Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran

commit to user 4 b. Isolasi ekstrak polar daun sirih merah dari daerah Magelang dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol dilanjutkan dengan ekstraksi partisi menggunakan pelarut heksana kemudian dilanjutkan dengan pemisahan dengan Kromatografi Vakum Cair KVC menggunakan pelarut secara berurutan yaitu heksana, etil asetat, dan etanol. c. Identifikasi komponen senyawa kimia daun sirih merah dari fraksi hasil pemisahan yang aktif antibakteri dilakukan dengan menggunakan analisis skrining fitokimia dan analisis data GC-MS. d. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan terhadap empat bakteri patogen, yaitu bakteri gram positif: Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, dan bakteri gram negatif: Eschericia coli dan Pseudomonas aeruginosa. 3. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Apakah ekstrak etanol dan fraksi hasil pemisahan mempunyai aktivitas antibakteri? b. Komponen senyawa kimia apa sajakah yang terkandung dalam ekstrak etanol dan fraksi hasil pemisahan yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi pada empat bakteri uji? c. Bagaimanakah potensi fraksi yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dilihat dari nilai uji bandingnya terhadap pembanding amoksisilin?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah: a. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan fraksi hasil pemisahan daun sirih merah. b. Mengetahui komponen senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak etanol dan fraksi hasil pemisahan yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi. c. Mengetahui potensi fraksi yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi dibandingkan dengan amoksisilin dilihat dari nilai uji bandingnya. commit to user 5

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: a. Dapat memberikan informasi mengenai komposisi kimia daun sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav. yang aktif antibakteri sebagai salah satu tanaman obat. b. Dapat memberikan sumbangan tentang manfaat daun sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav. dan membuka kemungkinan pembudidayaan daun sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav. sebagai sumber obat yang dapat digunakan sebagai obat alternatif dalam pengobatan moderen. commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav

Sirih merah adalah salah satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit dan memiliki nilai spiritual tinggi. Sirih merah termasuk dalam satu elemen penting yang harus disediakan dalam setiap upacara adat, khususnya Yogyakarta Juliantina, 2008. a. Klasifikasi Tanaman Tanaman sirih merah merupakan famili Piperaceae. Kedudukan tanaman sirih merah dalam taksonomi tumbuhan adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Sub Kingdom : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas : Magnolidae Ordo : Piperales Familia : Piperaceae Genus : Piper Species : Piper crocatum Ruiz Pav. www.plantamor.com b. Deskripsi Tanaman Tanaman sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav. termasuk dalam famili Piperaceae. Sirih merah merupakan tanaman merambat yang berbatang bulat berwarna hijau keunguan dan tidak berbunga. Daunnya bertangkai membentuk jantung hati dan bagian ujung daun meruncing. Daun tumbuh berselang-seling dari batangnya, dan daun berwarna merah keperakan dengan permukaan daun mengkilap dan tidak merata. Yang membedakan dengan sirih hijau adalah selain 6 commit to user 7 daunnya berwarna merah keperakan, bila daunnya disobek maka akan berlendir serta aromanya lebih wangi Manoi, 2007. Tanaman sirih merah menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan sinar matahari 60-75, sehingga dapat tumbuh subur dan bagus di daerah pegunungan. Bila tumbuh pada daerah panas, sinar matahari langsung, batangnya cepat mengering. Selain itu, warna merah daunnya akan pudar Juliantina, 2008. Tanaman sirih merah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Tanaman Sirih Merah c. Kandungan dan Manfaat Tanaman Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni alkaloid, saponin, polifenolat, tanin dan flavonoid. Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, allilprokatekol, karvakrol, eugenol, p-cimene, sineol, kariofelen, kadimen estragol, terpenena dan fenil propada. Karena banyaknya kandungan zat atau senyawa kimia bermanfaat inilah, daun sirih merah memiliki manfaat yang sangat luas sebagai bahan obat. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat digunakan untuk mengobati sakit commit to user 8 perut. Banyak pengalaman bahwa menggunakan sirih merah dalam bentuk segar, simplisia maupun ekstrak kapsul dapat menyembuhkan penyakit diabetes melitus, hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam urat, hipertensi, radang liver, radang prostat, radang mata, keputihan, maag, kelelahan, nyeri sendi dan memperhalus kulit Sudewo, 2005.

