Tahap Perkembangan Remaja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja

39 tingkat orang-orang yang lebih tua melainan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat dewasa mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial, yang kenyataannya merupak ciri khas dari periode perkembangan ini Hurlock, 1980 : 206. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu: 1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki. 2. Menurut Undanng Undang No.4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah. 3. Menurut Undang Undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal. 4. Menurut Undang Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila sudah matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki. 5. Menurut Departemen Pendidikan Nasional anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai saat lulus Sekolah Menengah. 6. Menurut WHO remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun

2.2.5.2 Tahap Perkembangan Remaja

Secara umum tahap perkembangan remaja dibagi 3 bagian yaitu sebagai berikut : 1. Remaja awal, 12-15 tahun early adolesccence Pada masa ini individu mulai meninggalkan peran sebagai anak – anak dan berusaha untuk mengembangkan diri sebagai individu yang unik dan tidak Universitas Sumatera Utara 40 tergantung pada orang tua. Fokus dari tahap ini adalah penerimaan terhadap bentuk dan kondisi fisik serta adanya konformitas yang kuat dari teman sebaya. 2. Remaja Pertengahan, 15-18 tahun middle adolescence Masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berpikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri self-directed. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas dan membuat keputusan – keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan lawan jenis menjadi penting bagi individu. 2. Masa Remaja Akhir, 18-22 Tahun late adolescence Masa ini ditandai dengan persiapan masa akhir untuk memasuki peran- peran orang dewasa. Selama periode ini remaja berusaha menetapkan tujuan vokasional dan mengembangkan sense of personal identity. Keinginan yang kuat untuk menjadi matang dan diterima dalam kelompok teman dan orang dewasa menjadi tahap ini.

