Deskripsi Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN

59 No. Keterangan Inf 1 Inf 2 Inf 3 1. Nama M.I.P S.S.N.S L.I 2. Tempat Lahir Diski Diski Diski 3. Tanggal Lhir 01 Mei 1998 17 Februari 1991 13 April 1998 4. Alamat Dusun V Kalirejo Desa Sei Semayang Dusun VI Sridadi Desa Sei Semayang Dusun VIII Desa Sei Semayang 5. Nama Ayah R.W J. S H. P 6. Nama Ibu E W Almh. T 7. Suku Banjar Jawa Jawa 8. Agama Islam Islam Islam 9. Anak ke...dari... 1 dari 4 4 dari 4 5 dari 5 10. Pendidikan Terakhir SMP Strata 1 Teknik Informatika SMK 11. Usia menikah 16 tahun 18 tahun 18 tahun

4.1.4 Deskripsi Hasil Penelitian

• Pola Komunikasi Keluarga Informan 1 : M.I.P Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi yang berbeda-beda. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai- nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikan, merupakan faktor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Komunikasi didalam keluarga merupakan salah satu Universitas Sumatera Utara 60 faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Intensitas pertemuan hingga cara berkomunikasi yang baik sangat perlu diperhatikan baik komunikasi antara ayah dan ibu, ayah dan anak, ibu dan anak hingga anak dan anak. Informan pertama adalah M.I.P Menikah pada usia 16 tahun berawal dari putus sekolah dan merasa kurang kasih sayang dari orang tua sehingga ia mencari kenyamanan di luar lingkungan keluarga. Komunikasi antara ayah dan ibu M.I.P sering terjadi pada malam hari menjelang tidur. Kamar M.I.P bersebelahan tanpa batas dinding dengan kamar orang tuanya, sehingga dirinya sering mendengar percakapan kedua orang tuanya jika belum tertidur. “bapak sama mamak sering berkomunikasi kak. Tapi kadang-kadang dibelakang M.I.P bicaranya, malam-malam kalau mau tidur. Yaa paling bapak bilang ke mamak “lihat itu anakmu dia udah ngga sekolah lagi pergaulannya makin bebas, pacar-pacaran”..paling gitu lah kak bapak bicara sama mamak kalau M.I.P belum tidur jadi dengar. Bapak sama mamak sering berkomunikasi karena mamak jadi perantara antara kami sama bapak kak. Seringnya mereka ngobrol malam-malam kalau mau tidur kak, karena bapak jarang dirumah dan mamak juga kerja” Seorang ayah dianggap sebagai kepala keluarga yang diharapkan mempunyai sifat-sifat kepemimpinan yang mumpuni. Sesuai dengan ajaran-ajaran tradisional jiwa, maka seorang pemimpin harus dapat memberikan teladan yang baik, memberikan semangat sehingga pengikutnya kreatif dan membimbing. “Bapak nyerahkan kami ke mamak kak. Bapak jarang bicara sama kami, mamak lah yang jadi perantaranya. Bapak pun kan kerja, terkadang juga mancing sampai pagi. Jadi jarang juga kami ketemu dan bicara-bicara sama bapak kak..kalau diskusi-diskusi tentang anaknya yaa itu tadi kak, pas malam-malam mau tidur..yang lain-lain ngga ada sepengetahuan Indah kak. Lagian bapak jarang dirumah. Paling kalau dilihatnya kami bandel, bapak bicara sama mamak. Habistu mamak negur kami” Menurut M.I.P ayahnya merupakan sosok yang pendiam dan emosional, tak jarang ketika marah ayah berlaku kasar kepada anak-anaknya. “Bapak kalau udah marah ngeri kak, mau bapak mukul. Capek lah Indah di hajar sama bapak. Bapak pun ngomong sekali-sekali aja, kalau tentang sekolah bapak ngga ada nanya paling bapak cuma bilang “Kau sekolah Universitas Sumatera Utara 61 ngga pernah bapak lihat belajar, entah sekolah apa? Entah sekolah pun kau entah engga” gitu kata bapak kak.. Kami sama bapak ngga terlalu dekat kak, karena bapak kerja atau mancing sampai pagi, jadi jarang dirumah. Cara mamak dan bapak nasehatin Indah bener juga sih kak. Tapi Indah kadang ngga suka cara mereka nasehatin Indah kak. Bapak sering ngamuk, mukul, indah dihajar lah pokoknya kak” Pekerjaan kedua orang tua Indah membuat waktu yang diberikan kepada anak-anaknya menjadi sangat terbatas. Pada tahun 2013 lalu ibu Indah melahirkan adik perempuan yang membuat kedua orang tua, khususnya ibu mencurahkan kasih sayang sepenuhnya kepada adik kecilnya tersebut. “Mamak kerja nyuci dan nyetrika kak..kadang-kadang juga gitulah beres- beres rumah. Kadang juga ke ladang.. Kalau bapak kerjanya buat perabotan kak. Misalnya lemari, kursi, meja, itu pun kalau ada yang nempah..kalau ngga ada yang nempah bapak kerja bangunan atau ke ladang kak..Indah sejak adik Indah lahir agak cemburuan jadinya kak. Karena sayangnya mamak hanya untuk adik aja kak. Apalagi memang adik-adik indah masih kecil-kecil, jadi mamak merepet aja sama Indah. Kemaren Indah kan tinggal dirumah bulek karena kejadian ini kak” Dalam keluarga Indah, tidak ada waktu-waktu khusus yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya untuk saling berbagi cerita dan menumbuhkan kedekatan antara kedua orang tua dan anak-anaknya. “Kalau waktu khusus untuk bener-bener kami saling cerita-cerita gitu ngga ada sih kak. Kalau pergi-pergi ke pantai sering juga, tapi sama keluarga besar pas hari-hari besar. Kadang sama kawan-kawan ayah, tapi sekedar untuk senang-senang gitu aja kak. Waktu khusus ngga ada sih kak, kalau cerita-cerita yaa dirumah, kaya mamak sama bapak cerita- cerita dirumah pas malam-malam mau tidur..karena kan menyangkut masalah keluarga” Sebelum kelahiran adiknya, M.I.P sangat dekat dengan ibunya. Berbagai nasehat dan cerita sering ia dapatkan dari Ibu. Bahkan apa saja keinginannya, ibu selalu berusaha mewujudkannya. “Indah dekat sama mamak kak. Sering juga mamak nasehatin Indah kak..ngasih tahu yang baik-baiklah, cerita-cerita kami misalnya mamak lagi dirumah. Mamak juga kalau Indah minta apa-apa langsung di usahain ada kak. Seperti haritu Indah minta beli handphone langsung besok nya ada kak..walaupun Hpnya murah-murah tapi mamak langsung usahain kak” Universitas Sumatera Utara 62 M.I.P menganggap bahwa hanya ibu yang memperlihatkan kasih sayang kepada anak-anaknya. Sedangkan ayahnya sangat jarang memperlihatkan kasih sayang sayang kepada anak-anaknya. “Kasih sayang orang tua Indah kalau dibilang merata sih kak. Tapi pun mamak lebih sayang sama Indah, karena haritu Indah anak perempuan satu-satunya kak. kalau bapak ngga kelihatan kasih sayangnya ke kami. Bapak kasih sayangnya ngga ditunjukkan sama kami kak..kasar dan kerasnya aja yang ditunjukkan ke kami. Tapi kalau secara langsung ngga pernah lah kami tau kalau dia bapak sayang sama anak-anaknya kak.. bapak kasih sayangnya keliatan misalnya kalau bapak dapet rezeki, kami ditanya satu-satu mau apa, adil bapak kak” Walaupun menurut M.I.P ibunya lebih sayang kepadanya, namun tidak jarang ibu melakukan komunikasi atau memberi nasehat kepada adik-adiknya. “mamak Indah sering nasehati Indah kak..sebelum kejadian ini juga sering kali Indah di nasehati. Udah capek lah mamak bilangin Indah kak. Bembes juga adik Indah yang nomor dua sering dinasehati, dimarahi. Karena anak-anaknya