2. Bakteri

a. Definisi Bakteri merupakan mikroba prokariotik uniseluler, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Semua bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Berdasarkan komposisi dan struktur dinding sel, maka bakteri dibagi ke dalam dua golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan yang tebal dan asam teikoat yang mengandung alkohol. Ada dua asam teikoat, yaitu asam lipoteikoat yang merentang di lapisan peptidiglikon dan terikat pada membran plasma dan asam teikoat dinding yang terikat pada lapisan peptidiglikon. Sedangkan dinding sel bakteri gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis peptidoglikan dan membaran luar outer membrane. Peptidoglikan terikat pada membran luar dan periplasma terdapat diantara membran plasma dan membran luar Pratiwi, 2008. Beberapa bakteri gram negatif adalah Enterobacter cloacae, Legionella pneumophila, Proteus mirabilis, Pseudomonas aeruginosa, Moraxella catarrhalis, Haemophilus parainfluenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, sedangkan bakteri gram positif adalah Enterococcus faecalis, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes. b. Klasifikasi bakteri Berdasarkan bentuknya bakteri dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1 Kokus Coccus adalah bakteri yang berbentuk bulat seperti bola dan mempunyai beberapa variasi antara lain Mikrococcus, Diplococcus dan Tetracoccus. commit to user 9 2 Basil Bacillus adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder dan mempunyai variasi antara lain Diplobacillus dan Streptobacillus. 3 Spiril Spirilum adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi yaitu Vibrio dan Spiral. Pratiwi, 2008 c. Bakteri uji 1 Staphylococcus auerus Klasifikasi Staphylococcus auerus adalah sebagai berikut: Divisi : Protophyta Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteryales Suku : Mycrococcaceae Marga : Staphylococcus Jenis : Staphylococcus aureus Salle, 1961 Staphylococus aureus merupakan bakteri gram positif yang berasal dari genus Staphylococcus. Staphylococcus aureus merupakan agen infeksi yang dapat menyerang setiap jaringan dan organ tubuh. Timbulnya penyakit dengan tanda-tanda yang khas yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. 2 Bacillus cereus Klasifikasi Bacillus cereus adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Fillum : Firmicutes Kelas : Bacilli Order : Bacillales Famili : Bacillaceae Genus : Bacillus Spesies : Bacillus cereus commit to user 10 Bacillus cereus merupakan bakteri gram-positif, aerob fakultatif, dan dapat membentuk spora. Selnya berbentuk batang besar dan sporanya tidak membengkakkan sporangiumnya. Bacillus cereus dapat tumbuh dalam makanan dan menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan keracunan makanan. Bakteri ini juga merupakan penyebab infeksi mata, keratis berat, endoftalmitis dan panoftalmitis Jawetz, et al, 2005. 3 Escherichia coli Klasifikasi Escherichia coli adalah sebagai berikut: Divisi : Protophyta Subdivisi : Schizomycetea Kelas : Schizomycetes Bangsa : Eubacteriales Suku : Enterobacteriaceae Marga : Escherichia Jenis : Escherichia coli Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek, berderet seperti rantai, dapat memfermentasi glukosa dan laktosa membentuk asam dan gas Pelczar dan Chan, 1998. Bakteri ini dapat menyebabkan penyakit seperti diare, infeksi saluran kemih, pneumonia, meningitis pada bayi yang baru lahir dan infeksi luka Jawetz, et al, 2005. 4 Pseudomonas aeroginosa Klasifikasi pseudomonas aeruginosa adalah sebagai berikut: Kingdom : Bacteria Fillum : Proteobacteria Kelas : Gamma Proteobacteria Order : Pseudomonadales Famili : Pseudomonadaceae Marga : Pseudomonas Spesies : Pseudomonas aeruginosa Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang, berukuran sekitar 0,6 x 2 µ. Bakteri ini terlihat sebagai commit to user 11 bakteri tunggal, berpasangan dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek, tidak mempunyai spora, tidak mempunyai selubung serta mempunyai flagel monotrik flagel tunggal pada kutub sehingga selalu bergerak Mayasari, 2005. Bakteri ini bersifat oksidase positif dan tidak meragikan karbohidrat. Tetapi banyak strain yang mengoksidasi glukosa. Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi, sifat oksidase positif, adanya pigmen yang khas dan pertumbuhan pada suhu 42°C. Untuk membedakan P. aeruginosa dari Pseudomonas yang lain berdasarkan pada aktivitas biokimiawinya yang membutuhkan berbagai substrat Jawetz et al., 2005. Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri patogen oportunistik, yaitu memanfaatkan kerusakan pada mekanisme pertahanan inang untuk memulai suatu infeksi. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, dermatitis, infeksi jaringan lunak, bakteremia, infeksi tulang dan sendi, infeksi saluran pencernaan dan bermacam-macam infeksi sistemik, terutama pada penderita luka bakar berat, kanker dan penderita AIDS yang mengalami penurunan sistem imun Mayasari, 2005. Pseudomonas aeruginosa lebih resisten terhadap disinfektan dari pada kuman lain. Kebanyakan antibiotik dan antimikroba tidak efektif terhadap kuman ini. Fenol dan β-glutaradelhid biasanya merupakan disinfektan yang efektif. Selain itu, air mendidih juga dapat membunuh kuman ini Syahruracman et al., 1994.

3. Media Pertumbuhan Bakteri

Media adalah bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, media dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba, memperbanyak mikroba, pengujian sifat- sifat fisiologi mikroba dan perhitungan jumlah populasi mikroba. Pembuatan media harus memenuhi syarat antara lain harus steril, mengandung semua nutrisi yang diperlukan mikroba, mempunyai tekanan commit to user 12 osmosa, tekanan permukaan, dan pH yang sesuai. Berdasarkan keadaan isi, media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Media basal Media ini digunakan sebagai bahan dasar untuk membuat media lain yang lebih komplek. Media basal dibedakan menjadi 2, yaitu: 1 Media basal padat: kaldu agar, TSA Tryptone Soya Agar. 2 Media basal cair: air peton, kaldu pepton, NA Nutrien Agar. Komposisi dari Nutrien Agar adalah ekstrak beef, pepton, agar, NaCl, air desitilat dan berada pada PH 6,8-7,0. b. Media campuran Media campuran adalah media selain media basal juga ditambahkan berbagai macam zat baik organik maupun anorganik sesuai dengan kebutuhan bakteri.

