tingkat motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian keseimbangan.
Motiv merupakan suatu dorongan kebutuhan dari dalam diri pegawai yang perlu dipenuhi agar pegawai tersebut dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya,
sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motifnya.
2.2.2. Teori Motivasi
Teori yang mendasarkan usaha pemberian motivasi kerja ada beberapa macam yaitu:
a. Teori Hierarkhi Kebutuhan Need Hierarchi Theory Maslow dalam Gitosudarmo 1997 menyatakan bahwa kebutuhan
manusia mengandung unsur bertingkat atau memiliki hierarkhi dari kebutuhan yang rendah sampai yang prioritas tinggi. Kebutuhan manusia yang paling
dasar adalah kebutuhan fisik seperti makan, minum dan pakaian. Apabila kebutuhan dasar ini belum terpenuhi secara cukup maka kebutuhan tersebut
akan menduduki hierarkhi yang tertinggi dan kebutuhan yang lain menduduki hierarkhi rendah. Adapun kebutuhan manusia terdiri dari beberapa tingkat
dengan urutan sebagai berikut: 1 Fisik;
2 Rasa aman;
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
3 Sosialkemasyarakatan; 4 Penghargaan;
5 Aktualisasi diri. Kebutuhan fisik adalah kebutuhan yang paling dasar yaitu kebutuhan
yang berhubungan dengan biologis seperti makanan, minuman, pakaian dan papan tempat berteduh. Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan atas
perlindungan dari gangguan fihak lain baik yang berasal dari manusia lain maupun dari makhluk lain seperti binatang buas dan sebagainya. Pemenuhan
kebutuhan ini dapat berupa pemilikan alat-alat perlindungan, alat pertahanan diri, persenjataan, alat tanda bahaya, dan sebagainya. Kebutuhan rasa aman
akan muncul setelah kebutuhan fisik terpenuhi. Setelah kebutuhan urutan kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman
terpenuhi maka akan muncul kebutuhan urutan ketiga yaitu kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial adalah berupa kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain
atau anggota masyarakat yang lain. Kebutuhan ini dapat berupa memberi dan menerima rasa cinta kasih, rasa diterima dalam kelompok, rasa membutuhkan
dan dibutuhkan, rasa berteman atau bekerja sama. Apabila kebutuhan urutan ketiga ini telah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan berikutnya yaitu
kebutuhan akan penghargaan diri harga diri. Kebutuhan ini dapat berupa tuntutan atau keinginan untuk dianggap sebagai pimpinan yang baik, sekretaris
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
yang baik, dosen yang rajin, karyawan yang berprestasi, mahasiswa teladan dan sebagainya.
Kebutuhan pada urutan terakhir adalah kebutuhan atas aktualisasi diri yaitu suatu kebutuhan untuk menunjukkan kepribadian khusus seseorang,
dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya. Kebutuhan ini dapat berupa keinginan seseorang untuk menghasilkan sesuatu yang dapat
diakui oleh umum bahwa hasil karyanya sangat baik dan bermanfaat bagi masyarakat atau orang lain.
Dari beberapa urutan kebutuhan manusia tersebut di atas apabila kebutuhan yang paling dasar sudah terpenuhi maka kebutuhan tingkat
berikutnya menjadi dominan dan kebutuhan yang lain akan menjadi kurang dominan atau pada hierarkhi yang rendah.
