commit to user
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada
masyarakat Surakarta? 2. Sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut mampu
diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta?
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ
Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta. Serta untuk mengetahui sejauh mana inovasi Program Layanan Listrik Prabayar tersebut
mampu diadopsi oleh masyarakat, khususnya masyarakat di Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian diharapkan akan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Dapat menyumbangkan pengetahuan dan pemikiran yang bermanfaat di
bidang ilmu komunikasi. 2. Dapat digunakan sebagai sarana bagi penulis untuk memperluas wawasan
mengenai ilmu komunikasi khususnya di bidang Komunikasi Pembangunan.
commit to user
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah masukan-masukan bagi pemilik dan pengelola perusahaan serta
pemerintah dalam menjalankan kebijakan di masa yang akan datang.
E. KERANGKA TEORI
Komunikasi massa mempunyai efek, itu tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud tiga hal : efek kognitif pengetahuan, afektif emosinal dan
perasaan, dan behavioral perubahan pada perilaku.
4
Penelitian empirik efek komunikasi massa mempunyai sejarah yang relatif cukup singkat. Sejarah dimulai tahun 1930-an dengan munculnya motion
picture gambar bergerak. Paling tidak dikenal tiga efek dalam komunikasi massa sejak tahun 1930-an, yakni efek tak terbatas unlimited effect, diikuti
efek terbatas limited effect, kemudian effect moderat not so limited effect Keith R. Stamm dan John E. Bowes, 1990. Jika dirinci rentang waktunya
sebagai berikut : 1930 – 1950
efek tak terbatas unlimited effect 1050 – 1970
efek terbatas limited effect 1970 – 1980-an
effect moderat not so limited effect
5
Efek tak terbatas unlimited effect didasarkan pada asumsi-asumsi sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang langsung antara isi pesan dengan efek yang ditimbulkan.
4
Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007, hlm.228
5
Ibid, hal 214
commit to user
2. Penerima pesan tidak mempunyai sumber sosial dam psikologis untuk menolak upaya persuasif yang dilakukan media massa.
6
Tiga peristiwa “perang dunia” siaran radio, propaganda Perang Dunia II, dan kampanye perang obligasi Kate Smith disebut sebagai bukti munculnya efek
tidak terbatas dari saluran komunikasi massa. Kemudian analisis Cantril menunjukan bahwa pengaruh komunikassi massa
sangat komplek dan bersifat langsung, meskipun ada penjelasan yang mengatakan bahwa pengaruh komunikasi massa kecil, misalnya pendapat bahwa kampanye
Kate Smith hanya menunjukkan sedikit presentase audience untuk menerima kampanyenya perang obligasi.
7
Meskipun banyak yang mengkritik, efek tak terbatas ini masih diyakini memiliki pengaruh yang kuat dalam “membentuk” benak audience. Paling tidak
ada beberapa hal berikut yang bisa dijadikan sebagai alasan, yaitu : 1. Pengulangan Redundancy
2. Mengidentifikasi dan memfokuskan pada audience terentu yang ditargetkan Berbeda dengan asal usul “efek tidak terbatas” yang meragukan, sumber
model efek terbatas awalnya diperkenalkan oleh Joseph Klaper. Dalam disertasinya yang berjudul “Pengaruh Media Massa” tahun 1960, ia
menyimpulkan bahwa media massa mempunyai efek terbatas berdasarkan penelitiannya pada kasus kampanye publik, kampanye politik, dan percobaan pada
desain pesan yang bersifat persuasif. Klaper menyimpulkan “Ketika media
6
Ibid, hal 216
7
Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007, hal 217
commit to user
menawarkan isi yang diberitakan ternyata hanya sedikit yang bias mengubah pandangan dan perilaku audience”.
8
Joseph Klaper dalam buku The Effect of Mass Communication 1960 menunjukan bahwa faktor psikologis dan sosial ikut berpengaruh dalam proses
penerimaan pesan dari media massa. Faktor-faktor tersebut antara lain proses seleksi, proses kelompok, norma kelompok, dan keberadaan pemimpin opini. Ada
dua hal yang mendasari mengapa efek terbatas bisa terjadi, yaitu : 1. Rendahnya terpaan media
2. Perlawanan. Perlawanan berasal dari individu sebagai audience komunikasi massa. Perlawanan menjadi salah satu “alat penyaring” yang
akan ikut mempengaruhi penolakan pesan-pesan media massa. Ini artinya, perlawanan lebih kuat pengaruhnya dibandingkan dengan terpaan media
massa itu sendiri.