4. Antibakteri

Antibakteri adalah zat yang membunuh atau menekan pertumbuhan atau reproduksi bakteri Dorland, 2002. Secara umum, mekanisme kerja antimikroba dapat dibagi menjadi lima cara, yaitu: a. Denaturasi protein Struktur protein dalam keadaan tiga dimensi ditentukan oleh ikatan disulfida kovalen intramolekuler dan sejumlah ikatan hidrogen. Keadaan ini mudah terganggu oleh sejumlah unsur fisik atau kimia sehingga protein mengalami denaturasi. b. Gangguan selaput atau dinding sel Selaput sel berguna sebagai penghalang yang selektif meloloskan zat terlarut lain. Konsentrasi beberapa zat yang diangkut secara aktif melalui sel menjadi tinggi dalam sel. Zat-zat yang terkonsentrasi pada permukaaan mungkin merubah sifat-sifat fisik normalnya serta membasmi dan menghambat sel. Dinding sel sebagai struktur pemberi bentuk pada sel, melindungi terhadap lisis osmotik. Dengan demikian, bila ada unsur yang merusak dinding sel atau menghalangi sintesis normalnya akan menyebabkan lisis sel. commit to user 13 c. Pemindahan gugus sulfihidril bebas Protein-protein enzim yang mengandung sistein memiliki rantai samping yang berakhir dalam gugus sulfihidril. Enzim yang terpenting terdiri dari gugus sulfhidril bebas seperti koenzim A memerlukan sulfihidril untuk pemindahan gugus etil. Enzim dan koenzin tidak dapat berfungsi kecuali jika gugus sulfihidril dalam keadaan bebas dan dalam bentuk tereduksi. Zat pengoksidasi mengganggu metabolisme dengan mengikat sulfihidril yang berdekatan dengan ikatan disulfida. d. Antagonis kimiawi Antagonis kimiawi adalah bahan kimia yang menggunakan reaksi normal antar enzim spesifik dengan menggabungkan bagian-bagian holoenzim yang dapat mencegah pertambahan hasil metabolisme secara normal. Beberapa holoenzim memasukkan salah satu mineral sebagai jembatan antar enzim dan substrat. Bahan atau senyawa kimia yang bergabung dalam mineral-mineral ini akan mencegah penambahan enzim atau substrat lagi. e. Degradasi DNA Sejumlah unsur antimikroba bekerja dengan merusak DNA. Unsur ini meliputi radiasi pengion, sinar UV dan zat kimia reaktif DNA. Kerusakan DNA yang ditimbulkan karena penyinaran atau secara kimiawi akan mematikan sel terutama karena mengganggu replikasi DNA. Jawetz, et al, 2005