b. Teori Dua Faktor Motivator-Hygiene Theory Teori dua faktor dari Herzberg Gitosudarmo, 1997 berusaha mencari
sebab-sebab adanya rasa puas dan rasa tidak puas dari seseorang terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Dengan diketahuinya sebab-sebab tersebut,
maka akan diusahakan untuk dapat diciptakan kepuasan sehingga para pekerja dapat terdorong atau termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik. Teori ini
memberikan gambaran bahwa kepuasan akan hasil pekerjaan seseorang dipengaruhi oleh suatu faktor yang disebut faktor pemuas satisfier factor.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Faktor pemuas tersebut timbul di dalam diri pekerja terhadap hasil pekerjaannya dan kemudian menciptakan perasaan berprestasi, dihargai,
memperoleh kemajuan, telah mengerjakan yang cukup penting serta rasa tanggung jawab. Di pihak lain pada diri pekerja juga terdapat rasa ketidak-
puasan yang disebut faktor kesehatan higiene factor. Hygiene factor berupa pengaruh lingkungan kerja, yaitu antara lain
berupa hubungan dengan supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman dalam bekerja, kondisi kerja, status pekerjaan atau jabatan, serta gaji
yang cukup. Tersedianya faktor kesehatan berarti terciptanya lingkungan kerja yang sehat baik sehat fisik maupun sehat mental Gitosudarmo, 1997.
Kedua faktor yaitu satisfier factor dan hygiene factor harus tersedia atau disediakan oleh manajer sehingga terjadi dorongan untuk bekerja bersama
secara efektif dan efisien. Implikasi teori ini bahwa seorang pekerja mempunyai dorongan untuk berkarya tidak sekedar mencari nafkah akan tetapi
sebagai wahana untuk memuaskan berbagai kepentingan dan kebutuhannya, bagaimanapun kebutuhan itu dikategorisasikan Siagian, 1995.
c. Teori X dan Teori Y Menurut Gregor dalam Gitosudarmo 1997 terdapat dua macam sikap
dasar dari setiap orang yaitu : 1 Sikap dasar yang didasari oleh teori X
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dalam teori ini diasumsikan bahwa pada dasarnya manusia memiliki sifat malas, lebih senang kepadanya diberikan petunjuk-petunjuk praktis saja
daripada diberikan kebebasan berfikir dan memilih atau mengambil keputusan. Dalam hal ini mereka tidak senang menerima tanggung jawab, dia hanya
menyenangi haknya saja serta selalu ingin aman. Motivasi kerja hanyalah untuk mendapatkan uang atau finansial saja motif finansial. Manajer yang
mendasarkan teori ini akan melakukan pengawasan sangat ketat dengan tidak memberikan kebebasan kepada bawahan, pekerjaan disusun dengan
berstruktur secara rapi dan teliti, sedangkan pekerja tinggal mengikuti petunjuk-petunjuk pelaksanaan kerja tanpa kebebasan, kemudian memberikan
hukuman atau paksaan dan hadiah atau ganjaran. Kebijaksanaan manajer dengan teori X mengandung bahaya karena pengawasan yang terlalu ketat dan
tanpa kebebasan akan menimbulkan perlawanan dan ketidakpuasan. Teori X banyak menunjukkan kebenaran pada masyarakat yang masih berpendidikan
rendah yang pada umumnya mereka masih mendasarkan diri pada motif fisik dan rasa aman saja.
Penerapan teori X bagi seorang manajer tercermin pada sikap atau pandangannya terhadap bawahan yang berupa:
a Karyawan pada umumnya tidak suka bekerja dan akan selalu berusaha untuk menghindar apabila terdapat kesempatan untuk menghindari
pekerjaan yang menjadi tugasnya;
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
b Karyawan harus dipaksa diarahkan, diawasi dan apabila perlu diberikan ancaman hukuman agar tujuan perusahaan dapat tercapai;
c Kebanyakan orang tidak kreatif, tidak berinisiatif dan tidak suka bertanggung jawab, maka manajer harus selalu memberikan pengarahan
dan petunjuk kepada karyawannya. 2 Sikap dasar yang dilandasi oleh teori Y
Teori Y berasumsi bahwa manusia pada dasarnya senang bekerja. Bekerja adalah faktor alamiah bagi orang dewasa seperti halnya bermain bagi
anak-anak kecil. Oleh karena itu, sebenarnya dimanapun dan kapanpun setiap orang dewasa akan selalu mencoba untuk bekerja. Dalam hal ini, manusia
akan selalu bekerja untuk mencapai tujuannya. Pengendalian dan penempatan diri sendiri merupakan dasar motivasi kerja guna mencapai tujuan organisasi.