yang bandel Cuma kami dua lah kak. Yang dua lagi kan masih kecil-kecil” Komunikasi yang berjalan antara anak dan anak di keluarga ini hanya berjalan karena M.I.P menjaga adik-adiknya saat ibu bekerja. Antara M.I.P dan adik nomor dua tidak terjalin hubungan akrab. “Sama adek yang kecil Indah sayang kok kak. Kemaren dia baru lahir Indah merasa tersaingi karena dia perempuan juga, seharusnya Indah aja perempuan satu-satunya. Sekarang Indah sudah punya anak ngga gitu lagi kak. Istilahnya Nadine lah perempuan harapan mamak satu-satunya. Kalau mamak kerja yang jaga Daffa sama Nadine kan Indah kak. Sampe sekarang Indah punya anak yang jaga Nadine ya Indah. kalau sama bembes komunikasi kami biasa aja kak, kaya misalnya dia mau pergi Indah tanya. Tapi kalau kami curhat-curhatan gitu ngga pernah kak. Indah cerita yaa sama mamak, kawan atau kalau masalah besar Indah simpan sendiri kak” Sejak A.I anak kedua tidak bersekolah lagi, M.I.P sering memberikan nasehat kepada nya. Namun komunikasi yang terjadi berjalan pasif. “Indah sering nasehatin bembes adik Indah yang nomor dua, kan berhenti sekolah dia ni kak..misalnya gini Indah nasehatin dia, “kau laki- laki, nanti bakal ngasih makan anak orang. Kalau ngga ada tamatan mau kerja apa? Sekarang cari kerja sulit”.. respon dia diam aja kak. Diam- diam habis itu pergi aja dia kak. Kurang hajar dia itu. Hahaha tertawa” Universitas Sumatera Utara 63 Selain meminta keterangan dari informan utama, peneliti juga mewawancarai kerabat M.I.P, yaitu saudari S.M dan saudara A.D sebagai informan tambahan. Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan tambahan berguna untuk menggali temuan-temuan yang telah peneliti dapatkan dari informan utama. S.M dan A.D memapakarkan komunikasi yang terjadi dalam dalam keluarga M.I.P. Berikut adalah hasil wawancara dengan kedua informan tambahan : “Kalau dibilang mereka itu memang kurang perhatian dari orang tuanya mbak..mereka dibebaskan. Kalau si Indah bilang dia di kekang yaa engga. Itu memang karena dia mau bebas. Dia Indah takutnya sama bapaknya, mamaknya yang takut sama dia Indah..makannya dia bilang apa kemauannya pasti dituruti sama mamaknya. Kalau dia bilang di kekang, sekarang gini aja lah ya mbak. Dia anak perempuan, ngga inget waktu pulang orang tua apa ngga marah? marah kan? Makannya kalau bapaknya tau, dia di hajar. Tapi memang bapaknya jarang ngomong. Sementara mamak ini karena takut sama anak, anaknya pulang jam berapa aja dibiari” Pernyataan yang diberikan oleh S.M di perkuat oleh pernyataan A.D yang tak lain adalah adik kandung dari ayah M.I.P. kurangnya kasih sayang dari orang tua menyebabkan M.I.P rentan terpengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya “Mereka itu kurang kasih sayang. Mamak dimana bapak dimana. Lingkungannya juga ngga baik. Memang ada yang mempengaruhinya M.I.P, kawan-kawannya tau lah kau put. Kan dia cerita kawan-kawan dia cemana” S.M menuturkan bahwa pola komunikasi yang di anut oleh keluarga Indah cenderung pada komunikasi yang demokratis. “Kalau ibu bilang orang tua mereka sama anak masa bodo, ngga memperhatikan anak, jadi anak itu kan ujung-ujungnya bebas. Udah terlalu bebas, di nasehati mana lagi denger. Yaa buktinya mbak liat lah anak nya yang kecil waktu kita kerumahnya. Mamak dimana, anak dimana, bapak dimana-mana haha tertawa. Anak-anaknya ngga terurus karena mamaknya kerja, ceritanya orang ini kurang perhatian dan ngga terurus lah mbak, makannya anak itu cenderung bebas. Sudah memang kurang perhatian, ditambah lingkungan kawan-kawan dia dan lingkungan keluarga juga seperti itu mbak” Menurut penuturan S.M, keluarga M.I.P juga kurang di didik dengan ajaran agama. Universitas Sumatera Utara 64 “Dia memang jarang keluar mbak, orang kawan-kawannya disitu-situ juga rumahnya. Tapi kawannya itu tadi udah pada hamil semua. Sama agama pun orang itu kurang dekat, soal ibadah sama sekali ngga pernah ibu lihat mbak” Motivasi dari keluarga tidak didapatkan oleh Indah maupun adik-adiknya. Perhatian yang kurang dari orang tua menyebabkan orang tua lalai terhadap pergaulan mereka. “Model mamaknya ni, di nasehati memang mbak..tapi yaa dibiarin. Cuma sebatas nyuruh anak sekolah tapi dukungan ngga ada. Bapaknya jarang cakap, tapi kalau anak ada salah fatal, mau mukul dia” S.M menarik kesimpulan bahwa M.I.P kurang perhatian dan kasih sayang dari Orang tuanya, sehingga ia mencari kenyamanan di luar lingkungan keluarga. “Dasarnya M.I.P ini pertama kurang kasih sayang dan kurang perhatian, makannya dia dapet cowok yang sayang sama dia, perhatian, diajak cerita nyambung makannya dia bilang cowonya lebih sayang sama dia dibandingkan orang tuanya” Informan 2 : S.S.N.S Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memegang peranan penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang lebih lanjut. Hubungan antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Hubungan yang baik, kesatuan sikap ayah dan ibu merupakan jalinan yang memberi rasa aman bagi anak-anak. Membina hubungan baik antara suami istri, ayah ibu, membutuhkan waktu yang cukup, diwarnai suasana santai sebagai kesempatan saling mengungkapkan isi hati, atau kekesalan yang berkaitan dengan pekerjaan masing-masing dan keakraban yang menyejukkan. Kesibukan diluar maupun di dalam rumah sering menyita waktu dan pikiran ayah dan ibu, sehingga hampir tidak terisi waktu untuk bersantai dan memupuk keakraban. “kalo mamak sama bapak kakak jarang berkomunikasi karena kesibukan masing-masing. Mamak kakak punya usaha sendiri bapak kakak juga punya usaha sendiri. Mamak di bengkel bapak jual beli mobil. Komunikasinya kalau mereka ketemu dirumah ajalah lah. kalau kebetulan pulangnya di waktu yang sama. Itupun jaranglah kakak lihat dek. Jarang kali lah dek berkomunikasinya karena mereka sibuk” Universitas Sumatera Utara 65 Kedua orang tua S.S.N.S sibuk dengan urusannya masing-masing, terutama Ayah. Di akui S.S.N.S, bahwa ayahnya sangat jarang melakukan komunikasi kepada anak-anaknya “Kalau komunikasi sama bapak kakak jarang kali lah. Bapak kakak lagi, super sibuk. Sekalinya ngomong apa ya? Ngga pernah lah kakak rasa. Maksudnya gini, bapak kakak memperhatikan anaknya, tapi dia tidak berucap. Paling melalui mamak kakak lah misalnya mau menyampaikan sesuatu sama kami. Kalau bicara atau nasehati kami secara langsung jarang” Selain ayah, Ibu S.S.N.S juga Sibuk dengan urusannya. Komunikasi dengan Ibu juga jarang terjadi, tetapi dibandingkan Ayah, antara Ibu dan anak ada sedikit interaksi. “Kalau sama mamak kakak jarang juga sih. Tapi masih mendingan sama mamak lah dari pada bapak kakak. Kadang kalau ketemu pas pagi-pagi, yaa ketemu aja, ngga ada ngobrol haha tertawa. Kalau mau pergi sekolah yaa pamitan kalau mamak kakak masih dirumah. Malah kadang mamak kakak duluan yang