5. Senyawa-Senyawa Metabolisme Sekunder yang Mempunyai Aktivitas

Antibakteri Senyawa-senyawa metabolisme sekunder yang mempunyai aktivitas antibakteri, antara lain: a. Flavonoid Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam Kristanti, 2008. Dalam tumbuhan flavonoid pada umumnya merupakan pigmen-pigmen yang tersebar luas dalam bentuk senyawa glikon dan aglikon. Flavonoid-flavonoid yang terdapat di alam antara lain adalah flavon, isoflavon, antosianin, leuko-antosianin dan kalkon Rusdi, 1988. commit to user 14 Sifat fisika dan kimia senyawa flavonoid antara lain adalah larut dalam air, sedangkan dalam bentuk glikosida yang termetilasi larut dalam eter. Sebagai glikosida maupun aglikon, senyawa flavonoid tidak dapat larut dalam petroleum eter. Dari tumbuhan, glikosida dapat ditarik dengan pelarut organik yang bersifat polar Rusdi, 1988. Flavonoid memiliki kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon dan digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Artinya kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 yang dihubungkan dengan rantai alifatik tiga- karbon. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur, yaitu 1, 3-diarilpropan atau neoflavonoid, 1, 2-diarilpropan atau isoflavon, dan 1, 1-diarilpropan atau neoflavonoid. Contoh golongan senyawa flavonoid dapat dilihat pada Gambar 2. O flavan O OH flavonol katecin OH O O flavanonol O O flavon Gambar 2. Senyawa–senyawa golongan flavonoid Kristanti, 2008 Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru, serta sebagian zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman. Sebagai pigmen bunga, flavonoid jelas berperan dalam menarik serangga untuk membantu proses penyerbukan. Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi tumbuhan adalah sebagai zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, sebagai zat antimikroba, antivirus dan antiinsektisida. Beberapa flavonoid sengaja dihasilkan jaringan tumbuhan sebagai respon terhadap infeksi atau luka yang kemudian commit to user 15 berfungsi menghambat fungi penyerangnya. Telah banyak flavonoid yang diketahui memberikan efek samping fisiologi tertentu. Oleh karena itu, tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam pengobatan tradisional Kristanti, 2008. Patuloside A adalah senyawa glikosida xanton yang diisolasi dari tanaman famili Piperaceae yaitu Peperomia pellucid. Patuloside A mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif maupun gram negatif, dimana penghambatan terhadap bakteri gram positif lebih baik dibandingkan dengan penghambatan terhadap bakteri gram negatif Khan, 2010. Struktur kimia patuloside A dapat dilihat pada Gambar 3. O H OH H H OH H OH CH 2 OH H O O O OH OH OH Gambar 3. Struktur senyawa Patuloside A Khan, 2010 b. Terpenoid Terpenoid adalah kelompok senyawa metabolit sekunder yang terbesar dilihat dari jumlah senyawa maupun variasi kerangka dasar strukturnya. Terpenoid ditemukan berlimpah dalam tanaman tingkat tinggi, meskipun demikian, dari penelitian diketahui bahwa jamur, organisme laut, dan serangga juga menghasilkan terpenoid. Selain dalam bentuk bebasnya, terpenoid di dalam juga dijumpai dalam bentuk glikosida, glikosil ester dan iridoid. Terpenoid juga merupakan komponen utama penyusun minyak atsiri Kristanti, 2008. Terpenoid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen, atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak bersifat aromatis. Terpenoid merupakan commit to user 16 senyawa-senyawa yang mudah menguap terdiri dari 10 atom C dan penyusun minyak atsiri Achmad, 1986. Senyawa terpenoid tersusun atas karbon-karbon dengan jumlah kelipatan atom lima. Diketahui juga bahwa sebagian besar terpenoid mempunyai kerangka karbon yang dibangun oleh dua atau lebih unit C5 yang disebut unit isoprene Kristanti, 2008. Senyawa terpenoid terdiri atas beberapa unit isoprene, mempunyai struktur siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional berupa gugus hidroksil dan gugus karbonil Rusdi, 1988. Klasifikasi terpenoid dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi Terpenoid Kelompok Terpenoid Jumlah atom C Monoterpen Seskuiterpen Diterpen Triterpen Tetraterpen Politerpen 10 15 20 30 40 40 Kristanti, 2008 Secara kimia terpenoid larut dalam lemak dan terdapat di dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstrasi dari jaringan tumbuhan dengan memakai eter atau kloroform, dan dapat dipisahkan secara kromatografi pada silika gel atau alumina menggunakan pelarut eter atau kloroform Harborne, 1996. Kebanyakan peneliti berpendapat bahwa fungsi terpenoid rendah dalam tumbuhan, lebih bersifat ekologi daripada fisiologi. Banyak senyawa ini yang menghambat pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan dapat bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap hewan tinggi Robinson, 1991. Penelitian Gunawan 2007 terpenoid yang diisolasi dari herba meniran Phyllanthus niruri Linn, yaitu jenis phytadiene dan 1,2-seco cladiellan menunjukkan penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus dan E.coli. Struktur kimia phytadiene dan 1, 2-seco cladiellan dapat dilihat pada Gambar 4. commit to user 17 i O O OH OCH3 ii Gambar 4. Struktur senyawa i phytadiene dan ii 1, 2-seco-cladiellan Gunawan, 2007 c. Saponin Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun untuk ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan selama beratus-ratus tahun. Beberapa saponin juga bekerja sebagai antimikroba Padmawinata, 1995. Contoh senyawa saponin yang dapat bertindak sebagai antibakteri adalah smilagenin. Adapun strukturnya dapat dilihat pada Gambar 5. O O OH Gambar 5. Struktur smilagenin commit to user 18 Saponin dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu glikosida triterpenoid dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam eter. Contoh senyawa yang termasuk saponin adalah asam glisiretat. Adapun strukturnya dapat dilihat pada Gambar 6. Saponin mempunyai bagian utama berupa turunan triterpen dengan sedikit steroid. Residu gula dihubungkan oleh satu gugus –OH biasanya C 3 -OH dari aglikon monodesmoside saponin dan jarang dengan dua gugus OH atau satu gugus –OH dan gugus karboksil bis-desmiside saponin Wagner, 1983. O COOH OH Gambar 6. Struktur asam glisiretat Padmawinata, 1995 d. Alkaloid Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Ciri khas alkaloid adalah bahwa semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom N yang bersifat basa dan pada umumnya merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan, tetapi sering kali kadar alkaloid kurang dari 1 Kristanti, 2008. Senyawa alkaloid diklasifikasikan menurut jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur molekul. Menurut klasifikasi ini, alkaloid dapat dibedakan atas beberapa jenis, seperti alkaloid piridin, pirolidin, indol, piperidin, kuinolin dan isokuinolin Kristanti, 2008. Struktur dari senyawa- senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar 7. commit to user 19 N H N Pirolidin Piperidin Piridin N H N N N H indol kuinolin isokuinolin Gambar 7. Struktur beberapa alkaloid Kristanti, 2008 Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini merupakan cincin aromatis Achmad, 1986. Berdasarkan penyusun asam aminonya alkaloid dibedakan menjadi alkaloid asiklis yang berasal dari asam amino ornitin dan lisin. Alkaloid aromatis jenis fenilalanin berasal dari fenilalanin, tirosin dan 3, 4- dihidroksifenilalanin Achmad, 1986. Salah satu senyawa alkaloid yang aktif antibakteri adalah ramiflorin A dan ramiflorin B. Struktur ramiflorin A dan B dapat dilihat pada Gambar 8. HN H N N N H H 17 H H H 3 CO H- 17α, ramiflorin A H- 17β, ramiflorin B Gambar 8. Struktur ramiflorin A dan ramiflorin B Tanaka, 2006 commit to user 20 e. Senyawa fenol Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam tumbuhan dapat merupakan senyawa monohidroksi atau polihidroksi fenolik. Terikat sebagai senyawa glikosida dimana terikat dengan protein, alkaloid atau terdapat sebagai senyawa terpenoida. Senyawa ini pada proses ekstraksi akan dapat ditemukan dalam fraksi air ataupun dalam fraksi pelarut-pelarut polar lainnya. Jika murni, senyawa fenol berupa zat padat tak berwarna tetapi biasanya teroksidasi dan berwarna gelap jika terkena udara. Kelarutan dalam air bertambah jika gugus hidroksil makin banyak, tetapi kelarutan dalam pelarut organik yang polar umumnya tinggi. Fenol yang kelarutannya dalam air kecil mudah larut dalam natrium hidroksida encer, tetapi dalam suasana basa laju oksidasi sangat meningkat, sehingga pada setiap perlakuan penggunaan basa kuat dihindari Padmawinata, 1995. Senyawa fenolik mempunyai aktivitas antiinflamasi, karena senyawa ini menghambat sintesis prostaglandin Padmawinata, 1995. Tingkatan gugus fungsi hidroksil pada golongan fenol berhubungan dengan toksisitas pada mikroorganisme, dengan bukti bahwa bertambahnya hidroksilasi menghasilkan penambahan toksisitas. Semakin tinggi fenol teroksidasi semakin kuat menghambat pertumbuhan organisme. Mekanisme yang berhubungan dengan toksisitas fenol terhadap mikroorganisme adalah penghambatan enzim oleh senyawa teroksidasi kemungkinan lewat reaksi dengan gugus sulfihidril atau dengan interaksi yang tidak spesifik oleh protein Cowan, 1999. Contoh struktur senyawa fenol dapat dilihat pada Gambar 9. COOH OH H COOH Asam Benzoat Asam Salisilat Gambar 9. Senyawa-senyawa golongan fenol Padmawinata, 1995 commit to user 21 f. Tanin Tanin merupakan senyawa kimia komplek, terdiri dari beberapa senyawa polifenol. Tanin tersebar luas pada seluruh bagian tumbuhan, terutama pada daun, buah yang belum masak dan kulit kayu. Tanin berbentuk amorf dan tidak dapat dikristalkan. Dalam air membentuk larutan kolodial, bereaksi asam dan mempunyai rasa sepat Rusdi, 1988. Berta molekul tanin antara 500 sampai 28000 dan ditemukan pada bagian tanaman kuncup, batang, daun, buah dan akar Cowan, 1999. Tanin dibagi menjadi dua yaitu tanin terkondensasi dengan berat molekul besar 1900-28000 dan tanin terhidrolisis yang mempunyai berat molekul rendah 500-3000 Padmawinata, 1995. Contoh senyawa tanin dapat dilihat pada Gambar 10. CHOH OH O OH OH OH HO katekinepikatekin CHOH O OH OH OH OH OH OH Leukoantosianin Gambar 10. Struktur beberapa tanin Cowan, 1999 Contoh senyawa tanin yang mempunyai aktivitas antibakteri antara lain katekin dan epigalotekin galat. Kedua senyawa ini diisolasi dari daun teh hijau Camellia sinensis dan dapat menghambat pertumbuhan bakteri H. pylori dan E. coli Funatogawa et al., 2004. Struktur epigalotekin galat dapat dilihat pada Gambar 11. commit to user 22 O OCO OH OH OH OH OH OH HO HO OH Gambar 11. Struktur epigalotekin galat Funatogawa et al, 2004