9
Pendapat terakhir dan aktual tentang efek komunikasi massa adalah “efek moderat”. Peran komunikasi massa ikut berubah dibarengi oleh peningkatan
pendidikan masyarakat. Ada beberapa hal yang ikut mempengaruhi proses penerimaan pesan seseorang, misalnya selective exposure. Selective exposure
sebenarnya adalah gejala kunci yang sering dikaitkan dengan model efek terbatas, tetapi bukti yang ada di lapangan justru sering bertolak belakang.
Dalam efek model moderat ini ada banyak variabel yang ikut mempengaruhi penerimaan pesan. Tidak hanya dari media massa itu sendiri, tetapi faktor lain,
seperti : tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya juga turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi
8
Ibid, hal 220
9
Msi. Nurudin, Pengantar Komunikasi Massa Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2007, hal 222
commit to user
semakin tinggi tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa.
10
Efek suatu komunikasi massa berupa realitas-realitas kemasyarakatan pada dasarnya dimulai dari “individu-individu yang jumlahnya tak terbatas. Individu-
individu bersikap sendiri-sendiri menurut kondisinya masing-masing.” Oleh karena itu kita dapat menyatakan, bahwa efek terjadi pada individu-individu dan
kemudian menjadi sikap masyarakat. Menurut Astrid S. Susanto dalam Komunikasi Dalam Teori dan Praktek
menunjukkan bahwa efek suatu komunikasi pada umumnya terhadap individu secara konkrit dapat diklasifikasi dalam tingkat-tingkat sebagai berikut :
1. Menerima idea, melaksanakan dan menganjurkan kepada orang lain. 2. Bisa menerima dan melaksanakan tanpa merumuskan penganjurannya.
3. Idea bisa diterima tapi masih dipikirkan pelaksanaannya. 4. Idea tidak diterima.
5. Idea ditolak bahkan memikirkan kemungkinan mengambil saran anjuran
dari pihak lawan A, yaitu C. 6. Menolak idea A dan mengambil melaksanakan idea dari lawan A, yaitu
C. 7. Menolak idea dari A, menerima idea dari C = lawan A dan
menganjurkan penggunaan idea C kepada orang lain.
11
Sesungguhnya suatu idea yang menyentuh dan merangsang individu dapat diterima atau ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek yang tersebut itu atau
ditolak sebagaimana tingkat-tingkat efek itu, pada umumnya melalui proses : 1. Proses mengerti proses kognitif
2. Proses menyetujui proses obyektif, dan
10
Ibid, hal 227
11
Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek Bandung : P.T. Rindang Mukti. 1977, hlm 164
commit to user
3. Proses perbuatan proses sensmotorik atau dapat juga dikatakan melalui proses :
a. Terbentuknya suatu pengertian pengetahuan knowledge b. Proses suatu sikap menyetujui atau tidak menyetujui attitude
c. Proses terbentuk gerak pelaksanaan practice Proses di atas menurut E. Rogers dan Schoemaker 1971 sebenarnya melalui
lima tahap, yaitu : 1. Kesadaran
2. Perhatian 3. Evaluasi
4. Coba-coba 5. Adopsi
12
Kelima tahap ini merupakan tahap dalam proses penyebaran sebuah ide atau inovasi baru kepada anggota suatu sistem sosial yang dikenal sebagai difusi.
Difusi inovasi merupakan teori yang dipopulerkan oleh Everett
Rogers pada tahun
1964 melalui bukunya yang berjudul Diffusion of Innovations.
Everett Rogers
mendefinisikan difusi
sebagai proses
dimana sebuah inovasi
dikomunikasikan melalui berbagai
saluran dan jangka
waktu tertentu dalam sebuah
sistem sosial
. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers 1961, yaitu :
“as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.”
Unsur-unsur difusi penyebaran ide-ide baru ialah 1 inovasi yang 2 dikomunikasikan melalui saluran tertentu 3 dalam jangka waktu tertentu, kepada
4 anggota suatu sitem sosial.
12
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2009, hlm 165
commit to user
Rogers dan Floyed Shoemaker 1987 menegaskan bahwa “difusi merupakan tipe komunikasi khusus, yaitu mengkomunikasikan inovasi. Ini berarti kajian
difusi merupakan bagian kajian komunikasi yang berkaitan dengan gagasan- gagasan baru, sedangkan pengkajian komunikasi meliputi semua bentuk pesan”
atau dalam istilah Rogers 1961 difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”
Jadi jika yang dikomunikasikan bukan produk inovasi, maka kurang lazim disebut sebagai difusi.