Pencerminan dari manajer yang menerapkan teori Y ini adalah berupa pemberian kelonggaran yang lebih besar kepada bawahan untuk berinisiatif,
mengembangkan kreasi-kreasi mereka guna selalu meningkatkan efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan organisasi. Di samping itu manajer akan bersifat
terbuka open management, yaitu berusaha memberikan informasi-informasi yang diperlukan untuk peningkatan kegiatan kerja baik diminta maupun tidak
diminta oleh bawahan atau karyawannya. Gejala ini akan banyak dijumpai pada masyarakat yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Penerapan teori Y bagi seorang manajer tercermin dalam sikap dan tindakannya yang berupa:
a Karyawan diberi kebebasan untuk bekerja dan berinisiatif karena bekerja adalah pada hakekatnya seperti halnya bermain pada anak-anak kecil;
b Paksaan dan pengawasan ketat tidak banyak dilakukan akan tetapi lebih banyak diadakan komitmen atau persetujuan dan kesepakatan bersama,
karena dengan kesepakatan itu akan timbul dorongan dari dalam diri karyawan itu sendiri, dorongan yang timbul dari dalam diri adalah yang
terbaik; c Kreativitas karyawan dikembangkan karena pada hakekatnya karyawan
tidak hanya ingin memperoleh tanggung jawab dari orang lain akan tetapi mereka juga mencari tanggung jawab dari dirinya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa dengan adanya motivasi akan terjadilah kemauan kerja dan dengan adanya kemauan untuk bekerja serta
bekerja sama itu maka produktivitas akan meningkat. Motivasi dapat dilaksanakan dengan berbagai cara antara lain dengan pendekatan finansial maupun pendekatan
non finansial. Pendekatan finansial untuk menimbulkan motivasi dapat dilakukan dengan memberikan upah serta upah insentif kepada karyawan, sedangkan
pendekatan non finansial dapat dilakukan dengan cara mengadakan sinkronisasi kepentingan individu dengan kepentingan bersama atau kepentingan perusahaan.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Di samping itu motivasi dapat pula diciptakan dengan mengadakan pengaturan kondisi kerja yang sehat. Hal-hal tersebut akan menimbulkan motivasi
kerja sehingga karyawan mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian, ketrampilan, tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan
berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi.
2.2.3. Faktor-faktor Motivasi
Faktor-faktor motivasi yang diuraikan dalam hal ini dikutip dari teori dua faktor Herzberg. Faktor-faktor motivasi tersebut adalah sebagai berikut:
1 Gaji Salary Bagi pegawai, gaji merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan
diri sendiri dan keluarganya. Gaji selain berfungsi memenuhi kebutuhan pokok bagi setiap pegawai juga dimaksudkan untuk menjadi daya dorong bagi
pegawai agar dapat bekerja dengan penuh semangat. Menurut Braid dalam Ishak dan Tanjung, 2003 tidak ada satu organisasipun yang dapat
memberikan kekuatan baru kepada tenaga kerjanya atau meningkatkan produktivitas, jika tidak memiliki sistem kompensasi yang realitis dan gaji bila
digunakan dengan benar akan memotivasi pegawai. Program kompensasi yang baik mempunyai tiga ciri penting yaitu bersaing, rasional, berdasarkan
performa.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Stephen et al. dalam Ishak dan Tanjung, 2003 menyatakan bahwa uanggaji tidak dapat memotivasi terkecuali pegawai menyadari
keterkaitannya dengan performa. Sedangkan menurut Nitisemito dalam Saydam 2002 agar karyawan
dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik, dalam pemberian kompensasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum b. Dapat mengikat karyawan agat tidak keluar dari perusahaan