6. Ekstraksi

Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan kimia berdasarkan atas kelarutan komponen dengan pelarut yang digunakan. Ekstraksi pada padatan digunakan untuk memisahkan senyawa hasil alam dari jaringan kering tumbuhan, nikroorganisme dan hewan. Metode ekstraksi yang tepat ditentukan oleh tekstur, kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi. Jika substansi yang akan diekstrak terdapat di dalam campurannya yang berbentuk padat, maka dilakukan proses ekstraksi padat-cair Rusdi, 1988. Maserasi merupakan contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan temperatur kamar, dengan pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. Salah satu keuntungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi dilakukan pada suhu didih pelarut. Waktu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antara 15-30 menit tetapi terkadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut yang diperlukan juga cukup besar, berkisar antara 10-20 kali jumlah sampel Kristanti, 2008. Ekstraksi biasanya dimulai dengan menggunakan pelarut organik secara berurutan dengan kepolaran yang semakin meningkat. Digunakan pelarut heksana, eter, petroleum eter atau kloroform untuk mengambil senyawa yang kepolarannya rendah. Selanjutnya digunakan pelarut yang lebih polar seperti alkohol dan etil commit to user 23 asetat untuk mengambil senyawa-senyawa yang lebih polar. Pemilihan pelarut berdasarkan kaidah “like dissolve like“, yang berarti suatu senyawa polar akan larut dalam pelarut polar dan juga sebaliknya, senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar. Pada proses maserasi, jika dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut organik Padmawinata, 1995. Jika maserasi dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu kemudian dievaporasi atau didestilasi. Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi atau rekristalisasi langsung Kristanti, 2008.

7. Kromatografi Lapis tipis

Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen dalam suatu sampel dimana komponen tersebut didistribusikan di antara dua fasa yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak adalah fasa yang membawa cuplikan, sedangkan fasa diam adalah fasa yang menahan cuplikan secara efektif Sastrohamidjojo, 2004. Ditinjau secara fisik, kromatografi lapis tipis merupakan salah satu jenis kromatografi planar. KLT memiliki banyak kesamaan dengan kromatografi kertas dalam penotolan sampel, pengembangan kromatogram dan cara deteksinya, tapi proses pemisahan yang terjadi pada KLT dan kromatografi kertas berbeda. Pada KLT, pemisahan yang terjadi secara adsorpsi sedangkan dalam kromatografi kertas proses pemisahan terjadi secara partisi. Fase diam dalam KLT berupa padatan penyerap yang dihasilkan pada sebuah plat datar dari gelas, plastik atau alumina sehingga membentuk lapisan tipis dengan ketebalan tertentu. Fase diam atau penyerap yang bisa digunakan sebagai pelapis plat adalah silika gel SiO 2 , selulosa, alumina Al 2 O 3 dan kieselgur tanah diatome. Kebanyakan penyerap yang digunakan adalah silika gel, dimana telah tersedia plat yang siap pakai Stahl, 1985. Pelarut sebagai fasa gerak atau eluen merupakan faktor yang menentukan gerakan komponen-komponen dalam campuran. Pemilihan pelarut tergantung pada sifat kelarutan komponen tersebut terhadap pelarut yang digunakan. Fasa commit to user 24 gerak yang bersifat lebih polar digunakan untuk mengelusi senyawa-senyawa yang adsorbsinya kuat, sedangkan fasa gerak yang kurang polar digunakan untuk mengelusi senyawa yang adsorbsinya lemah Sastrohamidjojo, 2004. Analisis suatu senyawa dalam KLT biasanya dilakukan dengan dibandingkan terhadap senyawa standarnya. Pengamatan yang lazim berdasarkan pada kedudukan noda relatif terhadap batas pelarut yang dikenal sebagai Rf Retardation factor yang didefinisikan sebagai berikut : Rf = Jarak komponen yang bergerak Jarak pelarut yang bergerak Identifikasi senyawa pada kromatogram dapat dilakukan dengan melihat warna noda di bawah sinar UV atau dengan menyemprotkan pereaksi warna sesuai dengan jenis atau kelas senyawa yang dianalisis Stahl, 1985.