Srinivas R Melkote dalam Communication for Development in the Third World menyatakan bahwa :
“The diffusion of innovations theory has important theoretical links with communication effects research. As pointed out earlier, the emphasis was on
communication effects : the ability of media messages and opinion leaders to create kmowledge of new practices and ideas and persuade the target to
adopt the exogenously introduced innovations.”
13
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa teotri difusi inovasi tak bisa dipisahkan dari efek komunikasi. Teori difusi inovasi ini termasuk dalam
efek model moderat, karena banyak variabel yang ikut mempengaruhi penerimaan pesan. Tidak hanya dari media massa, tetapi faktor lain, seperti : tingkat
pendidikan, lingkungan sosial, kebutuhan, dan sistem nilai yang dianutnya juga turut berpengaruh terhadap penerimaan pesan seseorang. Jadi semakin tinggi
tingkat pendidikan individu, semakin selektif untuk menerima pesan-pesan yang berasal dari media massa. Dalam hal ini penekannya adalah efek komunikasi yaitu
13
Srinivas R. Melkote, Communication for Development in the Third World, Theory and Practice New Delhi: Sage Publications. 1991, hlm 75
commit to user
kemampuan pesan media dan opinion leader untuk menciptakan pengetahuan, ide dan penemuan baru dan membujuk sasaran untuk mengadopsi inovasi tersebut.
Inovasi adalah suatu ide, karya atau objek yang dianggap baru oleh seseorang. Ciri-ciri inovasi yang dirasakan oleh para anggota suatu sistem sosial menentukan
tingkat adopsi : 1 relative advantage keuntungan relative, 2 compatibility kesesuaian, 3 complexity kerumitan, 4 trialability kemungkinan di coba,
5 observability kemungkinan diamati.
Relative advantage adalah suatu derajat dimana inovasi dirasakan lebih baik dari pada ide lain yang menggantikannya.derajat keuntungan tersebut bisa
dihitung secara ekonomis, tetapi faktor prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan juga merupakan unsur penting. Compatibility adalah suatu derajat dimana inovasi
dirasakan ajeg atau konsisten dengan nilai – nilai yang berlaku, pengalaman dan kebutuhan mereka yang melakukan adopsi. Complexity adalah mutu derajat
dimana inovasi dirasakan sukar untuk dimengerti dan dipergunakan. Trialability adalah mutu derajat dimana inovasi di eksperimentasikan pada landasan yang
terbatas. Observability adalah suatu derajat dimana inovasi dapat disaksikan oleh orang lain.
14
Dalam hubungan ini Sudikno memberikan gambaran bahwa sesuatu dikatakan baru bila :
1. Menciptakan sesuatu yang baru, yang sebelumnya belum ada. 2. Menciptakan sesuatu yang baru dari yang sudah ada.
3. Memperbarui sesuatu dari yang sudah ada.
15
Umumnya aplikasi komunikasi massa yang utama berkaitan dengan proses adopsi inovasi hal – hal nilai baru . Kondisi perubahan sosial dan teknologi
dalam masyarakat melahirkan kebutuhan yang dapat menggantikan metode lama dengan metode yang baru. Semua itu menyangkut komunikasi massa karena
berada dalam situasi dimana perubahan potensial bermula dari riset ilmiah, dan kebijaksanaan umum yang harus diterapkan oleh masyarakat.
14
Elvinaro Ardianto dan Lukiati K. Erdinaya, Komunikasi Massa : Suatu Pengantar Bandung : Simbiosa Rekatama Media. 2005, hlm 63
15
Sutopo JK, Komunikasi Pembangunan dan Komunikasi Kependudukan Surakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 1986, hlm 51
commit to user
Sesuai dengan pemikiran Rogers, terdapat empat unsur-unsur pokok dalam difusi, yaitu:
1. Inovasi : gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan
individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif
tidak harus baru sama sekali.
2. Saluran komunikasi : ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling
tidak perlu memperhatikan a tujuan diadakannya komunikasi dan b karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan
suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi
jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran
interpersonal. Saluran komunikasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a Saluran interpersonal dan media massa.
