Tinjauan Pustaka Akibat Hukum Pembatalan Hasil Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Oleh Kemenkumham Terhadap Perseroan Terbatas (Studi Putusan Mk Nomor 84/Puu-Xi/2013)

dijadikan dasar bagi Ramli Siregar Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk menerima judul yang diajukan oleh penulis, karena substansi yang terdapat dalam skripsi ini dinilai berbeda dengan judul-judul skripsi lain yang terdapat di lingkungan perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Pustaka

Kata “perseroan” dalam pengertian umum adalah perusahaan atau organisasi usaha atau badan usaha. Sedangkan “perseroan terbatas” adalah suatu bentuk organisasi yang ada dan dikenal dalam sistem hukum dagang Indonesia Kata “perseroan” menunjuk kepada modal nya yang terdiri atas sero saham. Sedangkan “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang di ambil bagian dan dimilikinya Sebutan atau bentuk PT datang dari hukum dagang belanda WvK dengan singkatan NV atau Naamlooze Vennootschap. 6 Bila melihat kembali pada peraturan lama Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, definisi mengenai perseroan terbatas ini tidak dijumpai dalam Pasal- Pasalnya. Namun demikian, menurut Sutantya dan Sumatoro dari Pasal-Pasal : 36, 6 I.G. Rai Widjaja, Hukum Perusahaan Jakarta: Kesaint Blanc, 2002, hlm. 1. 40, 42 dan 45 KUHD dapat diketahui bahwa suatu PT mempunyai unsur-unsur sebagai berikut : 7 1. Adanya kekayaan yang terpisah dari kekayaan pribadi masing-masing pesero pemegang saham dengan tujuan untuk membentuk sejumlah dana sebagai jaminan bagi semua perikatan perseroan . 2. Adanya pesero atau pemegang saham yang tanggung jawabnya terbatas pada nominal saham yang dimilikinya. Sedangkan mereka semua di dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, merupakan kekuasaan tertinggi dalam organisasi perseroan, yang berwenang mengangkat dan memberhentikan direksi dan komisaris, berhak menetapkan garis-garis besar kebijaksanaan menjalankan perusahaan, menetapkan hal-hal yang belum ditetapkan dalam anggaran dasar dan lain-lain. 3. Adanya pengurus direksi dan pengawas komisaris yang merupakan satu kesatuan pengurusan dan pengawasan terhadap perseroan dan tanggung jawabnya terbatas pada tugasnya, yang harus sesuai dengan anggaran dasar dan keputusan RUPS. Sedangkan dalam UUPT dijelaskan bahwa pengertian PT menurut Pasal 1 angka 1 adalah “Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang- undang ini serta peraturan pelaksanaannya.” 7 Agus Budiarto, Op.Cit., hlm. 17. Perseroan sebagai subjek atau badan hukum memiliki status, kedudukan dan kewenangan yang dapat disamakan dengan manusia. Persamaan inilah yang kerap membuat perseroan disebut sebagai artificial person. Layaknya tubuh manusia yang dilengkapi organ-organ dengan fungsi fisiologisnya masing-masing untuk membantu bertahan hidup, perseroan juga memerlukan organ untuk menggerakkan ‘roda’ perseroan sehari-hari. Organ- organ inilah yang kemudian akan saling berkoordinasi untuk membuat perseroan tetap berjalan dan survive. Organ-organ tersebut, seperti tercantum dalam UUPT Pasal 1 angka 2 dikatakan bahwa “Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.” 8 8 Orinton Purba, Op.Cit., hlm. 26. Pengertian RUPS dalam Pasal 1 angka 4 UUPT yang mengatakan “Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar” Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I Nomor M.HH-05.OT.01.01 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kemenkumham mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menyelenggarakan fungsi sebagai berikut: 9 1. perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi manusia; 2. pengelolaan barang milikkekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 3. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; 4. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia di daerah; 5. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan 6. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah. “Judicial Review” hak uji materil merupakan kewenangan lembaga peradilan untuk menguji kesahihan dan daya laku produk-produk hukum yang dihasilkan oleh ekesekutif legislative maupun yudikatif di hadapan konstitusi yang berlaku. Pengujian oleh hakim terhadap produk cabang kekuasaan legislatif legislative acts dan cabang kekuasaan eksekutif executive acts adalah konsekensi dari dianutnya prinsip ‘checks and balances’ berdasarkan doktrin pemisahan kekuasaan separation of power. Karena itu kewenangan untuk melakukan ‘judicial review’ itu melekat pada fungsi hakim sebagai subjeknya, bukan pada pejabat lain. 10 9 http:www.kemenkumham.go.id diakses pada tanggal 04 Maret 2015. 10 http:www.elsam.or.idpdfkursushamMekanisme_Judicial_review diakses pada tanggal 04 maret 2015 Menurut Pasal Pasal 51 ayat 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi Pemohon judicial review adalah pihak yang menganggap hak danatau kewenangan konstitusionalnya dirugikan oleh berlakunya undang-undang yaitu : 11 1. perorangan warga negara Indonesia; 2. kesatuan masyarakat hukum adat sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang; 3. badan hukum publik atau privat; atau 4. lembaga negara.

F. Metode Penulisan