8. Kromatografi Vakum Cair KVC

Kromatografi vakum cair merupakan salah satu kromatografi kolom khusus yang biasanya juga menggunakan silika gel sebagai adsorben silika gel G60 62-200 µm. Alat yang digunakan adalah corong Buchner atau pompa vakum dengan diameter yang cukup besar untuk mempercepat laju alir fasa gerak selama proses pemindahan zat terlarut. Pada kromatografi vakum cair, fraksi-fraksi yang ditampung biasanya bervolume jauh lebih besar dibandingkan dengan fraksi- fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom biasa Kristanti, 2008. Prinsip kerja dari Kromatografi Vakum Cair KVC adalah adsorpsi atau serapan, sedangkan pemisahannya didasarkan pada senyawa-senyawa yang akan dipisahkan terdistribusi di antara fasa diam dan fasa gerak dalam perbandingan yang berbeda-beda Sastrohamidjojo, 2004. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Pompa vakum dihentikan dan pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penyerap lalu divakumkan kembali. Kolom dihisap sampai kering dan setelah itu siap dipakai. Sampel dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimulai commit to user 25 dengan pelarut yang kepolarannya rendah lalu kepolarannya ditingkatkan perlahan-lahan. Kolom dihisap sampai kering pada setiap pengumpulan fraksi. Oleh karena itu, kromatografi vakum cair menggunakan tekanan rendah untuk meningkatkan laju aliran fase gerak Pedersen, 2001

9. Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa GC-MS

Perkembangan teknologi instrumentasi menghasilkan alat yang merupakan gabungan dari dua sistem dengan prinsip dasar yang berbeda satu sama lainnya tetapi dapat saling melengkapi, yaitu gabungan kromatografi gas dan spektrofotoskopi massa. Peubah utama dalam GC adalah sifat fasa diam dalam kolom dan suhu kerja. Keduanya diubah menurut keatsirian senyawa yang dipisahkan. Pada fasa diam terjadi pemisahan komponen-komponen dan cuplikan. Dasar kerjanya adalah partisi antara fase diam dan fase gerak gas. Jadi untuk pemisahan senyawa-senyawa organik berlaku aturan “like dissolve like”. Polaritas dari komponen cuplikan harus sama dengan fase diam untuk memperoleh pemisahan terbaik, sehingga senyawa polar akan terpisah pada fasa diam yang polar dan senyawa non polar akan terpisah pada senyawa diam yang non polar Sudjadi, 1988. Analisis kualitatif yang dilakukan dalam Kromatografi Gas adalah analisa terhadap waktu retensi tR yaitu jarak dalam cm sepanjang garis dasar antara titik penyuntikan sampel dan titik proyeksi puncak kurva yang dihasilkan oleh standar internal yang tertera pada kromatogram, sedangkan analisis kuantitatif dengan perhitungan luas puncak Sastrohamidjojo, 2004. Spektroskopi massa tidak seperti metode spektroskopi lainnya, tidak melibatkan interaksi antara cahaya dengan materi. Spektroskopi massa dikembangkan berdasarkan prinsip dengan memutus sesuatu menjadi bagian- bagiannya untuk dilihat dari apa suatu materi tersusun. Pada spektroskopi massa, sampel pada keadaan uap diionisasi dengan bombardir elektron yang berenergi tinggi 10-70 eV. Elektron bertumbukan dengan materi sampel dan menyebabkan pelepasan elektron dari kulit terluar suatu sampel. commit to user 26 Molekul yang kekurangan satu elektron akan menjadi kation radikal yang mengandung semua atom dari molekul awalnya, dan dinamakan ion molekul. Sebagai akibat dari tumbukan elektron berenergi tinggi membuat ion molekul mempunyai kelebihan energi yang memungkinkan untuk terjadinya pemutusan ikatan menghasilkan kation yang lebih kecil, radikal, dan molekul netral. Kation yang dibebaskan pada peristiwa ini dipisahkan dan dianalisis berdasarkan perbandingan massa terhadap muatan mz dengan menggunakan kombinasi medan magnet dan medan listrik. Molekul tidak terpecah secara acak, tetapi mengikuti beberapa prinsip. Kemudian hanya fragmen tertentu saja yang dapat diberikan ion molekul. Senyawa yang menguap dalam ruang hampa di dalam MS ditembak dengan elektron sehingga elektron dalam molekul akan terlempar keluar dan akan didapat kation molekul bermuatan positif tunggal dan ganda. Bagian dari kation molekul ini pada waktu bertemu dengan elektron akan menerima energi yang tinggi yang akan menyebabkan penguraian lebih lanjut kation molekul menjadi fragmen yang lebih kecil fragmentasi. Kation molekul dan fragmen yang bermuatan positif akan dipercepat oleh tegangan tarikan dan dibelokkan dalam ruang pengurai. Bagian ini terdiri dari tabung logam yang terdapat diantara dua kutub magnet. Medan magnet akan membelokkan bagian yang bermuatan dari arah garis lurus aliran menjadi pita yang melengkung yang dengan perubahan kontinyu medan magnet atau tegangan tarikan kation sesuai dengan massanya akan diregristrasi berurutan sebagai spektrum massa Roth, 1988. Instrumen GC-MS terdiri dari gas pengangkut Carrier Gas, pengatur aliran dan pengatur tekanan, tempat injeksi, kolom serta detektor. a. Gas pengangkut Gas pengangkut yang sering dipakai dalam GC-MS adalah H 2 , N 2 , Ar dan He. Gas ini berfungsi sebagai fase gerak, gas membawa cuplikan yang telah teruapkan untuk masuk ke dalam kolom, dalam GC-MS gas pengangkut yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan dasar pemilihannya antara lain: inert atau tidak bereaksi dengan sampel, pelarut dan material dalam kolom, murni dan commit to user 27 mudah diperoleh serta murah, sesuai dengan detektor dan harus dapat mengurangi difusi gas Sastrohamidjojo, 2004. b. Pengatur aliran dan tekanan Pengatur aliran dan tekanan berfungsi untuk mengalirkan uap sampel masuk ke dalam kolom. c. Tempat injeksi Pemisahan dengan GC sampel harus berada dalam fase uap. Teknik menginjeksi tergantung pada jenis sampel, adapun jenis teknik injeksi sampel dalam GC antara lain: split, dalam teknik injeksi ini sampel tidak langsung dimasukkan dalam kolom tetapi sebagian besar dibuang, sampel yang dimasukkan hanya sekitar 0,1-1 . Secara umum teknik ini banyak digunakan. Split less, dalam teknik injeksi ini sampel semuanya dimasukkan ke dalam kolom, biasanya digunakan untuk sampel yang tidak diisolasi dalam jumlah yang besar serta memiliki konsentrasi rendah. On colum, pada teknik ini merupakan tempat injeksi untuk sampel yang mudah rusak atau sampel yang tidak tahan pada suhu tinggi dimana sampel tidak melewati suhu injektor yang tinggi tetapi hanya melewati suhu kolom. Wet needle merupakan salah satu teknik injeksi dimana sampel diuapkan di dalam injektor sehingga sampel yang masuk ke dalam kolom sudah berada dalam bentuk gas. d. Kolom Kolom merupakan jantung kromatografi, keberhasilan atau kegagalan analisis tergantung dari pemilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom GC dibedakan menjadi 2 yaitu: Packed dan capillary. Pada kolom jenis packed sangat bagus untuk sampel dalam skala besar namun kelemahannya lambat dan tidak efisien, diameter partikel berukuran 100-300 µm sedangkan pada capillary keuntungannya adalah cepat dan efisien karena menggunakan sampel dalam jumlah yang sedikit. e. Detektor Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen cuplikan yang telah terpisah. Detektor yang baik memiliki sensitivitas yang tinggi, respon linier yang lebar bersifat non destruktif serta memiliki respon yang sama terhadap commit to user 28 semua jenis senyawa. Jenis-jenis detektor antara lain: 1 Flame Ionization Detector FID, detektor jenis ini efluen gas yang keluar dan kolom dicampur dengan gas H2 serta dibakar dengan O2, sehingga menjadi ion. Ion-ion tersebut akan menyebabkan peningkatan arus, perubahan arus selanjutnya diukur dan dikonversikan dalam GC-MS. Dalam FID ini memiliki sifat tidak sensitif terhadap H 2 O, CO 2 dan SO 2 . Selain itu, destruktif dan respon dipengaruhi oleh jumlah atom C, FID ini memiliki sensitivitas 10 -13 gs, 2 Thermal Conductivity Detector TCD detektor jenis ini memiliki sifat nondestruktif dan tidak sensitif dengan sensivitas 10 -8 gs, 3 Mass Spektrometri MS detektor jenis ini diset untuk mendeteksi ion fragmen tunggal yang spesifik untuk senyawa yang dianalisa. Berdasarkan kecepatan pompa dari MS, lebih kurang 1-5 efluen GC displit ke dalam MS, selanjutnya komponen yang telah terpisah ditembaki dengan elektron terfragmentasi menjadi ion-ion radikal. Pada MS bagian molekul paling mudah terfragmentasi adalah yang memiliki kerapatan elektron yang paling tinggi Sastrohamidjojo, 2004. Skema alat GC-MS digambarkan dalam Gambar 12 berikut: Gambar 12. Skema alat GC-MS