Saluran interpesonal adalah saluran yang melibatkan tatap muka antara sumber dan penerima, antar dua orang atau lebih. Saluran media massa
adalah penyampaian pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar, dapat menembus waktu dan ruang.
b Saluran lokalit dan saluran kosmopolit. Saluran interpersonal dapat berifat kosmopolit, yakni jika menghubungkan
dengan sumber di atau dari luar sistem. Sebaliknya bersifat lokalit jika hanya terbatas pada daerah atau sistem sosial itu saja. Sedangkan saluran
melalui media massa sudah pasti bersifat kosmopolit. Dalam difusi inovasi saluran komunikasi memiliki karakter kelebihan dan
kelemahan masing-masing. Oleh karena itu, dalam menggunakan saluran komunikasi ini perlu mempertimbangkan berbagai hal. Hasil penelitian Rogers
dan Beal 1960 berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut :
a Saluran komunikasi massa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan
dan saluran antar pribadi interpersonal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
b Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.
c Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal early adopter dibandingkan dengan
adopter akhir late adopter. d Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran
lokal bagi bagi adopter awal early adopter dibandingkan dengan adopter akhir late adopter.
16
16
http:wsmulyana.wordpress.com20090125teori-difusi-inovasi
commit to user
Menurut Onong U. Effendi terdapat dua jenis komunikasi berdasarkan sifatnya, yaitu :
1. Komunikasi tatap muka face to face communication Komunikasi tatap muka dipergunakan apabila kita mengharapkan efek
perubahan tingkah laku behavior change dari komunikan. Pada komunikasi tatap muka terjadi umpan balik langsung immediate
feedback. Berdasarkan jumlah komunikan yang dihadapi komunikator, komunikasi
tatap muka diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Komunikasi antarpersona Komunikasi antarpersona adalah komunikasi antara komunikator
dengan seorang komunikan. Komunikasi ini paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang, karena sifatnya
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung sehingga komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika komunikasi
berlangsung.
b. Komunikasi kelompok Pada dasarnya komunikasi kelompok group communication sama
dengan komunikasi antarpersona, yang membedakannya adalah jumlah komunikannya.
Karena jumlah komunikannya menimbulkan konsekuensi, maka
komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi : i Komunikasi Kelompok Kecil
Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi kelompok kecil apabila terjadi komunikasi antarpersona dalam setiap komunikan. Dengan
kata lain, antar komunikator dengan setiap komunikan dapat terjadi dialog.
ii Komunikasi Kelompok Besar Situasi komunikasi dinilai sebagai komunikasi besar apabila sukar
terjadi komunikasi antarpersona antara komunikator dengan komunikan.
2. Komunikasi bermedia mediated communication Komunikasi bermedia adalah komunikasi yang menggunakan saluran atau
sarana untuk meneruskan suatu pesan kepada komunikan yang jauh tempatnya dan atau banyak jumlahnya.
17
Komunikasi tatap muka biasa kita sebut dengan komunikasi langsung karena komunikator langsung berhadapan dengan komunikan. Selain itu,
komunikator juga bisa langsung mengetahui timbal balik yang dilakukan oleh komunikan. Sedangkan komunikasi bermedia disebut juga komunikasi tidak
langsung indirect communication karena komunikasi berlangsung melalui perantara media tertentu. Arus balik dari komunikan tidak bisa langsung
17
Onong U. Effendi, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek Bandung : Remaja Rosdakarya. 2005, hlm 8.
commit to user
dirasakan oleh komunikator. Komunikator tidak mengetahui tanggapan komunikan pada saat berkomunikasi.
3. Jangka waktu : proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan
terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam a proses pengambilan keputusan inovasi, b
keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan c kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.
4. Sistem sosial : kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan
bersama.
18
Proses Keputusan Inovasi
The innovation-decision process merupakan proses mental yang mana seseorang atau lembaga melewati dari pengetahuan awal tentang suatu inovasi
sampai membentuk sebuah sikap terhadap inovasi tersebut, membuat keputusan apakah menerima atau menolak inovasi tersebut, mengimplementasikan gagasan
baru tersebut, dan mengkonfirmasi keputusan ini. Seseorang akan mencari informasi pada berbagai tahap dalam proses keputusan inovasi untuk mengurangi
ketidakyakinan tentang akibat atau hasil dari inovasi tersebut. Proses keputusan inovasi ini adalah sebuah model teoritis dari tahapan
pembuatan keputusan tentang pengadopsian suatu inovasi teknologi baru. Proses keputusan inovasi dibuat melalui sebuah cost-benefit analysis yang mana
rintangan terbesarnya adalah ketidakpastian uncertainty. Orang akan mengadopsi suatu inovasi jika mereka merasa percaya bahwa
inovasi tersebut akan memenuhi kebutuhan . Jadi mereka harus percaya bahwa inovasi tersebut akan memberikan keuntungan relatif pada hal apa yang
digantikannya. Hal ini telah dibuktikan oleh C. C. Wong and P. L. Hiew melalui
18
http:wsmulyana.wordpress.com20090125teori-difusi-inovasi
commit to user
penelitiannya “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia: Drivers and Barriers“.
