46
1. Metode penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan denagn
kenyataan ganda 2.
Metode kualitatif menyajikan secara lagsung hakikat hubungan antar peneliti dan informan
3. Metode kualitatif lebih dapat menyesuaikan diri dengan latar penelitian
dan mampu melakukan penajaman pola-pola nilai yang dihadapi peneliti Ghony dan Almanshur, 2012:34
3.2 Objek Penelitian
Objek penelitian merujuk pada masalah atau tema yang diteliti Idrus, 2009 : 91. Objek penelitian ini adalah Pola Komunikasi Keluarga dalam
Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli serdang.
3.3 Subjek Peneltian
Subjek Penelitian adalah informan yang diminta informasi berhubugan dengan penelitian yang dilakukan. Jumlah informan dan individu yang menjadi
informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Orang-orang yang dapat menjadi informan dipilih sesuai dengan tujuan dan kebutuhan
penelitian. Adapun Subjek dari penelitian ini adalah remaja perempuan usia 15-19 tahun yang sudah menikah di Desa Sei Semayang, Kec. Sunggal, Kabupaten Deli
Serdang. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal,
Kabupaten Deli Serdang. Awalnya peneliti pergi ke kantor Desa Sei Semayang dan bertemu dengan kepala desa yaitu bapak Asli Sembiring, kemudian peneliti
menanyakan mengenai jumlah penduduk yang sudah menikah pada usia remaja. Bapak Asli Sembiring mengarahkan peneliti untuk bertemu sekretaris desa dan
tuan kadi desa Sei Semayang. Tuan kadi desa Sei Semayang menerangkan bahwa setiap tahunnya terjadi peningkatan sekitar 50 pelaku menikah pada usia remaja.
Untuk memulai pencarian informan, peneliti mendapatkan saran dari tuan kadi untuk meneliti orang yang sudah peneliti kenal sebelumnya. Karena di sekitar
Universitas Sumatera Utara
47
lingkungan tempat tinggal peneliti ada beberapa orang yang sudah menikah pada usia remaja antara 15-19 tahun. Terpilihlah informan pertama bernama Mayang
Indah Putri. Disini peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan wawancara yang telah peneliti buat, selain itu peneliti juga
menanyakan hal-hal mendalam sampai sejauh mana informan memiliki tingkat kepercayaan terhadap peneliti dalam memberikan informasi, selain itu peneliti
tetap mengamati serta meminta pendapat lain dari orang terdekat informan tersebut. Setelah memperoleh hasil, peneliti bertemu dengan informan kedua,
yaitu Sri Susi Nirmala Sari, yang tak lain adalah kakak angkat peneliti sejak kecil. Informan ketiga adalah Lina Indahyani memiliki kesamaan pola komunikasi di
dalam keluarga dengan informan kedua, dimana peran orang tua dan komunikasi di dalam keluarga mereka tidak berjalan dengan baik. Ketiga informan yang
peneliti wawancarai ternyata memiliki hasil yang sama, sehingga hasil yang lebih banyak peneliti buat dalam sebuah kesimpulan. Meskipun terdapat berbagai
pernyataan dan pedapat yang berbeda dalam pengungkapannya namun inti dari wawancara tersebut memiliki kesamaan makna.
3. 4 Studi Kasus
Rahardjo Gudnanto 2011: 250 studi kasus adalah suatu metode untuk memahami individu yang dilakukan secara integratif dan komprehensif agar
diperoleh pemahaman yang mendalam tentang individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh
perkembangan diri yang baik.
Walgito 2010: 92 studi kasus merupakan suatu metode untuk menyelidiki atau mempelajari suatu kejadian mengenai perseorangan riwayat
hidup. Pada metode studi kasus ini diperlukan banyak informasi guna mendapatkan bahan-bahan yang agak luas. Metode ini merupakan integrasi dari
data yang diperoleh dengan metode lain. Sedangkan Winkel Hastuti 2006: 311 menyatakan bahwa studi kasus
dalam rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan perkembangan siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan
memahami individualitas siswa dengan baik dan membantunya dalam perkembangan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
48
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa studi kasus merupakan metode pengumpulan data secara komprehensif yang meliputi aspek
fisik dan psikologis individu, dengan tujuan memperoleh pemahaman secara mendalam.