10. Metode Pengujian Aktivitas Antibakteri

Prinsip umum untuk menentukan aktivitas antibakteri adalah dengan melihat adanya hambatan pertumbuhan bakteri. Zat antibakteri dapat diperoleh dari hasil fermentasi, sintetik dan dapat diperoleh dari hasil isolasi dari tanaman. commit to user 29 Penapisan zat antibakteri dilakukan secara in vitro. Metode ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu metode difusi agar dan metode dilusi. a. Metode difusi Metode ini dibagi menjadi tiga yaitu metode perforasi, metode gores silang dan metode cakram kertas. 1 Metode perforasi Bakteri uji yang umurnya 18-24 jam disuspensikan kedalam media agar pada suhu sekitar 45 o C. Suspensi bakteri dimasukkan ke dalam cawan petri, kemudian dicampur dengan 15 mL media agar steril. Campuran tersebut dihomogenkan dengan cara gerakan memutar. Setelah agar membeku, dibuat lubang dengan menggunakan perforator berdiameter 6 mm, tiap lubang diisi dengan 20 µL sampel ekstrak yang sebelumnya telah dilarutkan dalam larutan DMSO dengan konsentrasi 10, kemudian cawan diinkubasi pada suhu 37 o C selama 18-24 jam. Aktivitas antibakteri dapat dilihat daerah bening yang mengelilingi lubang perforasi. 2 Metode Gores Silang Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam kertas saring empat persegi panjang dengan cara meneteskan pada kertas saring kosong larutan antibakteri sejumlah volume tertentu dengan kadar tertentu pula. Kertas saring tersebut diletakkan dipermukaan agar padat, kemudian digores dengan suspensi bakteri melalui kertas saring dan diinkubasikan selama 18-24 jam pada suhu 37 o C. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah bening yang tidak ditumbuhi bakteri dekat kertas saring. 3 Metode Cakram Kertas Zat yang akan diuji diserapkan ke dalam cakram kertas dengan cara meneteskan pada cakram kertas kosong larutan antibakteri sejumlah volume tertentu dengan kadar tertentu pula. Cakram kertas diletakkan di atas permukaan agar padat yang telah dituangkan bakteri sebelumnya. Cawan petri diinkubasi pada suhu 30°C selama 2 hari sampai 4 hari. Aktivitas antibakteri dapat dilihat dari daerah hambat di sekeliling cakram kertas. commit to user 30 b. Metode dilusi Metode dilusi dibedakan menjadi dua yaitu dilusi cair broth dilution dan dilusi padat solid dilution. 1 Metode dilusi cair Cara yang dilakukan adalah dengan membuat seri pengenceran agen antibakteri pada medium cair yang ditambahkan dengan bakteri uji. Larutan uji agen antibakteri pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan bakteri uji ditetapkan sebagai KHM. Larutan yang ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri uji ataupun agen antibakteri dan diinkubasi selama 18-24 jam. 2 Metode dilusi padat Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan media padat solid. Keuntungan metode ini adalah suatu konsentrasi agen antibakteri yang diuji dapat digunakan untuk menguji beberapa bakteri uji Pratiwi, 2008.

