Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Nilai Banding

commit to user 48 pertumbuhan keempat bakteri uji. Berdasarkan análisis tersebut dapat disimpulkan bahwa fraksi heksana mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dan nyata terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Eschericia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Selanjutnya, dilakukan penetapan konsentrasi hambat mínimum terhadap fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi terhadap keempat bakteri uji yaitu fraksi heksana.

G. Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Nilai Banding

1. Penetapan KHM Fraksi Heksana Fraksi heksana dilakukan penetapan KHM terhadap keempat bakteri uji. Penetapan dimulai dengan variasi konsentrasi dimulai dari konsentrasi 15 sampai dengan 1. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan hasil pengujian selengkapnya terdapat pada Lampiran 8. Tabel 6. Hasil Pengujian Penetapan Konsentrasi Hambat Minimum KHM Fraksi Heksana terhadap 4 Bakteri Uji Konsentrasi Diameter Hambat Rata-Rata mm B. cereus S. aureus E.coli P. aeruginosa 15 7,51±0,02 7,57±0,06 7,27±0,03 7,72±0,03 10 7,18±0,10 7,32±0,10 6,83±0,08 7,48±0,10 5 6,99±0,04 6,99±0,19 6,00±0,00 6,93±0,03 1 6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00 Keterangan: Diameter lubang = 6 mm dengan 3 kali pengulangan Berdasarkan data diatas diperoleh bahwa pada konsentrasi 10 menunjukkan nilai KHM terhadap bakteri E.coli. Sedangkan untuk bakteri B. cereus, S. aureus dan P. aeruginosa menunjukkan nilai KHM pada konsentrasi 5. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak heksana mempunyai KHM paling rendah untuk bakteri B. cereus, S. aureus dan P. aeruginosa. Diameter daerah hambat fraksi heksana daun sirih merah pada S. aureus Bacillus cereus Pseudomonas aeruginosa E. coli. Perbedaan daerah hambatan pada pertumbuhan S. aureus, Bacillus cereus, Pseudomonas aeruginosa dan E. commit to user 49 coli dapat disebabkan oleh perbedaan komponen penyusun dinding sel antara bakteri gram positif dan gram negatif. Bacillus cereus dan S. aureus merupakan bakteri gram positif sedangkan dan E. coli dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif, dimana secara umum dinding bakteri gram negatif berbeda dengan bakteri gram positif dan hal ini dapat menjelaskan bahwa banyak zat antibakteri yang tidak sensitif terhadap bakteri gram negatif. Bakteri gram positif terdapat lapisan peptidoglikan 50-100 lapis dan selebihnya adalah membran dan sitoplasma. Sedangkan bakteri gram negatif hanya tediri dari 1-2 lapisan peptidoglikan tetapi memiliki membran luar Norajit, 2007; Siswandono dan Soekardjo, 2000. Membran luar ini berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bakteri gram negatif dari zat-zat yang bersifat racun termasuk zat antibakteri yang mempunyai target menghambat sintesis peptidoglikan, dengan adanya membran luar tersebut maka penetrasi antibakteri ke daerah sasaran membran terdalam untuk melakukan aktivitasnya dapat dicegah Jawetz et al, 2005. Hal ini yang menyebabkan zat antibakteri kurang efektif terhadap beberapa bakteri gram negatif Siswandono dan Soekardjo, 2000. Data Tabel 6 kemudian dilakukan analisa statistik untuk mengetahui perbedaan secara pasti antara ekstrak dengan bakteri uji. Analisa statistik menggunakan One Way Anova dengan hasilnya ditunjukkan pada Lampiran 9. Berdasarkan analisa statistik dapat diketahui bahwa pada konsentrasi 15, 10, dan 5 terdapat perbedaan yang nyata. Análisis lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara pasti antar konsentrasi dengan menggunakan metode LSD. Hasil análisis menunjukkan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang nyata antara konsentrasi satu dengan konsentrasi yang lain. 2. Penetapan KHM Amoksisilin Antibiotik pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah amoksisilin. Pemilihan amoksisilin sebagai pembanding dikarenakan amoksisilin merupakan antibiotik yang memiliki spektrum penghambatan yang luas Mutschler, 1991. commit to user 50 Amoksisilin mempunyai beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan antibiotik lain seperti ampisilin dan eritromisin. Amoksisilin dan ampisilin merupakan antibiotik turunan penisilin yang mempunyai aktivitas dan spektrum penghambatan yang sama tetapi amoksisilin diabsorbsi lebih baik dalam usus, sehingga kerja amoksisilin lebih efektif dibandingkan ampisilin Katzung, 2001. Amoksisilin menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat tahap spesifik dalam sintesis dinding sel bakteri. Dinding sel bakteri tersusun dari kompleks polimer silang kait peptidoglikon yang terdiri dari polisakarida dan polipeptida. Polisakarida tersusun dari asam N-asetilglukosamin dan asam N- asetilmuramat yang berikatan secara β-1-4 glukosida. Polipeptida terikat pada N- asetilmuramat dan tersusun dari tetrapeptida asam amino yang berakhir pada L- alanin-D-alanin. Protein-protein pengikat penisilin PBPs mengkatalisis reaksi transpeptidase yang melepaskan alanin akhir untuk membentuk ikatan silang dengan ikatan peptida terdekat. Amoksisilin merupakan antibiotik semisintetik yang mengandung cincin β-Laktam. Cincin β-Laktam merupakan analog struktural dari L-alanin-D-alanin alami yang secara kovalen diikat oleh PBP pada situs aktif. Setelah amoksisilin terhubung pada PBP, reaksi transpeptidase dapat dihambat Katzung, 2001. Akibatnya dinding sel menjadi lemah dan karena adanya tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri mati Siswandono dan Soekardjo, 2000. Penetapan KHM dilakukan dengan variasi konsentrasi mulai dari konsentrasi 5.10 -3 sampai konsentrasi 2,5.10 -4 . Hasil pengujian KHM amoksisilin ditunjukkan pada Tabel 7, sedangkan hasil selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10. Tabel 7. Hasil Pengujian Penetapan Konsentrasi Hambat Minimun KHM Amoksisilin terhadap 4 Bakteri Uji Konsentrasi Diameter Hambat Rata-Rata mm B. cereus P. aeruginosa S. aureus E. coli 5.10 -3 11,74±0,07 9,86±0,09 10,25±0,13 11,27±0,10 2,5. 