3.4.1 Jenis-jenis Penelitian Studi Kasus
Beberapa pakar mengemukakan jenis-jenis penelitian studi kasus dalam penjelasan yang berbeda-beda. Perbedaan penentuan jenis tersebut disebabkan
oleh cara pandang masing-masing pakar terhadap posisi dan kedudukan kasus di dalam penelitian. Meskipun demikian, secara umum, terdapat pandangan yang
sama di antara mereka, yaitu memposisikan dan memperlakukan obyek penelitian
sebagai kasus.
Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sebuah kasus sebagai sarana instrumen yang menarik perhatian peneliti untuk menggambarkannya secara
terperinci. Menurut
Creswell 2007:37-38 penelitian studi kasus seperti ini disebut penelitian studi kasus instrumental tunggal single instrumental case
study. Jenis penelitian ini pada dasarnya menempatkan kasus sebagai obyek
penelitian yang perlu diteliti untuk mengungkapkan esensi mendalam yang terdapat di balik kasus, tanpa terikat pada unit analisis, karena unit analisis
penelitian ini menyatu dengan kasusnya. Berdasarkan penjelasan di atas peneliti menentukan studi kasus pada
penelitian ini adalah termasuk kepada jenis studi kasus instrumental tunggal. Hal tersebut dikarenakan lokasi penelitian yang diambil hanya di satu tempat, yaitu di
Desa Sei Semayang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Metode pengumpulan data sebagai
Universitas Sumatera Utara
49
suatu metode yang independen terhadap metode yang analisis data bahkan menjadi alat utama metode dan teknik analisis data.
Pengumpulan data dan informasi melalui informan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1 Penelitian Lapangan
a. Wawancara Mendalam in-depth interview
Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Tipe wawancara ini adalah tidak terstruktur, yaitu tidak memiliki setting wawancara yang baku.
Penyampaian dan peruntutan pertanyaan akan berbeda dari wawancara ke wawancara. Tetapi peneliti tetap membuat interview guide yang akan menjadi
panduan dalam wawancara dengan informan. Wawancara dilakukan dengan jumlah pertemuan yang tidak ditetapkan, sesuai dengan kebutuhan informasi
materi informasi. Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus dia bertindak sebagai “pemimpin” dalam wawancara
tersebut. Informan adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Materi wawancara adalah tema yang dinyatakan kepada informan,
berkisar antara masalah atau tujuan penelitian. Metode wawancara mendalam adalah sama seperti metode wawancara lainnya. Hanya peran pewawancara,
tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara berbeda dengan wawancara lainnya Bungin, 2008:108.
b. Observasi Partisipasi
Sebagai pembanding, peneliti akan melakukan observasi atau pengamatan langsung ke lapangan. Misalnya dengan melakukan kunjungan ke kediaman
keluarga yang memiliki anak menikah pada usia remaja di Desa Sei Semayang, Kec. Sungal, Kabupaten Deli Serdang.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan manusia dengan menggunakan pancaindera mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti:
telinga, penciuman, mulut dan kulit. Seseorang yang sedang melakukan
Universitas Sumatera Utara
50
pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindera mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindera
lainnya. Seperti: apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya
Bungin, 2008:115-117.
2 Penelitian Kepustakaan
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari dan mengumpulkan data literatur dari sumber bacaan yang relevan untuk mendukung penelitian. Dalam hal
ini, penelitian kepustakaan dilakukan dengan membaca atau mencari buku, majalah, surat kabar, jurnal, internet dan sebagainya yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas dalam penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti terlebih dahulu membaca literatur yang berkaitan dengan penelitian. Dalam hal ini
adalah literatur maupun bacaan yang berkenaan dengan konsep keluarga dan pola komunikasi orang tua khususnya pada anak yang menikah pada usia remaja.
3.5.1 Penentuan Informan
Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimal. Pada penelitian ini, yang menjadi
informan penelitian adalah remaja perempuan yang sudah menikah pada 15-19 tahun di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang
Teknik penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling Technique. Purposive Sampling Technique adalah cara
penentuan sejumlah informan sebelum penelitian dilaksanakn dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta informasi apa yang
diinginkan dari masing-masing informan Bungin, 2007:135. Penggunaan purposive sampling artinya dengan memilih narasumber yakni remaja berusia 15-
19 tahun dan telah menikah, di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang yang dapat memberikan informasi mengenai pola
komunikasi keluarga informan dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja.