Di dalam riset ini, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling melibatkan orang-orang tertentu yang dianggap
tahu dalam menyediakan informasi yang diperlukan. Penelitian dilakukan terhadap 384 orang yang berusia antar 18 sampai 25
tahun. Terminologi usia yang dipilah karena kaum muda merupakan segmentasi awal dalam proses adopsi Mobile entertainment ini. Selain itu penelitian di
lakukan di tiga kota besar di Malaysia yaitu Klang Lembah Kuala LumpurSelangor 34.51, Johore 13.21 dan Penang 6.91.
Dari penelitian tersebut terungkap sisi manfaat dirasa mempunyai dampak yang paling penting pada pada proses difusi Mobile entertainment di Malaysia.
Selain itu, penelitian tersebut menunjukkan bahwa masyarakat di Malaysia mengadopsi Mobile Entertainment karena sisi kemanfaatannya yang dirasa lebih
besar dibandingkan dengan factor yang lain. “ Results of the survey also show that there are strong positive correlations
between all the factors, with pricing issue — perceived benefit showing the strongest relationship.”
19
Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup hal-hal yang digambarkan sebagai berikut :
19
C. C. Wong and P. L. Hiew. “Diffusion of Mobile Entertainment in Malaysia : Drivers and Barriers”. World Academy of Science, Engineering and Technology, vol 33, no.11, pp. 135-138,
2005.
commit to user
Sistem Sosial 1. Norma-norma sistem
2. Toleransi terhadap pe- nyimpangan
3. Kesatuan komunikasi
Ciri-ciri Inovasi dalam penga- matan penerima
1. Keuntungan relatif 2. Kompatibilitas
3. Kompleksitas 4. Trialabilitas
5. Observabilitas ANTACEDENT
PROSES CONSEQUENCES
SUMBER KOMUNIKASI
Tetap menolak PERSUASI
II PENGENALAN
I MENOLAK
KONFIRMASI IV
Diskontinuansi 1. Ganti yang baru
2. Kecewa
Pengadopsian terlambat Terus men gadopsi
KEPUTUSAN III
Gambar 1.1 Paradigma Proses Keputusan Inovasi
20
1. Pengetahuan Knowledge : kesadaran individu akan adanya inovasi dan pemahaman tertentu tentang bagaimana inovasi tersebut berfungsi.Tahap
Munculnya Pengetahuan ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya diarahkan untuk memahami eksistensi dan
keuntunganmanfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi. 2. Persuasi Persuasion : individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju
terhadap inovasi. Tahap Persuasi ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya membentuk sikap baik atau tidak baik
3. Keputusan Decisions : individu melibatkan diri pada aktivitas yang mengarah pada pilihan untuk menerima atau menolak inovasi.Tahap
Keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau
penolakan sebuah inovasi.
20
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 40
commit to user
4. Implementasi Implementation : tahapan implementasi ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Konfirmasi Confirmation : individu mencari penguatan dukungan terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan
jika ia memperoleh isi pernyataan peryantaan yang bertentangan. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya
mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
21
Kelima langkah ini dapat digambarkan seperti di bawah ini :
1. Knowledge Stage
Proses keputusan inovasi ini dimulai dengan Knowledge Stage. Pada tahapan ini suatu individu belajar tentang keberadaan suatu inovasi dan mencari
informasi tentang inovasi tersebut. Apa, bagaimana, dan mengapa merupakan pertanyaan yang sangat penting pada tahap ini. Pada tahap ini individu akan
menetapkan “Apa inovasi itu?, Bagaimana dan mengapa ia bekerja? Menurut Rogers, pertanyaan ini akan membentuk tiga jenis pengetahuan knowledge :
a Kesadaran pengetahuan mengenai adanya inovasi. Pengetahuan jenis ini akan memotivasi individu untuk belajar lebih banyak tentang inovasi dan
kemudian akan mengadopsinya. Pada tahap ini inovasi mencoba diperkenalkan pada masyarakat tetapi tidak ada informasi yang pasti tentang
produk tersebut. Karena kurangnya informasi tersebut maka maka masyarakat
21
Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi Book Report. Rogers, Everet M. 1983, 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y. Bandung
Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
commit to user
tidak merasa memerlukan akan inovasi tersebut. Rogers menyatakan bahwa untuk menyampaikan keberadaan inovasi akan lebih efektif disampaikan
melalui media massa seperti radio, televisi, koran, atau majalah. Sehingga masyarakat akan lebih cepat mengetahui akan keberadaan suatu inovasi.