c. Dapat menimbulkan semangat dan kegairahan kerja d. Selalu ditinjau kembali
e. Mencapai sasaran yang diinginkan f. Mengangkat harkat kemanusiaan
g. Berpijak pada peraturan yang berlaku. 2 Supervisi
Supervisi yang efektif akan membantu peningkatan produktivitas pekerja melalui penyelenggaraan kerja yang baik, pemberian petunjuk sesuai standar
kerja, dan perlengkapan pembekalan yang memadai serta dukungan lainnya. Tanggungjawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik
mungkin dengan mengkoordinasikan sistem kerja pada unit kerjanya secara efektif Dharma, 2005.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Supervisor mengkoordinasikan sistem kerjanya itu dalam tiga hal penting yaitu: melakukan dengan memberi petunjukpengarahan, memantau proses
pelaksanaan pekerjaan, dan menilai hasil dari sistem kerja yang diikuti dengan melakukan umpan balik feed back. Supervisor dalam melaksanakan
penilaian kinerja, menurut Harper dalam Ishak dan Tanjung 2003 pendekatan pengkajian dan pengembangan kinerja performance review and
development lebih efektif dari sistem penilaian kinerja karena seorang pimpinan tidak hanya memusatkan perhatian pada pengembangan
kemampuan, potensi karier, dan keberhasilan profesional setiap karyawan. Pendekatan pengkajian dan pengembangan kinerja mencakup penciptaan
sasaran dan standar kinerja, mengkaji kinerja aktual, membandingkan kinerja aktual dengan sasaran yang telah ditentukan, mengaitkan imbalan dengan
kinerja, membuat rencana pengembangan, dan menyepakati sasaran dan standar kinerja masa depan.
3 Kebijakan dan Administrasi Keterpaduan antara pimpinan dan bawahan sebagai suatu keutuhan atau
totalitas sistem merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Melalui
pendekatan manajemen partisipatif, bawahan tidak lagi dipandang sebagai objek, melainkan sebagai subjek Mangkuprawira, 2002. Dengan komunikasi
dua arah akan terjadi komunikasi antar pribadi sehingga berbagai kebijakan
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
yang diambil dalam organisasi bukan hanya merupakan keinginan dari pimpinan saja tetapi merupakan kesepakatan dari semua anggota organisasi.
Para pendukung manajemen partisipatif selalu menegaskan bahwa manajemen partisipatif mempunyai pengaruh positif terhadap karyawan,
melalui partisipasi, para karyawan akan mampu mengumpulkan informasi, pengetahuan, kekuatan dan kreaktivitas untuk memecahkan persoalan
Mangkuprawira, 2002. 4 Hubungan Kerja
Untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, haruslah didukung oleh suasana kerja atau hubungan kerja yang harmonis yaitu terciptanya
hubungan yang akrab, penuh kekeluargaan dan saling mendukung baik itu hubungan antara sesama pegawai atau antara pegawai dengan atasan. Manusia
sebagai makhluk sosial akan selalu membutuhkan hubungan dengan orang lain, baik itu ditempat kerja maupun diluar lingkungan kerja. Menurut
Ranupandojo dan Husnan 1997, bahwa manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan persahabatan dan mereka tidak akan bahagia bila ditinggalkan
sendirian, untuk itu maka mereka akan melakukan hubungan dengan teman- temannya.
Kebutuhan sosial secara teoritis adalah kebutuhan akan cinta, persahabatan, perasaan memiliki dan diterima oleh kelompok, keluarga dan
organisasi Mengginson dalam Handoko, 1998. Kelompok yang mempunyai
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
tingkat keeratan yang tinggi cenderung menyebabkan para pekerja lebih puas berada dalam kelompok. Kelompok kerja juga dapat memenuhi sistem sebagai
“sounding board” terhadap problem mereka atau sebagai sumber kesenangan atau hiburan.
