Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen Uji Asumsi Klasik

tanggung jawabnya dan menunaikan kewajibannya dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi. Untuk mengukur variabel motivasi kerja pegawai digunakan skala ordinal. Tabel 3.2. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian Variabel Definisi Operasional Indikator Skala Pengukuran Metode Pengukuran Insentif finansial X 1 Kesesuaian insentif finansial yang diterima pegawai dengan hasil pekerjaan 1. Insentif dalam bentuk uang 2. Jaminan 3. Tunjangan sosial Ordinal Skala Likert Insentif non finansial X 2 Kesesuaian insentif non finansial dalam bentuk penghargaan, tanda jasa, kelengkapan fasilitas dan perlengkapan kerja yang diterima atau diperoleh pegawai sehubungan dengan prestasi kerjanya 1. Penghargaan 2. Tanda jasa 3. Fasilitas kerja 4. Perlengkapan kerja Ordinal Skala Likert Motivasi kerja pegawai Y Kemauan dan kerelaan pegawai menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya 1. Minat kerja 2. Produktivitas kerja 3. Kehadiran 4. Menyelesaikan kerja tepat waktu 5. Tanggung jawab dalam pekerjaan 6. Menggunakan waktu sebaik-baiknya Ordinal Skala Likert

3.8. Pengujian Validitas dan Realibilitas Instrumen

Instrumen penelitian, sebelum digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk menguji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dilakukan untuk melihat ketepatan dan kecermatan instrumen dalam melakukan fungsinya sebagai alat ukur Azwar, 2003. Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008 Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Pearson Widodo, 2004, dengan rumus sebagai berikut: r xy = ] y - y ][n. x - x [n. y x - xy n 2 2 2 2 Σ Σ Σ Σ Σ Σ Σ Dimana : r xy = koefisien korelasi n = banyaknya sampel x = skor setiap item y = skor total Menurut Sugiyono 2005: 114, syarat minimum yang dianggap memenuhi syarat adalah kalau r = 0,30. Bila koefisien korelasi antara butir dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Selanjutnya untuk mendapatkan instrumen yang reliabel, dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat sejauh mana hasil suatu pengukuran instrumen dapat dipercaya Ghozali, 2005. Dalam hal ini teknik yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah Cronbach’s Alpha. Pada uji ini dinilai reliabel jika lebih besar dari 0,6 dimana kriteria sebagai berikut : α 0,6 artinya instrumen reliabel α 0,6 artinya instrumen tidak reliabel. Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008 Untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen adalah dengan melakukan uji coba instrumen kepada 30 orang responden. Menurut Umar 2000, sangat disarankan jumlah responden untuk uji coba minimal 30 orang.

3.9. Uji Asumsi Klasik

Dalam kaidah ekonometrika, apabila menggunakan regresi linear berganda, perlu melakukan pengujian terlebih dahulu terhadap kemungkinan pelanggaran asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk memastikan bahwa model regresi linear berganda dapat digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik telah terpenuhi, alat uji statistik linear berganda dapat digunakan. 1 Uji Normalitas Menurut Ghozali 2005, uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal danatau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Normalitas dapat diuji dengan dua pengujian, yaitu: Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Scatter plot diagram b. Kolmogorov-Smirnov Test. 2 Uji Multikolinieritas Menurut Ghozali 2005, uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independent. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas adalah dengan menggunakan nilai Variance Inflation Factor VIF. Jika VIF lebih kecil dari 5, maka dalam model tidak terdapat multikolinieritas. 3 Uji Heterodaskesitas Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi linear digunakan analisa residual berupa grafik sebagai dasar pengambilan keputusan. Menurut Ghozali 2005, model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi hetersokedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, dan kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Adanya masalah heteroskedastisitas dapat dihitung dengan uji Glejser: Hardi Pasaribu : Pengaruh Pelaksanaan Pemberian Insentif Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Dinas…, 2008 USU e-Repository © 2008 ⏐Ut⏐ = α + β Xt + vi ⏐Ut⏐ = nilai absolut residual Xt = variabel bebas vi = variabel gangguan Ada tidaknya situasi heteroskedastisitas ditentukan oleh nilai dan . Jika secara statistik = 0 dan ≠ 0, maka situasi yang disebut pure heteroskedasticity terjadi. Jika secara statistik ≠ 0 dan ≠ 0, maka situasi mixed heteroskedasticity terdapat dalam varian error terms.

3.10. Model Analisis Data