pergi dibandingkan kakak..bapak kakak gitu juga” Sesekali ibu S.S.N.S berkomunikasi dengan anak-anaknya dengan menanyakan sekolah anak-anaknya. “Mamak kakak kadang nanya-nanya tentang sekolah. Kadang-kadang pun orang tua lupa anaknya udah kelas berapa. Nanya nya ya.. udah kelas berapa sekarang? ranking berapa? Haha tertawa. Sama, bapak kakak pun gitu juga. Karena orang tua kakak yang penting anak-anaknya sekolah” Hubungan antara orang tua dan anak di keluarga S.S.N.S menjadi berjarak. Ayah dengan urusannya dan ibu dengan urusannya juga. Mala mengakui bahwa komunikasi antara orang tua dan anak di dalam keluarganya sangat jarang terjadi. “Kuranglah kami kalau komunikasi dengan orang tua dek. anak mau cerita sama orang tua kan kalau ada kenyamanan. gimana mau cerita? kalau orang tua ngga bisa jadi temen atau sahabat untuk berbagi cerita. Itu tadi karena komunikasinya kurang dek. Seharusnya pola komunikasi dalam keluarga itu harus dibentuk sejak dini agar ada kedekatan antara orang tua dan anak. Dari kecil pola komunikasi kami ngga dibentuk, jadi waktu SMA mau deket-deket sama orang tua jadi aneh, karena ngga terbiasa dari kecil. Itu lah tadi seharusnya orang tua membangun komunikasi sama anaknya sejak dini, agar anak ngga cerita atau mencari Universitas Sumatera Utara 66 solusi ke orang lain. Komunikasi kami sama orang tua intinya kurang lah, karena kesibukan orang tua tadi dek” S.S.N.S merupakan anak yang pendiam dan dikenal dengan prestasinya di sekolah. Karena tidak pernah membuat masalah apa pun, orang tuanya mempercayai S.S.N.S bisa mengatur hidupnya sendiri. “Kakak di sekolah termasuk murid yang berprestasi, ngga pernah buat masalah lah. Jadi mamak kakak istilahnya nyari duit untuk sekolah kami, biaya hidup kami lah. Kalau minta uang sekolah yaa dikasih, komunikasinya biasa aja. Kalau kebutuhan uang yaa Alhamdulillah, materi tercukupi” Kebutuhan secara materi sangat cukup di dapatkan dari orang tuanya. Kasih sayang yang diberikan orang tua S.S.N.S hanya sebatas uang, sedangkan S.S.N.S membutuhkan kasih sayang berupa waktu dan komunikasi yang baik di dalam keluarga. “Kalau waktu khusus kami jarang..jarang laa. Yaa dulu waktu kakak SD ngga pernah pergi-pergi sama mamak kakak, biasanya kan anak-anak waktu weekend atau liburan jalan-jalan sama orang tua. Kalau kami jarang, sama bapak kakak pun gitu, karena kesibukan masing-masing. Tapi kalo kebutuhan kakak, kami lah, apa aja dipenuhi tercukupi lah istilahnya. Secara financial tercukupi. Kalau uang terpenuhi lah, yang ngga terpenuhi kasih sayang” S.S.N.S menuturkan bahwa tidak ada waktu khusus orang tua untuk anak- anaknya. Sejak masih di sekolah dasar, S.S.N.S sudah terbiasa dengan kesibukan kedua orang tuanya. “Kakak ketemu mamak kakak pagi, itu pun kalau mamak kakak ngga pergi duluan. Kakak SMA sekolah pulang sore, les lagi. Gimana mau ketemu. Seharusnya kan komunikasi itu dibangun sejak anak masih kecil, tapi dulu kami engga. Malah dulu waktu kakak Sd, kakak pernah nanya sama mamak kakak, pertanyaannya konyol memang, gini kakak nanya nya, “mak, kaya nya aku kurang kasih sayang lah mak”, haha tertawa. Terus jawab mamak kakak, “kurang apalagi? Tapi semua uda terpenuhi, uang jajan dapet, semua dapet” Sedikit nasehat diberikan oleh orang tua S.S.N.S kepada anak-anaknya jika bertemu. Orang tua S.S.N.S memberikan nasehat terkadang karena sudah timbul masalah dari anak-anaknya. Universitas Sumatera Utara 67 “Nasehat-nasehat sesekali lah dikasih sama mamak kakak, maksudnya Cuma mengingatkan misalnya, “belajar yang rajin yaa nak, jangan bandel, jangan keluyuran”..haha tertawa. Karena kami jarang komunikasi, nasehat ada kadang kalau misalnya diantara kami udah buat kesalahan, disitu lah semua dinasehati. Tapi ya namanya anak remaja, dimasa-masa pubertas pasti banyak melakukan kesalahan, apalagi ketika orang tua ngga bisa menjadi sandaran, ngga bisa jadi kawan berbagi cerita dan mendapatkan solusi” S.S.N.S juga menuturkan bahwa ia dan ketiga saudaranya sudah biasa dengan pola komunikasi yang dibangun dalam keluarganya. “Kami sama orang tua jarang berinteraksi dek. Dari kecil udah seperti itu. Seharusnya itu tadi kakak bilang, komunikasi dalam keluarga dibentuk sejak anak masih kecil, jadi orang tua bisa dijadikan teman atau pun sahabat yang bisa dijadikan tempat berbagi cerita. Karena sandaran anak itu yaa orang tua, kan enak kalau misalnya ada masalah dapet solusi dari orang tua. Lihat lah, anak-anak yang mendapatkan perhatian dan kasih sayang orang tua pasti beda, jelas beda kali. Karena anak-anak yang dapet kasih sayang yang penuh dari orang tua, perhatiannya cukup, pasti anak itu akan berpikir berulang-ulang kali untuk melakukan kesalahan, takut mengecewakan orang terdekatnya, orang tuanya tadi” S.S.N.S memaklumi kesibukan kedua orang tuanya yang mencari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagai anak, S.S.N.S juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. “Orang tua kakak sibuk, yaa kakak ngerti. Karena cari uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Biar kehidupan kami tercukupi. Tapi orang tua kadang memberikan kasih sayang dengan pengertian yang berbeda, seperti dengan uang dan materi. Yang dibutuhkan anak itu sebenernya simpel, kasih sayang orang tua. Kasih sayang itu bukan hanya bentuk materi lo, yang paling penting itu yaa kasih sayang, perhatian dan waktu. Makannya beruntunglah anak yang mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tuanya” Diantara keempat anaknya, orang tua S.S.N.S lebih sering menasehati anak mereka yang kedua, yaitu alm. H. “Diantara ke empat anak mamak kakak yang paling sering dinasehati bang hendra. Haha tertawa dia dulu kan bandel. Dia orangnya super- super bandel haha tertawa sering kali dimarahi. Sampai berantem- berantem kami. Kalau dikeluarga kami yang cenderung dinasehati itu anak laki-laki, anak perempuan jarang. Nasehati nya yaa pas ketemu, kalau mamak kakak lagi ada dirumah abang kakak ada dirumah. Itu pun jarang moment seperti itu, karena mamak kakak sibuk, abang kakak lagi Universitas Sumatera Utara 68 di masa pubertas jarang dirumah, keluyuran aja. Kalau kakak sama kak uci ngga pernah buat masalah, kami dirumah aja. Sekolah, les, ngaji, kami disekolah rangking terus malah” Hubungan antara anak dan anak dikeluarga S.S.N.S juga tidak begitu akrab. Karena S.S.N.S merupakan anak yang pendiam dan biasa menyimpan cerita dan masalahnya sendiri. “Kalau kakak sama abang-abang kakak atau pun kak uci hubungannya biasa aja. Kalau curhat-curhat walaupun kakak sama kak uci satu kamar dan kami sering bareng, kakak ngga pernah cerita-cerita masalah pribadi. Ada sesuatu yang istilahnya kakak bisa terbuka sama orang, ada masalah yang bener-bener pribadi dan privasi kali menurut kakak, kakak ngga mau cerita sama