94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian tentang Pola Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja, maka peneliti dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut : a.
Dari ketiga informan ditemukan kesamaan kasus yang mendasari perilaku mereka, yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian kedua orang tua yang
menyebabkan mereka mencari kenyamanan di luar lingkungan keluarga. Karena pada dasarnya seorang anak lebih membutuhkan kasih sayang dan
perhatian orang tua, apalagi ketika anak masuk dalam usia remaja, masalah pencarian jati diri serta rasa keingintahuan yang besar harus didampingi
oleh orang tua agar remaja tersebut tidak salah mengambil tindakan yang bisa saja mempengaruhi masa depannya. Kasih sayang yang diberikan
orang tua terhadap anaknya adalah faktor yang sangat penting dalam keluarga. Tidak terpenuhinya kebutuhan kasih sayang dan seringnya orang
tua tidak berada dirumah menyebabkan hubungan dengan anak menjadi kurang intim. Para pelaku pernikahan usia remaja, khususnya remaja di
Desa Sei Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang memiliki pola komunikasi keluarga masing-masing. Informan pertama
memiliki pola komunikasi keluarga tidak seimbang terpisah Unbalanced Split Pattern. Dalam pola ini satu orang lebih mendominasi, Ayah
merupakan orang yang mendominasi dan memegang kontrol dalam keluarga Setiap peraturan yang dibuat oleh ayah harus dijalankan oleh
anak-anaknya, namun tak jarang anak-anak tidak menuruti kehendaknya sehingga ayah menggunakan kekuasaannya untuk menghakimi anak-
anaknya. Sebagai pihak yang mendominasi, memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol, dan jarang meminta pendapat yang lain kecuali untuk
mendapatkan rasa aman bagi egonya sendiri atau sekedar meyakinkan
Universitas Sumatera Utara
95
pihak lain akan kehebatan argumennya. Informan kedua memiliki pola
komunikasi Seimbang Terpisah Balance Split Pattern. Setiap orang
dalam keluarga informan 2 dianggap sebagai ahli dalam wilayah yang berbeda. Mereka diberikan kebebasan dalam menentukan arah kehidupan
mereka. Dalam pola ini semua anggota keluarga dianggap memiliki wilayah masing-masing untuk dikuasai. Konflik yang terjadi tidak
dianggap sebagai ancaman karena tiap orang memiliki wilayah sendiri- sendiri. Keluarga Informan tiga mempunyai pola komunikasi keluarga
yang sama denngan pola komunikasi keluarga informan 2 yaitu, Seimbang Terpisah Balance Split Pattern, dimana setiap anggota keluarga
memegang kontrol atau kekuasaan dalam bidangnya masing-masing. Sejak usia 9 tahun Lina sudah hidup mandiri, memegang kontrol dan kekuasaan
atas dirinya. Anggota keluarga lainnya juga mempunyai kehidupan masing-masing sehingga di usia yang sangat dini Lina merasa tidak
diperhatikan oleh aggota keluarga yang lain. Konflik yang terjadi dalam keluarga ini biasanya bermula dari kesalahan komunikasi, namun tidak
berlarut hingga menimbulkan konflik baru. b.
Pengambilan keputusan pada seorang remaja dipengaruhi oleh sifat remaja yang sensitif terhadap penghargaan agar dapat diakui oleh lingkungan
sosialnya, ingin merasa beda dari yang lain atau memiliki karakter yang unik sehingga menjadi sorotan tersendiri bagi orang yang melihatnya.
Remaja juga lemah dalam memprediksi resiko jangka panjang dikarenakan oleh ketidakmatangan kognitif yang dimiliki oleh mereka. Itu lah sebabnya
ketiga informan dalam penelitian ini menikah pada usia remaja. Mereka terfokus pada kesenanagan jangka pendek yang akan berpengaruh pada
kehidupan masa depan mereka. Para Informan dalam penelitian dibebaskan bertindak atas keputusan yang mereka ambil. Kurangnya
pemahaman yang diberikan orang tua kepada anak menyebabkan sang anak mengambil keputusan sesuai kemampuan kognitif mereka saja.
Universitas Sumatera Utara
96
5.2. Saran