b Pengetahuan teknis, yaitu pengetahuan tentang bagaimana cara menggunakan suatu inovasi dengan benar. Rogers memandang pengetahuan jenis ini sangat
penting dalam proses keputusan inovasi. Untuk lebih meningkatkan peluang pemakaian sebuah inovasi maka individu harus memiliki pengetahuan ini
dengan memadai berkenaan dengan penggunaan inovasi ini. c Pengetahuan prinsip, yaitu pengetahuan tentang prinsip-prinsip keberfungsian
yang mendasari bagaimana dan mengapa suatu inovasi dapat bekerja. Contoh dalam hal ini adalah ide tentang teori kuman, yang mendasari penggunaan
vaksinasi dan kakus untuk sanitasi perkampungan dan kampanye kesehatan. Suatu inovasi dapat diterapkan tanpa pengetahuan ini, akan tetapi
penyalahgunaan suatu inovasi akan mengakibatkan berhentinya inovasi tersebut.
22
Lalu apakah peranan para agen perubahan dalam menghasilkan ketiga jenis pengetahuan tersebut? Kebanyakan agen perubahan tampaknya memusatkan
perhatian pada usaha untuk menciptakan awareness-knowledge yang sebenarnya untuk tujuan ini akan lebih efisien dengan menggunakan jalur media masa. Para
agen perubahan mungkin akan memainkan peranan penting pada proses keputusan inovasi ini apabila mereka berkonsentrasi pada how-to-knowledge, yang mungkin
22
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 45
commit to user
akan lebih penting bagi para klien terutama pada tahap trial and decision pada proses tersebut.
2. Persuasion Stage
Tahap Persuasi terjadi ketika individu memiliki sikap positif atau negatif terhadap inovasi. Tetapi sikap ini tidak secara langsung akan menyebabkan
apakah individu tersebut akan menerima atau menolak suatu inovasi. Suatu individu akan membentuk sikap ini setelah dia tahu tentang inovasi , maka tahap
ini berlangsung setelah knowledge stage dalam proses keputusan inovasi. Rogers menyatakan bahwa knowledge stage lebih bersifat kognitif tentang pengetahuan,
sedangkan persuasion stage bersifat afektif karena menyangkut perasaan individu, karena itu pada tahap ini individu akan terlibat lebih jauh lagi. Tingkat
ketidakyakinan pada fungsi-fungsi inovasi dan dukungan sosial akan mempengaruhi pendapat dan kepercayaan individu terhadap inovasi.
3. Decision Stage
Pada tahapan ini individu membuat keputusan apakah menerima atau menolak suatu inovasi. Menurut Rogers adopsi menerima berarti bahwa inovasi
tersebut akan digunakan secara penuh, sedangkan menolak berarti “not to adopt an innovation”. Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada
keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi tersebut
pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima inovasi tersebut.
commit to user
Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis penolakan, yaitu active
rejection dan passive rejection. Active rejection terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan
mengadopsi inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut. Passive rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi
inovasi.
4. Implementation Stage Tahap implementasi
Pada tahap implementasi, sebuah inovasi dicoba untuk dipraktekkan, akan tetapi sebuah inovasi membawa sesuatu yang baru apabila tingkat
ketidakpastiannya akan terlibat dalam difusi. Ketidakpastian dari hasil-hasil inovasi ini masih akan menjadi masalah pada tahapan ini. Maka si pengguna akan
memerlukan bantuan teknis dari agen perubahan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dari akibatnya. Apalagi bahwa proses keputusan inovasi ini akan
berakhir. Permasalahan penerapan inovasi akan lebih serius terjadi apabila yang mengadopsi inovasi itu adalah suatu organisasi, karena dalam sebuah inovasi
jumlah individu yang terlibat dalam proses keputusan inovasi ini akan lebih banyak dan terdiri dari karakter yang berbeda-beda.
Kapankah implementasi inovasi ini akan berakhir? Penemuan kembali biasanya terjadi pada tahap implementasi ini, maka tahap ini merupakan tahap
yang sangat penting. Penemuan kembali ini adalah tingkatan di mana sebuah inovasi diubah atau dimodifikasi oleh pengguna dalam proses adopsi atau
implementasinya. Rogers juga menjelaskan tentang perbedaan antara penemuan
commit to user
dan inovasi invention dan Innovation. Invention adalah proses di mana ide-ide baru ditemukan atau diciptakan. Sedang inovasi adalah proses penggunaan ide
yang sudah ada. Rogers juga menyatakan bahwa semakin banyak terjadi penemuan maka akan semakin cepat sebuah inovasi dilaksanakan.