siapapun walaupun sama saudara kakak sendiri” Beda halnya dengan S.S.N.S, kakakny yang berinisial S.S.H sering mengajak ia untuk mengobrol terlebih dahulu. “Kak suci malah sering dia cerita sama kakak, misalnya waktu SMA dan kuliah dulu dia cerita tentang cowo ini gini, cowo yang itu begitu. Kalau kak uci istilahnya kan mengalami masa pubertas, main kesana main kesini sama kawan-kawannya, kalau kakak engga. Kakak ngga pernah mengalami yang namanya masa pubertas hahaha tertawa. Kalau kakak lihat kawan kesana kemari yasudah biarin aja, kakak dirumah aja. Ngga hobby kakak main kesana kemari, ke mall mall gitu sampai tamat SMA itu lah” S.S.N.S menjelaskan hubungan kedua abangnya, I.S dan H tidak akrab. Karena keduanya mempunyai kesibukan masing-masing. “hubungan antara bang heri dengan bang hendra mereka juga jarang komunikasi dek. Karena punya kesibukan masing-masing dan lingkungan pertemanan yang berbeda juga” Namun, komunikasi antara kakak dan kedua abangnya lebih sering terjadi dibandingkan komunikasi antara S.S.N.S dan kedua abangnya. “Komunikasi kak suci sama bang heri dan bang hendra sering juga lah dibandingkan kakak. Yaa mereka ngga cerita cerita cewe atau cowo atau pun masalah-masalah pribadi, tapi kalau ngobrol-ngobrol masalah umum yaa sering juga. Intinya kak uci lah yang lebih sering komunikasi dengan mereka. Walaupun S.S.N.S dengan kedua orang tuanya jarang berkomunikasi dan hubungan S.S.N.S dengan saudara kandungnya tidak begitu akrab, S.S.N.S Universitas Sumatera Utara 69 mengakui bahwa dirinya juga tidak mempunyai teman dekat atau teman berbagi cerita. “Kakak ngga punya teman dekat. Disekolah ataupun dirumah. Kakak orangnya netral, berteman dengan siapa aja. Kalau teman-teman cerita yaa ngga ada. Kakak ngga mau cerita-cerita pribadi sama orang lain. Pernah dulu punya teman dekat, tapi mungkin karena kakak orangnya ngga terlalu suka kesana kemari, kalau zaman-zaman SMA kan masih ber geng-geng, nanti pulang sekolah kawan-kawan ngajakin kesana-kesini, kakak kan ngga suka yang kumpul sana kumpul sini. Pulang sekolah ya pulang. Mungkin cenderung kawan itu bosen dengan kakak, jadi kakak ditinggalin. Yasudah kakak sendirian aja, netral jadinya. Jadi ngga punya teman dekat atau pun teman akrab, masalah pribadi kakak ngga di umbar- umbar sama orang lain” S.S.N.S tidak mempunyai teman dekat. Jika ada masalah, ia menyimpannya sendiri dan ia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu. “Kalau kakak ada masalah yaa bener-bener disimpan sendiri, kakak selesaikan sendiri, kalau nulis-nulis diary jarang. Karena kalau di diary takut kalau diary nya kebaca orang, jadi ngga kakak tulis-tulis lagi masalah kakak di diary. Paling kakak pikir sendiri aja. Selama kakak bisa menyelesaikanya ngga ada masalah yang besar menurut kakak. Masa- masa SMA masalah apa coba? Paling kena hukuman disekolah, disetrap dan sebagainya. Prinsip kakak ngga ada masalah yang ngga bisa diselesaikan. Dari kecil sudah terbiasa mandiri. Jadi ngga ada masalah bagi kakak” Ketika S.S.N.S duduk dikelas 1 SMA, Mala mempunyai teman laki-laki yang spesial. Namun Mala menuturkan bahwa kedekatannya dengan laki-laki tersebut seakan terpaksa. “Kakak pacaran sama dia B.S dari kakak kelas 1 SMA, tapi gimana ya dibilang, waktu kakak pacaran sama dia seperti pacaran yang dipaksakan. Maksudnya gimana ya? Hati ngga menerima tapi pengennya deket dia terus. Lucu lah gitu. Waktu itu pun kakak punya teman dekat cowo, tapi beda lah sama dia B.S, kakak lebih nyaman dengan temen kakak itu, dia bisa dijadikan sahabat, temen, tempat curhat. Tapi ngga berlangsung lama deketnya sama teman kakak itu” S.S.N.S mengakui bahwa kedekatannya dengan B.S tidak menimbulkan kenyamanan bagi dirinya dan ia telah memilih orang yang salah sebagai tempat curahan hatinya. Universitas Sumatera Utara 70 “Itu lah salahnya tadi dek, kakak cerita tentang keluarga kakak gimana, masalah-masalah pribadi kakak sama dia dan dia istilahnya menanggapi dengan cara yang lain. Maksudnya, seharusnya dia membimbing kakak baiknya gimana hubungan kakak dengan orang tua kakak tapi malah sebaliknya, dia B.S malah memprovokasi. Waktu SMA itu hubungan kakak dengan orang tua bisa dibilang semakin jauh, kakak melawan sama orang tua, semakin ngga suka lah kakak sama orang tua kakak. Waktu pacaran itu seolah-olah dia B.S selalu ada untuk kakak, kapan pun lah. Sedangkan kakak dengan orang tua kakak, jarang komunikasi, disitu lah mungkin kesempatan dia untuk menarik kakak dari orang tua kakak dek” Sebagai Informan tambahan, penulis meminta mantan suami S.S.N.S, yaitu B.S memberikan informasi mengenai pola komunikasi dalam keluarga S.S.N.S. “Kak M dulu memang agak jauh sama orang tuanya, karena orang tua sibuk. Kalau sama abang terbuka dia, dari dia kelas 1 SMA kami pacaran kemudian kejadian dia hamil sampe anak lahir ada beberapa perubahan yang buat kami pisah” Dari penuturan B.S, S.S.N.S memang kurang kasih sayang dari orang tuanya dan tidak memiliki teman dekat selain B.S. “Kak M kalau bisa dibilang dia itu kurang kasih sayang dari orang tua. Dia anaknya pendiam, sederhana dan dewasa. Teman dekat disekolah pun ngga ada, dia berteman biasa aja sama teman-teman di sekolahnya yang abang tau. Kalau dibilang dia itu ngga suka kumpul-kumpul, main kesana- kemari” B.S juga menambahkan bahwa S.S.N.S juga tidak terbuka dengan saudara- saudara kandungnya. “Kak M sama abang-abangnya sama kakaknya ngga dekat. Paling uci lah yang cerita-cerita sama dia, kalau dia mana ada cerita-cerita gitu. Sama abang lah dia terbuka tentang keluarganya. Mamak sibuk kerja, bapak apalagi? Kalau abang-abangnya, kak uci masih mau main-main keluar istilahnya hangout lah, kalau dia ngga mau. Kak M orangnya pemotivasi dia, ngga milih-milih dekat sama siapa aja. Kaya sama abang, abang hari tu kuliah karena dorongan dari dia walaupun akhirnya berhenti haha tertawa, kerja abang jadi tukang bangunan tapi dia motivasi abang terus istilahnya” Informan 3 : L.I Universitas Sumatera Utara 71 Komunikasi Keluarga merupakan komunikasi antara suami istri, serta orang tua dan anak adalah suatu hal yang sangat krusial dalam suatu keluarga, karena melalui komunikasi masing-masing pihak dapat saling memahami dan apabila proses dijalankan dalam waktu yang lama akan menimbulkan saling pengertian diantara masing-masing pihak. “Komunikasi antara mamak sama bapak kakak kurang tau sih kaya mana, soalnya kami ngga tinggal satu rumah. Dari aku kelas 6 Sd mamakku udah meninggal, terus belum ada 40 hari mamak meninggal bapak nikah lagi. Kalau komunikasi bapak sama mamak kandung ku dulu pun aku kurang ngerti, karena dulu kan aku masih kecil. Tapi keadaan keluarga jauh lebih baik sebelum mamak meninggal” L.I tidak mengetahui bagaimana komunikasi antara Ayah dan Ibu nya, baik antara ayah