5 Kondisi Kerja Kondisi kerja yang nyaman, aman dan tenang serta didukung oleh
peralatan yang memadai tentu akan membuat pegawai betah untuk bekerja. Menurut Hasibuan 2004, bahwa dengan kondisi kerja yang nyaman,
karyawan akan merasa aman dan produktif dalam bekerja sehari-hari. Lingkungan fisik dimana individu bekerja mempunyai pengaruh pada jam
kerja maupun sikap mereka terhadap pekerjaan itu sendiri 30 dari kasus absensi para pekerja ternyata disebabkan oleh sakit yang muncul dari
kecemasan neurosis yang berkembang sebagai reaksi bentuk kondisi kerja. 6 Pekerjaan itu sendiri
Pekerjaan itu sendiri menurut Herzberg merupakan faktor motivasi bagi pegawai untuk berforma tinggi. Pekerjaan atau tugas yang memberikan
perasaan telah mencapai sesuatu, tugas itu cukup menarik, tugas yang memberikan tantangan bagi pegawai, merupakan faktor motivasi, karena
keberadaannya sangat menentukan bagi motivasi untuk berforma tinggi. Leidecker Hall dalam Ishak dan Tanjung, 2003.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Suatu pekerjaan akan disenangi oleh seseorang bila pekerjaan itu sesuai dengan kemampuannya, sehingga dia merasa bangga untuk melakukannya.
Pekerjaan yang tidak disenangi kurang dan menantang, biasanya tidak mampu menjadi daya dorong, bahkan pekerjaan tersebut cenderung menjadi rutinitas
yang membosankan dan tidak menjadi kebanggaan Saydam, 2002. Melalui teknik pemerkayaan pekerjaan dapat menjadi sarana motivasi
pegawai dengan membuat pekerjaan mereka lebih menarik, dan membuat tempat kerja lebih menantang dan memuaskan untuk bekerja Grensing dalam
Ishak dan Tanjung, 2003. 7 Peluang untuk maju advance
Peluang untuk maju advance merupakan pengembangan potensi diri seseorang karyawan dalam melakukan pekerjaan Saydam, 2002. Setiap
karyawan tentunya menghendaki adanya kemajuan atau perubahan dalam pekerjaannya yang tidak hanya dalam hal jenis pekerjaan yang berbeda atau
bervariasi, tetapi juga posisi yang lebih baik. Setiap karyawan menginginkan adanya promosi ke jenjang yang lebih tinggi, mendapatkan peluang untuk
meningkatkan pengalamannya dalam bekerja. Peluang bagi pengembangan potensi diri akan menjadi motivasi yang kuat bagi pegawai untuk bekerja lebih
baik. Promosi merupakan kemajuan karyawan ke pekerjaan yang lebih dalam
bentuk tanggung jawab yang lebih besar, prestise atau status yang lebih, skill
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
yang lebih besar, dan khususnya naiknya tingkat upah atau gaji. Ada beberapa alasan menurut Gomes 2004 perlunya promosi diprogramkan dengan baik
oleh organisasi sebagai berikut : a. Promosi adalah jenjang kenaikan pegawai yang dapat menimbulkan
kepuasan pribadi dan kebanggaan. b. Promosi menimbulkan pengalaman dan pengetahuan baru bagi pegawai
dan hal tersebut akan merupakan daya dorong bagi pegawai yang lain. c. Promosi dapat mengurangi angka permintaan berhenti pegawai labor
turnover. d. Promosi dapat membangkitkan semangat kerja pegawai dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi yang mereka juga berkepentingan. e. Adanya peluang promosi membangkitkan kemauan untuk maju pada
pegawai itu sendiri dan juga menimbulkan kesungguhan dalam mengikuti pendidikan dan latihan yang diselenggarakan oleh organisasi.
f. Promosi dapat menimbulkan keunggulan berantai dalam organisasi karena timbulnya lowongan berantai.
