commit to user 42
Selanjutnya ekstrak polar hasil ekstraksi cair-cair diuapkan dengan rotary evaporator menghasilkan ekstrak etanol kental sebanyak 45,159 gram dengan
rendemen 5,07. Ekstrak etanol kental ini digunakan sebagai sampel pada prosedur kerja selanjutnya.
C. Pengujian Golongan Senyawa Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol kental yang diperoleh dilakukan uji pendahuluan atau skrinning fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang
terkandung didalam ekstrak etanol. Skrinning fitokimia dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis KLT. Golongan senyawa yang diuji adalah saponin,
senyawa fenolik, alkaloid, flavonoid, kumarin, steroid, antrakuinon, asam lemak dan terpenoid. Skrinning fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak etanol dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Skrinning Fitokimia Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Piper crocatum Ruiz Pav
Kandungan Senyawa
Hasil Uji KLT Deteksi
semprot Kesi
mpul an
Rf Sinar Tampak
UV
254nm
UV
365nm
Hasil Uji
Teori Hasi
l Uji Teori
Hasil Uji
Teori Senyawa
fenolik 0,7
2 Hijau
Hijau, biruhita
m -
- -
- FeCl
3
1 +
Saponin 0,1
1 Ungu
Merah, ungu
- -
- -
SbCl
3
20 +
Flavonoid 0,9
Hijau- kuning
- -
Fluorosen s biru tua
Hijau Kuning,
biru, hijau -
+ Antrakuinon
0,2 Kunin
g Kuning
- -
- Fluorosen
s kuning KOH 5
+ Kumarin
- Hijau
muda Biru
muda -
- -
- KOH 5
- Alkaloid
0,0 6
Coklat Coklat
- -
Fluorose ns
kuning Fluorosen
s kuningbir
u Dragendorf
f +
Asam lemak
0,4 0,5
8 -
- Ung
u Ungu
- -
Rhodamin B
+
Terpenoid 0,2
Ungu Ungu
Ung Ungu
- -
Lieberman +
commit to user 43
dan steroid
2 0,3
3 u
Buchard dan SbCl
3
Keterangan: + = Ada golongan senyawa kimia
= Wagner, 1983 - = Tidak ada golongan senyawa kimia
= Harborne, 1996 Hasil uji KLT ekstrak etanol daun sirih merah seperti yang tercantum
dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa ekstrak etanol mengandung senyawa golongan senyawa fenolik, alkaloid, saponin, flavonoid, steroid, alkaloid,
antrakuinon, terpenoid, dan asam lemak. Komponen kimia dari suatu tanaman tergantung dari daerah geografi, umur tanaman, iklim lokal, musim dan perbedaan
genetik Yuksel, et al, 2006.
D. Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol
Ekstrak etanol kental yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian aktvitas antibakteri menggunakan 4 bakteri uji yaitu Staphylococcus aureus,
Bacillus cereus, Eschericia coli dan Pseudomonas aeruginosa. Metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antibakteri adalah metode perforasi dengan
diameter lubang 6 mm. Dasar pengamatan dari metode ini adalah terbentuk atau tidaknya zona bening disekitar sumuran setelah media agar yang ditanami bakteri
diinkubasi pada suhu 37
o
C selama 18-24 jam, sehingga besarnya penghambatan terhadap bakteri uji dapat teramati dengan jelas. Ekstrak etanol kental dilarutkan
dalam dimetil sulfoksida DMSO dengan konsentrasi 100, 75, 50 dan 25. Sampel dilarutkan dalam DMSO karena DMSO dapat melarutkan secara
sempurna ekstrak etanol dan merupakan kontrol negatif. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dapat dilihat pada Tabel 3, sedangkan pengujian selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 3. Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol sirih merah Piper crocatum Ruiz Pav terhadap 4 bakteri uji
Bakteri Diameter Hambat Rata-Rata
Konsentrasi 100
Konsentrasi 75
Konsentrasi 50
Konsentrasi 25
E. coli
11,29±0,08 10,90±0,05
9,75±0,05 8,80±0,24
S. aureus
11,62±0,09 10,52±0,09
9,59±0,06 8,15±0,10
commit to user 44
B. cereus
11,74±0,03 9,55±0,14
8,64±0,09 7,90±0,04
P. aeruginosa
11,64±0,13 8,27±0,06
8,00±0,05 7,62±0,11
Keterangan: Diameter lubang = 6 mm dengan 3 kali pengulangan Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah
menunjukkan penghambatan terhadap keempat bakteri uji. Ekstrak etanol pada konsentrasi 100 termasuk mempunyai aktivitas yang kuat karena diameter
penghambatannya lebih dari 10 mm. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa meningkatnya konsentrasi ekstrak juga meningkatkan diameter daerah hambat
pertumbuhan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya senyawa-senyawa kimia yang bersifat antibakteri Sumarnie, 1999.
Ekstrak etanol mengandung senyawa fenolat, alkaloid, saponin, flavonoid dan terpenoid yang secara teori telah terbukti aktif sebagai senyawa antibakteri.
Flavonoid dapat membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri dengan merusak membran mikroba. Senyawa fenolat dapat menyebabkan denaturasi
protein melalui proses adsorpsi dengan melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah, terbentuk kompleks protein-fenol dengan ikatan lemah dan segera
mengalami peruraian, diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar tinggi, fenol menyebabkan
koagulasi protein dan membran sel mengalami lisis, mengubah permeabilitas membran bakteri Siswandono dan Soekardjo, 2000.
Hasil pengujian aktivitas antibakteri terhadap ekstrak etanol selanjutnya dilakukan analisis data secara statistik untuk mengetahui secara pasti apakah
terdapat perbedaan aktivitas antibakteri yang nyata diantara keempat konsentrasi ekstrak etanol diatas. Metode analisa yang digunakan adalah metode One Way
Anova. Data hasil analisa dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan hasil analisis statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
konsentrasi 100, 75, 50, dan 25 sig 0,05. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri antar bakteri dilakukan pengujian
lebih lanjut dengan menggunakan metode LSD. Dari data diperoleh bahwa untuk konsentrasi 100 bakteri E. coli menunjukkan perbedaan aktivitas yang nyata
terhadap semua bakteri uji yang lain. Konsentrasi 75 dan 50 bakteri
commit to user 45
Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap semua bakteri uji yang lain.
Ekstrak etanol
kemudian dilakukan
pemisahan menggunakan
Kromatografi Vakum Cair dengan pelarut organik yang semakin meningkat kepolarannya. Pemisahan dilakukan untuk mendapatkan fraksi yang mempunyai
kepolaran berbeda sehingga dapat diketahui fraksi apa yang memiliki aktivitas antibakteri tertinggi.
E. Pemisahan Ekstrak Etanol