui batas-batas yang diperkarakan, dengan demikian hakim tidak melihat kepada bobot atau isi, melainkan melihat kepada luas cakupan pemeriksaannya. 127 Berdasarkan ketentuan Pasal 1865 KUH Perdata bahwa alat bukti hak dapat digunakan untuk : a. mendalilkan kepunyaan suatu hak; b. meneguhkan kepunyaan hak sendiri; c. membantah kepunyaan hak orang lain; d. menunjukkan kepunyaan hak atas suatu peristiwa hukum. 128 Dalam Peraturan Menteri Negara AgrariaKepala Badan Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1997 ditentukan alat bukti hak atas tanah sebagai berikut : 129 Pasal 59 : Untuk keperluan penelitian data yuridis bidang-bidang tanah dikumpulkan alat-alat bukti mengenai kepemilikan atau penguasaan tanah, baik bukti tertulis maupun bukti tidak tertulis berupa keterangan saksi dan atau keterangan yang bersangkutan yang ditunjukkan oleh pemegang hak atas tanah atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan kepada Panitia Ajudikasi. Pasal 67 : Berdasarkan alat bukti sesuai dimaksud dalam Pasal 23 PP No. 24 Tahun 1997, penegasan konversi dan pengakuan hak sesuai dimaksud dalam Pasa165 dan penetapan pemberian hak sesuai 127 Ibid, hal. 4 128 S. Chandra, Op cit, hal. 15 129 Ibid Husni Adam : Perlindungan Hukum Yang Diberikan Oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah Kepada Pemegang Sertifikat Hak Atas Tanah Studi Kasus Di Kantor Pertanahan Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 dimaksud dalam Pasal 66 hak-hak atas tanah, hak pengelolaan dan tanah wakaf yang bersangkutan dibukukan dalam buku tanah. Sertifikat tanah merupakan alat pembuktian kepemilikan atas tanah, baik itu sebagai pembuktian hak baru atas tanah maupun pembuktian hak lama atas tanah.

1. Pembuktian hak baru atas tanah