10 -3 10,26±0,08 8,74±0,09 9,40±0,06 9,78±0,06 1. 10 -3 8,51±0,06 8,55±0,09 8,62±0,06 8,56±0,08 7,5.10 -4 7,32±0,04 7,45±0,11 7,78±0,10 7,75±0,05 5.10 -4 6,00±0,00 6,00±0,00 7,44±0,51 7,21±0,07 2,5.10 -4 6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00 6,00±0,00 Keterangan: Diameter lubang = 6 mm dengan 3 kali pengulangan commit to user 51 Berdasarkan data dapat diketahui nilai KHM amoksisilin terhadap keempat bakteri uji. Nilai KHM amoksisilin adalah 7,5.10 -4 terhadap bakteri B. cereus dan P. aeruginosa, sedangkan untuk E. coli dan S. aureus sebesar 5.10 -4 . Data Tabel 7 yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan secara pasti antara konsentrasi amoksisilin dengan bakteri uji. Metode analisis yang digunakan adalah One Way Anova dan hasilnya ditunjukkan pada Lampiran 11. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa secara umum terdapat perbedaan yang nyata untuk semua konsentrasi terhadap keempat bakteri uji. 3. Penetapan Nilai Banding Fraksi Heksana Penetapan nilai banding fraksi heksana dilakukan dengan pembanding amoksisilin. Pengujian terhadap amoksisilin dilakukan pada variasi konsentrasi sama seperti pada penentuan KHM amoksisilin yaitu 5.10 -3 hingga 2,5.10 -4 . Konsentrasi fraksi heksana yang digunakan adalah 15 yaitu merupakan konsentrasi tertinggi yang digunakan untuk penetapan KHM fraksi heksana. Hasil pengujian aktivitas antibakteri fraksi heksana konsentrasi 15 yang selanjutnya digunakan untuk penetapan nilai banding ditunjukkan pada Tabel 6, sedangkan hasil selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 10. Perhitungan nilai banding dilakukan dengan cara membuat grafik log konsentrasi amoksisilin vs rata-rata diameter daerah hambat amoksisilin. Persamaan garis linear yang didapatkan dari grafik diplotkan terhadap diameter hambat rata-rata fraksi heksana pada konsentrasi 15 sehingga diperoleh konsentrasi fraksi yang setara dengan amoksisilin. Data Tabel 6 diketahui bahwa pada konsentrasi 15 fraksi heksana memberikan diameter hambat rata-rata untuk bakteri B. cereus sebesar 7,51 mm. Kemudian dengan menggunakan persamaan garis linear dari grafik amoksisilin, maka didapat x = -3,15 dan anti log x = 7,05.10 -4 . Jadi dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi 15, fraksi heksana mempunyai aktivitas antibakteri terhadap bakteri B. cereus yang setara dengan konsentrasi amoksisilin 7,05.10 -4 dengan diameter hambat rata-rata sebesar 7,51 commit to user 52 mm atau dapat dikatakan bahwa potensi fraksi heksana dibandingkan dengan amoksisilin sebesar 4,7.10 -3 . Selanjutnya perhitungan yang sama dilakukan terhadap ketiga bakteri uji yang lain. Penghitungan nilai banding selengkapnya ditunjukkan pada Lampiran 12. Hasil penetapan nilai banding fraksi heksana untuk keempat bakteri uji terhadap amoksisilin dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Penetapan Nilai Banding Fraksi Heksana untuk Keempat Bakteri Uji terhadap Amoksisilin Bakteri Nilai Banding B. cereus 4,7.10 -3 P. aeruginosa 6,61.10 -3 S. aureus 4,19.10 -3 E. coli 3,51.10 -3 Berdasarkan hasil penetapan uji banding seperti pada Tabel 8 menunjukkan bakteri P. aeruginosa memiliki nilai banding lebih besar dibandingkan B. cereus, S. aureus dan E. coli. Semakin besar nilai banding fraksi heksana terhadap amoksisilin, maka potensi untuk menghambat bakteri juga semakin baik. Selanjutnya dilakukan identifikasi fraksi heksana dengan skrinning fitokimia dan análisis GC-MS.

H. Identifikasi Fraksi Teraktif Antibakteri

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) ASAL MAGELANG

3 28 116

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DAN MINYAK ATSIRI Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) dan Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus (L.) Rendle) Asal

0 3 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) DAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) Dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella

1 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) DAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) Dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella

0 1 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae, Pseud

0 2 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae, Pseud

5 14 15

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Siprofloksasin Terhadap Staphylococcus Aureus, Pseudomonas a

0 1 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Siprofloksasin Terhadap Staphylococcus Aureus, Pseudomonas a

1 2 16

Kajian Aktivitas Antibakteri dan Identifikasi Komponen Aktif Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.).

0 1 1

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav) TERHADAP KULTUR SEL SiHa

0 0 86