dan ibu kandungnya maupun antara ayah dan ibu tirinya. Sejak Ibunya meninggal, ayah maupun ibu tirinya sangat jarang berkomunikasi ataupun mengunjungi dirinya. “Komunikasi kakak sama orang tua ngga pernah, jarang lah. Paling kalau bapak datang ngobrolin tentang uang. Mamak tiri kakak juga gitu, kalau datang bicarain hal-hal yang menguntungkan dirinya aja. karena kami ngga tinggal satu rumah. Yang datang kesini bapak aja, mamak jarang” Keluarga L.I tidak mempunyai waktu khusus untuk berkumpul bersama. Mereka mempunyai kehidupan masing-masing. “Waktu khusus sama keluarga ngga ada. Kami ngurus kehidupan kami masing-masing. Bapak udah punya keluarga sendiri, abang dan kakakku udah pada nikah. Tinggal aku sendirilah dari umur 9 tahun, apa-apa sendiri. Sedih lah kalau diingat-ingat. Bapak datang paling kalau aku sakit atau kalau ada perlunya aja” Sesekali L.I mendapat nasehat dari ayahnya ketika ayahnya mengunjunginya. “Sekali-sekali bapak kakak mau juga nasehati, yaa baik-baik nasehatinya. Misalnya bilang sekolah yang bagus, jangan sering keluyuran. Bapak kakak kalau bicara lembut, makannya waktu dia jauh dari kami rasanya kehilangan, tapi mau gimana lagi? Dulu aku lebih dekat sama bapak dari pada sama mamak, rata-rata kalau anak perempuan dekat sama ayahnya.” Universitas Sumatera Utara 72 Komunikasi L.I dengan anggota keluarga lain juga terbatas. Keempat saudaranya sudah menikah, mereka tinggal satu rumah namun jarang berkomunikasi. “abang-abangku udah nikah semua, tapi tinggal disini sama aku. Kami ngga ada berkomunikasi, aku urus hidupku sendiri. Biaya sekolah memang dari abangku, hasil dari usaha keluarga sepeninggalan mamak. Jarang mereka perhatiin aku, sekedar nanya udah makan atau sekolah gimana? ngga ada. Kalau makan aku dikasih uang sama kak devi. Kalau makan aku beli sendiri. Cuma ngasih uang gitu aja mereka, kalau nanya dalam bentuk perhatian ngga ada” L.I merasa hidup sendiri walaupun tinggal bersama saudaranya. Tidak ada yang perhatian kepadanya. Untuk mencari perhatian saudara-saudaranya, L.I melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. “dari dulu aku hidup sendiri. Mereka ngga ada yang peduli sama ku. Urus hidup masing-masing lah. Waktu SMP dulu aku pernah nyoba bunuh diri karena merasa ngga ada yang perhatian sama ku. Kadang juga aku sms abang-abang ku untuk nyari perhatian mereka. Aku ngga bisa bicara langsung, rasanya sakit kali. Aku marah-marah di sms, aku bilang “kalian ngga ada yang peduli sama ku, ngga ada yang sayang sama ku, lebih baik aku mati aja dari pada seperti ini terus”. Harus gitu dulu biar diperhatiin mereka. Untuk seminggu dua minggu mereka perhatiin aku, tapi setelah itu balik seperti semula. Beberapa kali hal ini aku lakukan, sampai akhirnya aku bosan dan terima kenyataan hidup” Sambil menahan air mata, L.I menceritakan keadaan keluarga yang tidak peduli terhadap dirinya. “Aku dari kelas 6 Sd udah ngurus hidup sendiri. Mulai nyuci baju, nyiapin perlengkapan sekolah sampai makan ku juga aku urus sendiri. Abang dan kakakku ada, tapi mereka Cuma ngasih uang aja, kadang-kadang juga aku nyari tambahan sendiri. Di sekolah aku sering ngerjain tugas temen aku, tapi aku minta upah. Dari situ lah dapat uang tambahan, bisa aku simpan untuk beli-beli apa yang aku mau” L.I menuturkan hubungannya dengan anggota keluarga lain biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa, bahkan sering membuat dirinya kecewa. “kami ada 5 bersaudara, pertama bang Edi, kedua bang Sulis, bang Hendrik, kak Devi dan aku paling kecil. Kalau komunikasi aku sama bang Edi lebih sering dibandingkan sama yang lain, karena biaya sekolah dia yang nanggung. Kalau minta uang sekolah atau uang buku sama dia, yang ngasih uang jajan kak Devi, dikasih per minggu. Sama kak Devi aku juga Universitas Sumatera Utara 73 jarang komunikasi walaupun kami sama-sama perempuan, dia orangnya tertutup dan sibuk kerja. Kak Devi ngga pandai ngasuh adik, dia ngga dewasa. Komunikasi sama yang lain ngga pernah, paling yaa itu tadi waktu aku sms-sms baru datang. Apalagi bang Hendrik, datang kalau ada perlunya aja” Setelah lulus sekolah L.I tidak melanjutkan untuk kuliah karena tidak ada yang membiayai, padahal ia ingin sekali melanjutkan pendidikannya. “Sejak aku tamat sekolah aku dirumah aja, jaga anak kak Devi. Ngga pernah aku main-main dari dulu. Malah setelah tamat sekolah aku nyuci dan nyetrika pakaian kak devi. Kerja diluar ngga dikasih sama kak Devi, yaudah aku dirumah jaga anak bayi dan nyuci, dikasih upah sama kak Devi setiap bulan. Aku minta kuliah ngga dikasih sama bapak, karena ngga ada biaya. Padahal aku pengen jadi apoteker” L.I sempat sekolah di bagian farmasi, namun keterbatasan biaya membuat ia harus pindah sekolah. “aku dulu sempat sekolah di Farmasi beberapa bulan, aku keluar karena bapak bilang usahanya semakin jatuh. Mereka ngga ada nyuruh aku pindah ataupun keluar, tapi mamak tiri aku bilang bapak belum tentu sanggup biayai sekolah aku karena usaha mereka omsetnya turun. Inisiatif aku sendiri bilang mau keluar, secara ngga langsung sebenernya mereka nyuruh untuk berhenti. Tapi aku pengertian sendiri ajalah, aku milih sekolah di binjai yang lebih dekat dan lebih murah” Tabel : 4.2 Klasifikasi Pola Komunikasi Keluarga Para Informan Nama Informan Mayang Indah Putri Sri Susi Nirmala Sari Lina Indahyani • Komunikasi antara ibu dan ayah sering berlangsung ketika malam hari menjelang tidur. • Ayah jarang melalukan komunikasi dengan • Antara ibu dan ayah jarang melakukan komunikasi karena kesibukan masing- masing • Sebagai kepala keluarga ayah dipercaya untuk mencari nafkah • Terpisah rumah dengan ayah sejak usia 9 tahun • Pada dasarnya ayah Lina merupakan sosok yang lembut kepada anak- Universitas Sumatera Utara 74 anak-anaknya karena banyak menghabiskan waktu diluar rumah. • Bagi anak-anaknya, ayah adalah sosok yang pendiam dan emosional • Ayah tidak begitu menunjukkan kasih sayangnya, ayah cenderung memberi hukuman kepada anak-anaknya ketika peraturannya tidak dipatuhi • Ayah berkomunikasi dengan anak-anak melalui perantara ibu. • Ibu menjadi penghubung komunikasi antara ayah dan anak, sehingga ibu lebih sering berkomunikasi dengan anak- anaknya. • Waktu ibu untuk anak-anak tersita oleh pekerjaan • Ayah sangat jarang melakukan komunikasi dengan anak-anaknya karena banyak menghabiskan waktu untuk urusan bisnis. • Bagi anak-anaknya, ayah sosok yang pendiam • Berkomunikasi dengan anak-anaknya melalui perantara ibu. • Ibu menjadi penghubung antara ayah dan anak, namun karena ibu mempunyai kesibukan yang sama dengan ayah, anak-anak dianggap bisa menata kehidupannya masing-masing. • Setiap orang dalam keluarga ini mempunyai kedudukan yang sama untuk mengatur wilayah kehidupannya masing- masing. anaknya. • Ayah sangat sajarang