2.2.5.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja

Secara Psikologis usia remaja merupakan umur yang dianggap “gawat”, oleh karena yang bersangkutan sedang mencari identitasnya, untuk keperluan mana harus tersedia tokoh-tokoh ideal yang perilakunya terpuji. Pertama-tama ia akan terpaling pada lingkungan yang terdekat dengannya, yakni orang tua, saudara-saudaranya dan mungkin juga kerabat dekatnya. Apabila idealismenya tidak terpenuhi oleh lingkungan terdekatnya, maka ia akan berpaling ke lingkungan lain. Oleh karena itu, maka lingkungan terdekat itu senantiasa harus siap untuk membantu remaja tersebut. Remaja lebih banyak memerlukan pengertian daripada sekedar pengetahuan saja. Pola hubungan antar manusia disebut dengan interaksi sosial, remaja merupakan salah satu pihak, di samping adanya pihak-pihak lain misalnya orang tua, kerabat, teman dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 41 Pihak-pihak tersebut saling pengaruh-mempengaruhi, sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian tertentu sebagai akibatnya Soekanto, 1992:69. Bila berhadapan dengan seorang remaja yang dinilai atau dicap nakal antara lain karena terjerumus dalam perilaku yang tidak baik, maka lingkungan disekitarnya akan dirangsang utnuk mengetahui lebih lanjut, apakah perbuatan seorang remaja tersebut sebagai reaksi ataukah sebagai akibat. Perbuatan sebagai reaksi atau sebagai akibat, menunjukkan ada faktor yang mendasari munculnya suatu perilaku tertentu, yakni ada sumbernya. Untuk mengubah suatu perilaku, termasuk perilaku yang tidak dikehendaki, perlu memahami sumber dan penyebabnya Gunarsah, 2000:182. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja adalah, sebagai berikut : 1. Faktor Pribadi Setiap anak berkepribadian khusus. Keadaan khusus pada anak, bisa menjadi sumber munculnya berbagai perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi, potensi, bakat atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan atau perangsangan dari lingkungan menjadi aktual, muncul atau berfungsi. Seorang remaja bisa memperlihatkan perilaku yang tampil sebagai pelarian-pelarian karena ia mengalami kesulitan yang disebabkan oleh tuntutan atau tekanan yang berasal dari orang tua serta kekecewaan atas tidak tercapainya keinginannya. 2. Faktor Keluarga Keluarga dalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang perannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal perkembangannya yang menjadi alasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya. Lingkungan keluarga mempunyai peran besar karena secara langsung maupun tidak langsung berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan perangsangan stimulasi melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dan anak. Tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhan-sentuhan halus, kesemuanya adalah sumber-sumber rangsangan untuk membentuk sesuatu pada Universitas Sumatera Utara 42 kepribadiannya. Lingkungan keluarga acapkali disebut sebagai pendidikan informal yang mempengaruhi berbagai aspek perkembangan anak. Gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan oleh seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya, jelasnya apa yang dialami lingkungan keluarganya. Buruk yang dialami dalam keluarga akan buruk pula yang diperlihatkan terhadap lingkungannya. Perilaku negatif yang dialami dalam keluarga. Hubungan antrapribadi dalam keluarga, yang meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting munculnya perilaku seorang remaja. Agar terjamin hubungan yag baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua utnuk membina hubugan yang serasi dan harmonis antara semua pihak keluarga. Namun tentunya terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah hubungan yang baik antara suami istri. 3. Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial dengan berbagai ciri khususnya memegang peranan besar terhadap munculnya dan gambaran kepribadian seorang remaja. Apalagi kalau tidak didukung oleh kemantapan dari kepribadian dasar yang terbentuk dalam keluarga. Kesenjangan antara norma, ukuran, patokan dalam keluarga dengan lingkungannya perlu diperkecil agar tidak timbul keadaan timpang atau serba tidak menentu, suatu kondisi yang memudahkan munculnya perilaku tanpa kendali, yakni penyimpangan dari berbagai aturan yang ada. Keguncangan memang mudah timbul karena kita berhadapan dengan berbagai perubahan yang ada dalam masyarakat. Dalam kenyataannya, pola kehidupan dalam keluarga dan masyarakat dewasa ini, jauh berbeda dibandingkan dengan kehidupan beberapa puluhtahun yang lalu. Terjadi berbagai pergeseran nilai dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Bertambahnya penduduk yang demikian pesat menimbulkan ruang hidup dan ruang lingkup kehidupan menajdi bertambah sempit. Dinamika hubungan menjadi lebih besar, tetapi sekaligus menjadi lebih longgar dan kurang intensif, kurang akrab. Dalam kondisi seperti ini, amat mudah timbulnya sikap yang menjadi ciri dari kehidupan masyarakat yang padat: Individualistis, kompetitif serta materialistis. Universitas Sumatera Utara 43 Lingkungan pergaulan untuk remaja adalah sesuatu yang harus dimasuki karena di lingkungan pergaulan seorang remaja bisa terpengaruh ciri kepribadiannya. Lingkungan sosial sewajarnya menjadi sorotan agar bisa menjadi lingkungan yang baik yang bisa meredam dorongan-dorongan negatif atau patologis pada remaja.

2.2.5.4 Pengambilan Keputusan Remaja

Dokumen yang terkait

KELUARGA PASANGAN PERKAWINAN USIA MUDA/ REMAJA DALAM PERSPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL

0 3 17

Pola komunikasi, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan keluarga jarak jauh pada mahasiswa pascasarjana IPB

0 4 214

PERILAKU REMAJA PADA KELUARGA MISKIN (STUDI KASUS KENAKALAN REMAJA DI DESA HELVETIA KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG).

0 4 20

PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKONOMI KELUARGA DI DESA SEI SEMAYANG KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 27

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH DI USIA REMAJA.

1 8 112

Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PARADIGMA KAJIAN - Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabu

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH - Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten

0 0 9

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERKAWINAN USIA REMAJA (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 15

Komunikasi Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan di Usia Remaja - Repository Universitas Al Azhar Indonesia

0 0 13