8 Pengakuanpenghargaan Recognition Seperti dikemukakan oleh Maslow, bahwa setiap manusia mempunyai
kebutuhan rasa ingin dihargai sense of belonging. Pengakuan terhadap prestasi merupakan alat motivasi yang cukup ampuh, bahkan bisa melebihi
kepuasan yang bersumber dari pemberian kompensasi Saydam, 2002.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Menurut Simamora 1997, pengakuan merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis
dan atau fisik dimana orang tersebut bekerja, yang masuk dalam kompensasi non finansial.
Seseorang yang memperoleh pengakuan atau penghargaan akan dapat meningkatkan semangat kerjanya. Menurut Soeprihanto 2003: Kebutuhan
akan harga diripenghormatan lebih bersifat individual atau mencirikan pribadi, ingin dirinya dihargai atau dihormati sesuai dengan kapasitasnya
kedudukannya, sebaliknya setiap pribadi tidak ingin dianggap dirinya lebih rendah dari yang lain. Mungkin secara jabatan lebih rendah tetapi secara
manusiawi setiap individu pria atau wanita tidak ingin direndahkan. Oleh sebab itu pimpinan yang bijak akan selalu memberikan
pengakuanpenghargaan kepada karyawan yang telah menunjukkan prestasi membanggakan sebagai faktor motivasi yang efektif bagi peningkatan prestasi
kerja pegawainya. 9 Keberhasilan achievement
Setiap orang tentu menginginkan keberhasilan dalam setiap kegiatan tugas yang dilaksanakan. Pencapaian prestasi atau keberhasilan achievement
dalam melakukan suatu pekerjaan akan menggerakkan yang bersangkutan untuk melakukan tugas-tugas berikutnya Saydam, 2002. Dengan demikian
prestasi yang dicapai dalam pekerjaan akan menimbulkan sikap positif, yang
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
selalu ingin melakukan pekerjaan dengan penuh tantangan. Seseorang yang memiliki keinginan berprestasi sebagai suatu kebutuhan dapat mendorongnya
untuk mencapai sasaran. Menurut David McCleland bahwa tingkat “needs of Achievement” n-
Ach yang telah menjadi naluri kedua merupakan kunci keberhasilan seseorang Ishak dan Tanjung, 2003. Kebutuhan berprestasi biasanya
dikaitkan dengan sikap positif, keberanian mengambil resiko yang diperhitungkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.
10 Tanggung Jawab Menurut Flippo 1996, bahwa tanggung jawab adalah merupakan
kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima. Setiap orang
yang bekerja pada suatu perusahaanorganisasi ingin dipercaya memegang tanggung jawab yang lebih besar dari sekedar apa yang telah diperolehnya.
Tanggung jawab bukan saja atas pekerjaan yang baik, tetapi juga tanggung jawab berupa kepercayaan yang diberikan sebagai orang yang
mempunyai potensi. Setiap orang ingin diikutsertakan dan ingin diakui sebagai orang yang mempunyai potensi, dan pengakuan ini akan menimbulkan rasa
percaya diri dan siap memikul tanggung jawab yang lebih besar Saydam, 2002.
Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008
Selanjutnya berdasarkan teori kebutuhan Maslow dalam Gomes, 2004, ada tiga variabel utama dalam menjelaskan motivasi kerja, yaitu:
a. Employee needs. Seorang pekerja mempunyai sejumlah kebutuhan yang hendak dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan stimuli internal
motivasi yang menyebabkan perilaku. b. Organizational incentives. Organisasi atau perusahaan mempunyai sejumlah
rewards insentif untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pekerja. Faktor insentif ini berpengaruh terhadap arah dari perilaku pekerja.
c. Perceptual outcomes. Pekerja biasanya mempunyai sejumlah persepsi mengenai: nilai dari rewards organisasi, hubungan antara performance dan
rewards, dan kemungkinan yang bisa dihasilkan melalui usaha-usaha mereka dalam performasi kerjanya.
2.3. Teori Insentif 2.3.1. Pengertian Insentif