melakukan komunikasi dengan anak-anaknya. • Ayah mengunjungi anak-anaknya jika anak-anaknya sakit atau ketika ayah ada kepentingan dengan anak- anaknya. • Pasca ibu kandung Lina meninggal, ia mempunyai ibu tiri yang hanya memperhatikan anak kandungnya saja. • Ayah maupun ibu tiri Lina menganggap anak- anaknya dapat mengatur hidupnya masing-masing. • Setiap orang dalam keluarga ini dianggap mampu mengatur kehidupannya masing-masing Universitas Sumatera Utara 75 • Ibu dikendalikan oleh ayah dengan diberikan tugas untuk mengawasi anak-anaknya. • Komunikasi yang terjadi antara ibu dan anak tergantung pada ayah. termasuk Lina yang saat itu masih berusia 9 tahun Sumber : Peneliti 2015 • Pengambilan Keputusan Informan 1 : M.I.P Pengambilan keputusan pada seorang remaja akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun hidup orang lain. Banyak sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu. Kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan resikonya. Remaja lebih dipandang sebagai masalah dari pada sebagai sumber daya. Dalam keluarga M.I.P, setiap anak diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan walaupun orang tua tidak menyetujuinya. “adik M.I.P yang nomor 2 ngga sekolah lagi kak. Dimarahi juga dia sama mamak waktu itu. Pasalnya dia mau pindah ngga di kasih surat pindah sama pihak sekolahnya kak. Dia ngga mau sekolah di situ lagi karena teman-temannya jahat. Sekarang dia udah kerja di depot air, banyak yang suka sama dia karena dia baik kak. Mamak sama bapak yaa udah jarang lah marah-marah lagi karena Indah udah nikah bembes juga udah kerja. Mungkin mamak udah malas marah-marah sama kami lagi kak”.. Universitas Sumatera Utara 76 M.I.P, juga tidak melanjutkan sekolah nya karena sudah tidak ada niat untuk belajar. Ia mengakui bahwa ibu nya marah, namun keputusan sepenuhnya diberikan kepada nya. M.I.P hanya lulusan Sekolah Menengah Pertama. “M.I.P udah bilang sama mamak kalau ngga mau sekolah lagi kak. Nanti mamak percuma aja sekolahin M.I.P,, yang ada kasihan nanti mamak. Ngga ada dipikiran untuk belajar belajar di sekolah lagi kak. Pikiran M.I.P, udah cowoooooo aja. Tau lah kalau perempuan sudah ngerti cowo gimana kak. Apalagi seperti M.I.P gini masih anak-anak kak. Mamak merepet terus kak, dibilang mamak “jadi ngapain kau ngga sekolah? M.I.P jawab “dipikiranku ngga ada sekolah lagi mak, jadi percuma mamak sekolahin aku”..gitu M.I.P bilang kak. Mamak yaa nasehatin M.I.P juga kak, ngasih tahu yang baik-baik lah. Tapi ya mamak bilang “suka hati kau la ndah, yang penting mamak udah ngasih tahu” Ayah M.I.P memberikan kebebasan atas keputusan M.I.P yang tidak mau bersekolah lagi. Menurut pengakuan M.I.P, ayah nya sudah bosan memberi nasehat, sehingga membiarkan ia dengan pilihannya. “kalau bapak capek lah dia kak, diem aja dia liat indah ngga sekolah, udah males dia. Sampai bapak bilang “terserah dia Indah mau sekolah mau engga, yang penting sekarang kalau udah ngga sekolah lagi cari uang jajan sendiri”.. gitu bapak bilang kak.. itulah Indah kerja di pabrik bola lampu kak” Remaja pada masanya berusaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya. Selain masa transisi banyak lagi sebutan untuk masa remaja, ada yang menyebutnya masa pubertas atau masa penuh gejolak emosi. Sebutan ini diberikan karena pada masa ini, remaja dalam pencarian jati diri sekaligus sebagai masa yang rawan dari pengaruh luar. Jika pandangan dan nilai orang tua berbeda dengan nilai teman sebaya maupun tokoh lain akan besar kemungkinan adanya konflik, sehingga remaja mengalami masalah. Pola interaksi yang dilakukan remaja dalam rangka mencari identitas dirinya secara tidak langsung mempengaruhi setiap keputusan yang diambil. Karena remaja lebih mempercayai teman dari pada diri sendiri maupun keluarga. Teman sebaya merupakan suatu kelompok yang diharapkan oleh remaja sebagai sesuatu yang dapat membuat mereka nyaman. Bersama teman sebaya, remaja dapat bercerita atau “curhat” tanpa rasa canggung karena rata-rata mereka seusia. Universitas Sumatera Utara 77 “Indah tamat SMP mau ke SMA itu lah ngga mau nyambung lagi kak. Udah bosen Indah sekolah, dari pada mamak nyekolahin Indah mamak yang setres, Indah bolos-bolos, sayang juga biaya sekolahnya. Di sekolah SMP indah yang pertama teman-temannya bandel-bandel kak. Jadi Indah ikutan bandel juga, sering-sering bolos. terus Indah pindah sekolah dekat rumah dan gratis. Dulu Indah SD baik kak, ngga ngerti apa-apa masih polos, rajin, dan dirumah aja pun Indah. Itu tadi kak pengaruh lingkungan. Pergaulan sekarang tau lah kak, aneh-aneh. Anak-anak Sd sekarang aja udah pada ngerti cowo kak” M.I.P mengatakan bahwa apa yang dialaminya sekarang merupakan pengaruh dari teman-temannya, bahkan teman dekatnya sendiri. “Indah sampai kejadian gini karena pengaruh lingkungan kak. Kawan- kawan Indah bandel-bandel. Indah aja di ajar-ajarin kak. Kawan-kawan dekat Indah sendiri yang mempegaruhi Indah kak. Indah orangnya gampang terpengaruh. Sekarang Indah ngga ada berteman lagi sama mereka kak, paling kalau ketemu sekedar negur aja la kak” Teman-teman dekat M.I.P satu sekolah dengannya dan tempat tinggal mereka berdekatan. Tempat Indah mencurahkan isi hatinya selain Ibu adalah tiga orang teman dekatnya. Namun, orang tua M.I.P tidak menyukai M.I.P berteman dengan tiga orang teman dekatnya tersebut. “teman dekat Indah ada 3 kak, Riska, Dinda dan Meli. Dekat-dekat sini juga rumah mereka. Kalau curhat sama mereka sering juga kak. Misalnya tentang cowo dan sekolah. Indah kan udah males sekolah kak, jadi satu pemikiran sama mereka. Bapak sama mamak marah kalau Indah main sama teman-teman Indah di daerah sini. Karena mereka bandel-bandel kak. Mereka udah pacar-pacaran, pulang-pulang malam, ketemuan- ketemuan diluar gitu lah kak”.. Nasehat kedua orang tuanya tidak didengarkan lagi, menurut pengakuan M.I.P, dirinya di kekang oleh peraturan-perarutan yang di berikan orang tuanya. “mamak sering nasehatin Indah kak. Udah cape lah dia kak. Kadang kita remaja juga ngga bisa di kekang kak. Indah ngga di kasih izin keluar, sembunyi-sembunyi keluarnya, ngga dikasih pacaran, malah pacaran diluar. Jadi Indah makin sering dimarahi makin ngga ada takutnya kak” Selain pengaruh dari teman-teman dekatnya, M.I.P mengakui bahwa keluarganya juga banyak yang bernasib sama sepertinya, menikah pada usia remaja. Universitas Sumatera Utara 78 “keluarga dari bapak ada empat orang yang kejadian kaya Indah gini kak. Indah, bu Ayu, bu Gidok dan Bu fitri. Keluarga kami yang lumayan “berada” bulek Ayu kak. Itu lah dia mau nyekolahin kami. Bu Gidok dulu mau di kuliahin bidan belum tamat sekolah, hamil. Bu ayu gitu juga, mau disekolahin bagus-bagus mau jadi model, hamil juga. Bu Fitri gitu juga kak, minta sekolah di tempat mahal terus minta