11. Konsentrasi Hambat Minimum KHM dan Uji Banding

Konsentrasi hambat minimum KHM adalah konsentrasi terkecil pengenceran terbesar suatu obat yang masih menghambat pertumbuhan bakteri. KHM sangat penting untuk menentukan dosis efektif terkecil dari obat dan memberikan indek perbandingan dengan obat yang lain. Uji potensi suatu sampel zat antibakteri bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan atau daya aktivitas antibakteri sampel tersebut bila dibandingkan terhadap suatu zat pembanding. Metode yang digunakan adalah dengan cara membandingkan respon yang dihasilkan oleh zat antibakteri yang diperiksa terhadap respon suatu zat antibakteri pembanding. Respon tersebut berupa hambatan terhadap pertumbuhan bakteri uji. Uji potensi suatu sampel dapat dilakukan dengan cara membuat suatu grafik atau kurva standart dari zat pembanding, dimana logaritma konsentrasi zat pembanding diplotkan terhadap sumbu x dan diameter daerah hambat diplotkan terhadap sumbu y, sehingga diperoleh persamaan garis linier. Berdasarkan commit to user 31 persamaan garis linier tersebut, nilai diameter daerah hambat pada konsentrasi yang telah ditetapkan disubtitusikan ke y maka akan diperoleh nilai x. Antilog dari nilai x merupakan nilai konsentrasi sampel yang setara dengan zat pembanding, sehingga dapat ditetapkan nilai uji banding sampel terhadap zat pembanding, yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 100 x sebenarnya sampel i Konsentras kurva dari sampel i Konsentras banding uji Nilai = Permana, 2009

B. Kerangka Pemikiran

Daun sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav dari suku Piperaceae berdasarkan literatur cukup berkhasiat untuk obat tradisional, antara lain dapat mengobati keputihan, infeksi pada kulit, kuku dan telinga. Namun sampai saat ini masih sedikit informasi tentang kandungan kimia serta aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen dari ekstrak daun sirih merah. Pada umumnya tanaman yang termasuk suku Piperaceae mengandung golongan senyawa golongan alkaloid, terpenoid, flavonoid dan minyak atsiri . Sirih merah termasuk dalam suku Piperaceae, sehingga dalam sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, saponin, polifenolat, tanin dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Juliantina 2008 yaitu ekstrak etanol sirih merah mempunyai kemampuan antibakteri bakteri gram positif dan bakteri gram negatif khususnya terhadap Staphylococcus aureus dengan KHM 25 dan Eschericia coli dengan KHM 6,25 , sehingga dalam penelitian ini bertujuan mengidentifikasi komponen kimia yang terdapat dalam ekstrak daun sirih merah, kemudian menguji aktivitasnya sebagai antibakteri terhadap bakteri gram positif yaitu Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan bakteri gram negatif yaitu Eschericia coli dan Pseudomonas aeruginosa sehingga nanti akan diketahui senyawa aktif antibakteri apa saja yang ada di dalam ekstrak daun sirih merah. commit to user 32 Isolasi ekstrak daun sirih merah dilakukan dengan menggunakan maserasi dengan pelarut etanol karena etanol dapat melarutkan sebagian besar senyawa organik. Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian diekstraksi partisi menggunakan pelarut heksana dengan corong pisah untuk mendapatkan ekstrak polar dari daun sirih merah yang telah terpisah dari ekstrak non polar. Ekstrak polar tersebut dilakukan pemisahan dengan KVC untuk mendapatkan fraksi heksana, fraksi etil asetat dan fraksi etanol. Metode pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode lubang terhadap ekstrak etanol dan fraksi-fraksi hasil KVC untuk mengetahui aktivitas antibakterinya. Komponen kimia ekstrak etanol daun sirih merah digunakan analisa skrining fitokimia, sedangkan fraksi hasil KVC yang memiliki akivitas antibakteri tertinggi diidentifikasi dengan skrining fitokimia dan analisis GC-MS, dimana dari data GC-MS ini akan didapatkan informasi struktur senyawa kimia yang terdeteksi dalamnya. Pengobatan secara medis banyak menggunakan antibiotik sintetik seperti amoksisilin untuk pengobatan penyakit akibat infeksi bakteri. Oleh karena itu, dilakukan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum untuk mengetahui potensi fraksi yang mempunyai aktivitas antibakteri tertinggi terhadap keempat bakteri uji serta dilakukan uji potensi antibakteri fraksi tersebut dibandingkan dengan potensi antibakteri amoksisilin.

C. Hipotesis

Dokumen yang terkait

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) ASAL MAGELANG

3 28 116

AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK ATSIRI DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav.) DAN MINYAK ATSIRI Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.) dan Minyak Atsiri Daun Sereh Wangi (Cymbopogon Nardus (L.) Rendle) Asal

0 3 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) DAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) Dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella

1 2 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav) DAN Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav) Dan Kloramfenikol Terhadap Bakteri Salmonella typhi, Shigella

0 1 17

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae, Pseud

0 2 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Amoksisilin Terhadap Bakteri Streptococcus pneumoniae, Pseud

5 14 15

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Siprofloksasin Terhadap Staphylococcus Aureus, Pseudomonas a

0 1 12

AKTIVITAS ANTIBAKTERI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Aktivitas Antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.) Dan Siprofloksasin Terhadap Staphylococcus Aureus, Pseudomonas a

1 2 16

Kajian Aktivitas Antibakteri dan Identifikasi Komponen Aktif Antibakteri Minyak Atsiri Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav.).

0 1 1

UJI SITOTOKSISITAS FRAKSI ETANOL DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz Pav) TERHADAP KULTUR SEL SiHa

0 0 86