5. Confirmation Stage
Ketika Keputusan inovasi sudah dibuat, maka si penguna akan mencari dukungan atas keputusannya ini . Menurut Rogers keputusan ini dapat menjadi
terbalik apabila si pengguna ini menyatakan ketidaksetujuan atas pesan-pesan tentang inovasi tersebut. Akan tetapi kebanyakan cenderung untuk menjauhkan
diri dari hal-hal seperti ini dan berusaha mencari pesan-pesan yang mendukung yang memperkuat keputusan itu. Jadi dalam tahap ini, sikap menjadi hal yang
lebih krusial. Keberlanjutan penggunaan inovasi ini akan bergantung pada dukungan dan sikap individu. Tahap konfirmasi berlangsung setelah ada
keputusan untuk menerima atau menolak selama jangka waktu yang tak terbatas. Pada tahap ini sesorang berusaha menghindari kenyataan yang menyimpang,
yang bertentangan dengan keputusannya. Adaikata terjadi hal itu, ia berusaha memperrkecil ketidaksesuaian itu.
23
a Dissonansi tindakan
Sebagian perubahan tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakselarasan dissonansi atau ketidakseimbangan internal. Jika seseorang
merasakannya, biasanya ia terdorong untuk mengurangi keadaan dengan jalan merubah pengetahuan, sikap, atau tindakan-tindakannya.
23
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 45-49
commit to user
b Discontiuance ketidakberlanjutan
Discontinuance adalah suatu keputusan menolak sebuah inovasi setelah sebelumnya mengadopsinya. Ketidakberlanjutan ini dapat terjadi selama tahap ini
dan terjadi pada dua cara : Pertama atas penolakan individu terhadap sebuah inovasi mencari inovasi lain
yang akan menggantikannya. Keputusan jenis ini dinamakan replacement discontinuance.
Yang kedua dinamakan disenchanment discontinuance. Dalam hal ini individu menolak inovasi tersebut disebabkan ia merasa tidak puas atas hasil dari inovasi
tersebut. Alasan lain dari discontinuance decision ini mungkin disebabkan inovasi tersebut tidak memenuhi kebutuhan individu. sehingga tidak merasa
adanya keuntungan dari inovasi tersebut.
Kategori Adopter
Anggota sistem sosial dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok adopter penerima inovasi sesuai dengan tingkat keinovatifannya kecepatan dalam
menerima inovasi. Salah satu pengelompokan yang bisa dijadikan rujuakan adalah pengelompokan berdasarkan kurva adopsi, yang telah duji oleh Rogers
1961. Gambaran tentang pengelompokan adopter dapat dilihat sebagai berikut : 1. Innovators: Sekitar 2,5 individu yang pertama kali mengadopsi inovasi.
Cirinya: petualang, berani mengambil resiko, mobile, cerdas, kemampuan ekonomi tinggi
commit to user
2. Early Adopters PerintisPelopor: 13,5 yang menjadi para perintis dalam penerimaan inovasi. Cirinya: para teladan pemuka pendapat, orang yang
dihormati, akses di dalam tinggi 3. Early Majority Pengikut Dini: 34 yang menjadi para pengikut awal.
Cirinya: penuh pertimbangan, interaksi internal tinggi. 4. Late Majority Pengikut Akhir: 34 yang menjadi pengikut akhir dalam
penerimaan inovasi. Cirinya: skeptis, menerima karena pertimbangan ekonomi atau tekanan social, terlalu hati-hati.
5. Laggards Kelompok KolotTradisional: 16 terakhir adalah kaum kolottradisional. Cirinya: tradisional, terisolasi, wawasan terbatas, bukan
opinion leaders, sumberdaya terbatas.
Gambar 1.2 Pengkategorian Adopter berdasarkan keinovatifan
24
Dalam pelaksanaannya, sasaran dari difusi inovasi adalah para petani dan anggota masyarakat pedesaaan. Usaha – usaha difusi inovasi pertama kali
dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1920-an dan 1930-an, dan sekarang menjadi program – program pembagunan di Negara sedang berkembang. Usaha –
24
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 88-89
commit to user
usaha ini tidak hanya berhubungan dengan masalah pertanian saja, tetapi juga dengan masalah kesehatan, dan sosial politik.