Universitas Sumatera Utara
51
Untuk menyempurnakan penelitian ini, peneliti juga meminta informasi dari unsur lain informan tambahan, seperti teman dekat, kerabat atau penduduk
setempat yang mengetahui dan dapat memberikan informasi tentang informan utama dalam kehidupan sosialnya.
3.5.2 Keabsahan Data
Keabsahan data adalah setiap keadaan harus mendemonstrasikan nilai yang benar, menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan dan
memperbolehkan keputusan luar yang dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya Moleong, 2005.
Teknik Kebsahan data yang digunakan dalam penelian ini adalah : 1.
Triangulasi Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi yang paling
banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Ada empat jenis triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode penyidik, teori. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan memeriksa balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan : 1
membandingkan data hasil wawancara; 2 membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi; 3
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4 membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Jika peneliti membandingkan hipotesis pembanding dengan penjelasan
pembanding, bukan berarti peneliti meguji atau meniadakan. Tetapi peneliti mencari data yang menunjang penjelasan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
52
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri ciri dan unsur unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang
dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut dengan rinci. Peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian menelaah secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemeriksaan tahap awal tampak
salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci
bagaimana proses penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat dilakukan.
3.6 Teknik Analisis Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data dari informan dilapangan yang dilakukakan terus menerus
hingga data jenuh. Teknik analisis data yang digunakan selama dilapangan berdasarkan model Miles dan Huberman, langkah-langkah dalam analisis data
adalah sebagai berikut Sugiyono, 2005: 92-95 : a.
Reduksi Data, diartikan sebagi proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan lapangan. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data
melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. b.
Penyajian data, merupakan pendepskrisian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat dalam bentuk matriks, grafik,
Universitas Sumatera Utara
53
jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk padu dan mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan, merupakan kegiatan terakhir penelitian kualitatif.
Peneliti harus sampai kepada kesimpulan dan melakukan verifikasi baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh
subjek tempat penelitian itu dilaksanakan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap
awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan adalah kesimpulan yang kredibilitas.
Universitas Sumatera Utara
54
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini meliputi pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kab. Deli
Serdang, Kec. Sunggal. Sebelum masuk pada hasil penelitan, peneliti terlebih dahulu mendeskripsikan mengenai lokasi penelitian, tahapan dan deskripsi
informan terlebih dahulu.
4.1.1 Lokasi Penelitian
Awalnya Desa Sei Semayang bernamakan ROFFERDAM-A di jaman Belanda. Kemudian berubah menjadi desa Sei Semayang yang dipimpin oleh
seorang kepala kampung yang bernama bapak Paiman. September 1965, desa Sei Semayang mulai dipimpin oleh bapak NG. Sembiring sampai Mei 2001. Berakhir
masa jabatan NG. Sembiring, Desa Sei Semayang dipimpin oleh Suprayetno dari hasil pemilihan yang dilaksanakan pada hari Rabu, 14 februari 2001. Bapak
Suprayetno menjabat sebagai Kepala Desa Sei Semayang hingga Februari 2006. Selanjutnya Desa Sei Semayang dipimpin oleh bapak Asli Sembiring hingga
sekarang. Desa Sei Semayang terdiri dari 18 delapan belas dusun yang dipimpin
oleh masing-masing satu kepala desa. Desa Sei Semayang terletak pada ketinggian antara 20 s.d 32m dari permukaan laut dengan topografi tanah dataran
rendah, curah hujan 1832mmtahun dan suhu rata- rata 27 s.d 32˚Ctahun.
Penduduk Desa Sei Semayang umumnya adalah buruh harian lepas seperti tukang batu, tukang kayu, tukang becak dan lain-lain. Laporan kependudukan sampai
dengan bulan Desember 2014 penduduk Desa Sei Semayang berjumlah: 27.382 Jiwa dengan jumlah KK sebanyak 6.197 KK yang terdiri dari:
• Jumlah penduduk laki : 13.357
• Jumlah penduduk perempuan : 14.025
Universitas Sumatera Utara