pindah ke Aceh dituruti, yaa hamil juga kak. Malah Fitri sempat ngga pulang berbulan-bulan. Sekarang indah gitu juga kak. Padahal tinggal Indah lah harapan keluarga yang disuruh sekolah bagus-bagus” Sebagai seorang remaja, rasa keingintahuan M.I.P terhadap hal-hal baru cukup besar. Saat itu M.I.P merasa di kekang oleh aturan dari Ayahnya. Ayah melarang berpacaran namun Ibu sebagai tempat curahan hati M.I.P memperbolehkan M.I.P berpacaran. “kemaren itu sempat juga sih ngga dikasih pacaran, itu lah kak gara- garanya itu tadi, kita remaja ini ngga bisa di kekang, kalau anak yang udah tau cowo, ngga bisa ngga dikasih pacaran. Bukannya apa-apa kak, nanti malah ketemu-ketemu diluar. Seperti Indah kan gitu juga kak, terus terang aja Indah kak. Kalau mamak udah tau Indah punya pacar kak, Indah cerita sama mamak. Mamak mau marah gimana lagi kak, yang penting Indah bisa jaga diri aja kata mamak. Mamak pun bilang mamak suka lihat pacar Indah yang sekarang jadi suami Indah ini kak, kata mamak dia sopan, baik, menghargai orang tua, ngga seperti cowo-cowo lain ketemuan-ketemuan diluar kak” M.I.P pun mengakui bahwa pacar yang menjadi suami nya sekarang adalah sosok yang dewasa dan sopan kepada orang tua. Lelaki itu pun berulang kali menyatakan keseriusannya kepada M.I.P. “pacar Indah baik juga orangnya kak. Kami kalau ketemuan kan di luar kak, lama-kelamaan dia bilang, ngga enak diliat orang kalau ketemuan- ketemuan diluar. Terus dia minta kerumah. Waktu puasa tahun kemaren lah kak dia kerumah. Indah takut juga sama bapak, karena bapak mau mukul. Karena bapak udah tau Indah pacaran, bapak Cuma bilang “ kalau udah di kasih kepercayaan di jaga” M.I.P menuturkan bahwa ia berani mengambil resiko pacaran secara diam- diam karena ia mendapatkan apa yang tidak di dapatkannya dari orang tua. “Indah lebih milih dengar apa kata cowo Indah karena itu tadi kak, udah sayang. Dia orangnya dewasa kak. Kelihatannya dia yang lebih sayang sama Indah dibandingkan Orang tua Indah. Ngga tau kenapa gitu, mungkin karena lembutnya dia, dewasa, sering kasi uang juga. Kalau kerja gitu kan kak Indah sering dianter jemput. Kerjaan kami se-arah. Dia Universitas Sumatera Utara 79 pun sering nanya, “ada uang jajannya?” kalau Indah bilang ngga ada, langsung di kasih sama dia kak” Sebagai bukti keseriusan, pacar M.I.P memberikan cincin kepadanya. Mereka pacaran seperti layaknya orang dewasa bahkan yang sudah menikah. M.I.P mengakui bahwa dirinya sudah melakukan hubungan badan bahkan sebelum lelaki itu dibawa kehadapan kedua orang tua M.I.P. “pacar Indah bilang dia serius sama Indah, tapi lama kali waktunya. Indah kan masih SMP hari tu kak. Sebelum Indah bawa kerumah, kami sudah berbuat “gitu” kak. Semakin lama semakin sering sampai udah Indah bawa ke rumah pun “gitu” lagi kak. Mungkin udah jodoh tapi caranya yang salah, kalau dia mau nunggu ngga seperti ini kejadiannya kak”.. Setelah berhenti sekolah selama dua tahun, M.I.P ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMA karena merasa lelah bekerja. Namun M.I.P ketahuan hamil oleh Ibunya. “sebenernya kemaren Indah mau lanjut sekolah lagi kak. Baju-baju dan perlengkapan sekolah udah dibeli. Indah rasa cape kerja, gajinya juga kecil. Enak sekolah Indah rasa, dapet uang jajan setiap hari. Tapi waktu mau daftar sekolah Indah sakit, terus diopname. Disitu lah Indah ketahuan hamilnya kak. Indah sakit bawaan bayi ternyata. Yaudah, baju sekolah dan perlengkapannya dikasi ke sepupu kak” M.I.P menikah pada usia 16 tahun. Kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkan M.I.P karena sudah mengandung selama enam minggu. “setelah ketahuan Indah hamil, mamak gemetaran kak, ngga bisa nangis lagi dia. Bapak mau marah kek mana lagi kak? Udah kejadian. Yaudah, terakhir bapak nanya siapa yang buat Indah kaya gini, habis itu komunikasi dengan keluarga laki-laki, kami nikah kak. Habis lah kami dimarahi kak” Informan 2 : S.S.N.S Dibandingkan dengan orang dewasa, remaja lebih fokus pada orientasi yang langsung pada suatu keputusan daripada berpikir tentang jangka panjang pada suatu keputusan. Orientasi yang lemah dalam memprediksi masa depan mempengaruhi remaja dalam melihat kerugian dalam pengambilan keputusan Dalam pengambilan keputusan remaja cenderung memperhatikan dan fokus pada Universitas Sumatera Utara 80 kerugian secara langsung dan jangka pendek dari sebuah pilihan daripada kerugian jangka panjang. “kakak menikah karena MBA Married by Accident. Kakak hamil di akhir-akhir SMA lah. Dapet ijazah kakak, karena kan setelah ujian nasional. Kalau dimarahi orang tua itu pasti, mamak kakak hancur kali hatinya, nangis, ngga ngerti lah kakak bilangnya. Karena kakak udah hamil, mau gimana lagi? Kakak nikah, tapi satu tahun kemudian kakak pisah” Keluarga S.S.N.S terutama orang tuanya, membebaskan anak-anaknya dengan pilihan masing-masing. Mereka harus bertanggung jawab atas pilihannya sendiri, tidak ada sesuatu yang dipaksakan. “orang tua kakak membebaskan kami, mau apa aja, ngapain aja asal baik dan wajar ngga ada masalah. Berteman dengan siapa aja ngga ada masalah. Yang memutuskan mau sekolah dimana yaa kami masing-masing dek. Cerita juga sama mamak mau sekolah dimana, kalau orang tua kakak setuju-setuju aja sama kemauan kami dan kami punya tanggung jawab atas diri kami masing-masing. Yang penting kami harus ngerti kalau orang tua sibuk karena cari uang untuk memenuhi kebutuhan anak- anaknya. Walaupun pada akhirnya kakak kurang perhatian dan kasih sayang yaa gitu lah dek. Intinya kalau keputusan menikah itu diambil oleh orang tua kakak karena udah kejadian kakak hamil duluan” Menurut penuturan S.S.N.S, pengambilan keputusan yang dilakukannya kebanyakan adalah buah pemikirannya sendiri. Namun, setelah dekat dengan B.S, sedikit banyak laki-laki tersebut mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan yang dilakukannya. “kakak ngambil keputusan berdasarkan pemikiran kakak sendiri, yang mana menurut kakak baik, kakak lakukan. Kalau sharing dulu untuk mengambil keputusan engga pernah sih dek. Karena kakak ngga pernah curhat-curhat gitu sama orang lain. Waktu milih sekolah juga gitu, kakak nyari informasi sendiri kemudian kakak tinggal bilang ke mamak kakak, mamak kakak setuju-setuju aja, karena kami diberi kepercayaan atas diri kami masing-masing. Setelah dekat dengan dia B.S, sedikit banyak dia ada-lah mempengaruhi kakak dalam pengambilan keputusan. Karena dia temen cerita kakak, jadi sikap kakak udah berdasarkan dari dua pemikiran. Kaya misalnya waktu kakak mulai jauh dari orang tua di masa- masa SMA, respon dia mendengar cerita kakak mempengaruhi sikap kakak sama orang tua jadinya dek. Yang seharusnya dia menasehati kakak agar hubungan kakak dengan orang tua jadi harmonis, malah dia seperti memprovokasi. Universitas Sumatera Utara 81 Informan 3 : L.I Pengambilan keputusan merupakan proses untuk membuat suatu pilihan yang bersifat intensional dan reflektif dalam merespon kebutuhan. Proses ini dipengaruhi masa lalu, masa sekarang dan perkiraan masa yang akan datang. L.I lebih sering mengambil keputusan sendiri. Ia tergolong anak yang pengertian terhadap keadaan keluarga. “untuk mengambil keputusan biasanya aku sendiri. Misalnya aku mau sekolah dimana pokoknya yang menyangkut hidup aku, biasanya aku putuskan sendiri. Keputusan yang aku ambil juga melihat kondisi disekeliling aku. Kalau keputusan yang menyangkut keluarga, entah itu warisan atau usaha peninggalan bg sulis lebih berperan, karena dia anak yang paling besar. Bapak udah ngga mau ikut campur lagi dengan kehidupan kami. Diluar itu kami urus hidup kami masing-masing. Untuk mengambil keputusan menikah, L.I meminta izin kepada Ayah dan saudara-saudaranya. “aku nikah karena kemauan aku sendiri. Tapi, aku minta izin sama bapak, abang-abang aku dan kak Devi. Mereka setuju, bapak juga setuju. Malah seneng pun. Langsung ditanya, kapan mau nikahnya? Bapak kan udah tau pacar ku..ngga ada dihalang-halangi. Yang kurang setuju kemaren kak Devi, karena dia mikir aku masih umur 18 tahun, kerja aja dulu katanya. Tapi aku lihat mereka nikah kayanya enak, ada yang perhatiin, di sayang, enak lah ku lihat. Dari kecil aku udah kurang kasih sayang, ngga diperhatiin jadi yaudalah aku nikah aja lagian aku malu juga tamat sekolah jaga anak, nyuci-nyuci, dirumaaaah aja. Untuk menghindari itu aku milih nikah” L.I mengambil keputusan berdasarkan apa yang ia lihat di masa lalu dan sekarang. Berdasarkan apa yang ia lihat dari saudara-saudara kandungnya. Pengambilan keputusan untuk menikah dilakukan L.I karena faktor keadaan. “aku ngambil keputusan karena pemikiran ku terhadap suatu hal. Kaya misalnya tadi, mamak sama bapakku ngga nyuruh aku untuk pindah sekolah, tapi sebagai anak yaa harus ngerti kalau udah dibilangin gitu. Keputusan aku nikah karena itu tadi, kayanya kakak sama abang-abangku nikah ada yang ngasih perhatian dan kasih sayang lagian aku ngga kerja Cuma jaga anak kak devi. Lagian pun mantan pacar haha tertawa alias suami ku sekarang umurnya udah 30 an jadi waktu dia ngajak nikah aku mau, karena aku anggap dia lebih dewasa dibandingkan aku. Semua yaa karena keadaan. Aku pikir kalau aku menikah bakalan ada yang perhatian sama ku, kalau dari dahulu aku dapat kasih sayang yang cukup, mungkin Universitas Sumatera Utara 82 aku ngga mau menikah muda. Mau menikmati masa-masa muda. Kerja cari uang untuk menghidupi diri sendiri. Sekarang aku kerja bukan untuk aku sendiri hasilnya tapi untuk suami juga. Kalau aku masih sendiri aku bisa beli apa aja yang aku mau, jalan-jalan kesana-kemari, main-main bareng kawan-kawan. Aku ngga menyesal udah menikah, tapi menurutku sekarang tanggunganku jadi double ngga Cuma mikir diri sendiri” Tabel : 4.3 Klasifikasi Pengambilan Keputusan Para Informan Nama Informan Mayang Indah Putri Sri Susi Nirmala Sari Lina Indahyani • Pengambilan keputusan untuk menikah pada usia remaja dipilih orang tua karena Indah sudah hamil terlebih dahulu. • Indah bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri walaupun bertentangan dengan kehendak orang tuanya. • Indah cenderung bertindak sebelum berpikir, hal ini disebabkan kerena seorang remaja sulit untuk membuat rencana dan mengontrol emosi • Pengambilan keputusan untuk menikah pada usia remaja dipilih orang tua karena Mala telah hamil terlebih dahulu. • Mala mempunyai kekuasaan sendiri untuk mengambil keputusan atas dirinya, karena dalam keluarga Mala setiap anggota keluarga di anggap sudah ahli dalam menata kehidupannya masing- masing. • Sebagai seorang remaja, kemampuan kognitif Mala untuk mengontrol emosi dan membuat rencana belum matang, sehingga Mala cenderung bertindak • Pengambilan keputusan untuk menikah pada usia 18 tahun dipilih Lina karena merasa kurang mendapat kasih sayang dari keluarganya. • Sejak ayahnya tidak tinggal bersama mereka anak-anaknya, setiap orang dalam keluarga dianggap sudah mempunyai wilayah masing- masing dan dianggap mampu mengendalikan wilayahnya. • Keputusan yang dipilih Lina Universitas Sumatera Utara 83 karena ketidakmatangan kognitif • Keputusan yang diambil Indah cenderung dipengaruhi oleh teman sebaya, karena pada usia ini seorang remaja lebih mementingkan reward dari lingkungannya dibandingkan konsekuensi jangka panjang. sebelum berpikir • Keputusan mala bersikap menentang orang tua sedikit banyak dipengaruhi oleh teman terdekatnya selain ada faktor kekecewaan dalam keluarga. cenderung karena keadaan keluarga yang memaksa ia untuk lebih dewasa. 4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Pola Komunikasi Keluarga Informan Keluarga merupakan sebuah group yang terbentuk dari hubungan pria dan wanita, hubungan yang berlangsung lama untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Cara orang tua berinteraksi dengan anaknya akan tercermin dengan sikap dan perilaku seorang anak, meskipun dampaknya tidak terlihat secara langsung. Komunikasi dalam keluarga biasanya berbentuk komunikasi interpersonal face to face yang pada intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator maupun komunikan. Cara orang tua berinteraksi dengan anaknya akan tercermin dengan sikap dan perilaku seorang anak. Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

KELUARGA PASANGAN PERKAWINAN USIA MUDA/ REMAJA DALAM PERSPEKTIF PERTUKARAN SOSIAL

0 3 17

Pola komunikasi, pengambilan keputusan, dan kesejahteraan keluarga jarak jauh pada mahasiswa pascasarjana IPB

0 4 214

PERILAKU REMAJA PADA KELUARGA MISKIN (STUDI KASUS KENAKALAN REMAJA DI DESA HELVETIA KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG).

0 4 20

PARTISIPASI IBU RUMAH TANGGA DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN EKONOMI KELUARGA DI DESA SEI SEMAYANG KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG.

0 2 27

PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH DI USIA REMAJA.

1 8 112

Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PARADIGMA KAJIAN - Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabu

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH - Pola Komunikasi Keluarga Dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan Usia Remaja (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten

0 0 9

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERKAWINAN USIA REMAJA (Studi kasus pola komunikasi keluarga dalam pengambilan keputusan perkawinan usia remaja di Desa Sei Semayang, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang)

0 1 15

Komunikasi Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Perkawinan di Usia Remaja - Repository Universitas Al Azhar Indonesia

0 0 13