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama mutual understanding antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap suatu pesan
dalam hal ini adalah ide baru melalui saluran komunikasi tertentu. Dalam komunikasi inovasi, proses komunikasi antara misalnya penyuluh dan petani
tidak hanya berhenti jika penyuluh telah menyampaikan inovasi atau jika sasaran telah menerima pesan tentang inovasi yang disampaikan penyuluh. Namun
seringkali seharusnya komunikasi baru berhenti jika sasaran petani telah memberikan tanggapan seperti yang dikehendaki penyuluh yaitu berupa menerima
atau menolak inovasi tersebut. Salah satu keberhasilan inovasi teknologi yang telah diadopsi secara luas
adalah inovasi di bidang komuniksi tanpa kabel Innovation in the Wireless Ecosystem dimana alat komunikasi tanpa kabel ini telah mengubah dengan cepat
cara berkomunikasi manusia satu sama lain dan cara mengakses serta berbagi informasi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Gerald R. Faulhaber dan David
J. Farber dalam Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer-Centric Framework.
“ Wireless communication has already radically changed the way that not only Americans, but people the world over communicate with each other and
access and share information.“ Dalam penelitiannya, Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber melihat
capaian wireless industry’s dalam tiga dimensi: i tingkat inovasi, ii bagaimana kompetitif industri adalah, dan iii bagaimana kompetisi inovasi dalam wireless
commit to user
industry’s. Ternyata ketiga dimensi tersebut memperlihatkan tingkat inovasi yang diterima oleh masyarakat dengan hasil yang luar biasa cepat.
“ All three segments of the wireless marketplace applications, devices, and core networks have extraordinary track records in innovation.This
extraordinary innovation has been driven by the brutal competition that characterizes this industry. “
25
Salah satu parameter tingkat adopsi inovasi dalam penelitian Gerald R. Faulhaber dan David J. Farber adalah peningkatan permintaan konsumen dalam
mengakses suara dan data aplikasi yang mereka pilih. Gambar di bawah ini menunjukkan peningkatan penggunaan alat-alat komunikasi tanpa kawat
wireless :
Gambar 1.3 Peningkatan Penggunaan Alat-Alat Komunikasi Tanpa Kawat Wireless Di Amerika Tahun 2008
25
Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer- Centric Framework”. International Journal of Communication, 4 1, pp. 73-112, 2010
commit to user
Dalam penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah inovasi customer atau masyarakat selaku anggota sistem sosial dapat memutuskan untuk
menerima mengadopsi atau menolak suatu inovasi dalam persaingan pasar. “ A customer - centric perspective should govern the FCC’s Federal
Communications Commission actions in the wireless ecosystem: let customers decide what they want in this competitive market.”
26
Dari penelitian yang mereka lakukan, mereka mendapatkan hasil bahwa tingkat adopsi masyarakat terhadap alat komunikasi tanpa kabel sangat tinggi. Hal
ini terlihat dari tingkat inovasi yang ada, persaingan pasar, dan tingkat persaingan pasar yang memicu timbulnya inovasi.
Definisi Konseptual 1.
Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
Difusi merupakan proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran dan jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Inovasi
adalah gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang.
27
Jadi difusi inovasi merupakan proses dimana suatu gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang dikomunikasikan melalui saluran dan
jangka waktu tertentu diantara anggota suatu sistem sosial. Unsur-unsur utama dari proses difusi inovasi menurut Rogers dan Shoemaker
dikutip oleh Hanafi dalam buku Memasyarakatkan Ide-Ide baru terdiri dari inovasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial.
26
Faulhaber, Gerald R. and David J. Farber. “Innovation in the Wireless Ecosystem : A Customer- Centric Framework”. International Journal of Communication, 4 1, pp. 73-112, 2010
27
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 26
commit to user
1 Inovasi Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang. Kebaruan sebuah inovasi diukur secara subyektif, menurut individu yang menangkapnya. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan inovasi adalah
Program Layanan Listrik Prabayar. Listrik Prabayar, yaitu sistem pembayaran dan pembelian listrik yang dilkukan
diawal, sebelum pemakaian.
28
Seperti namanya, maka sistem penggunaan meteran ini seperti penggunaan pulsa telepon genggam dengan sistem Prabayar. Artinya,
pelanggan harus mengisi atau membayar terlebih dahulu rencana penggunaan listrik sebelum listrik tersebut digunakan. Jadi, Layanan Listrik Prabayar
merupakan bentuk inovasi pelayanan PLN dalam menjual energi listrik dengan cara pelanggan membayar dimuka. Layanan ini dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumenpelanggan.
29
2 Saluran Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima
melalui media tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Sedangkan saluran komunikasi adalah alat dimana pesan dari sumber dapat diterima oleh
penerimanya. Inti dari proses difusi adalah interaksi manusia dimana seseorang
mengkomunikasikan ide baru kepada seseorang atau sekelompok orang. Sifat hubungan antara sumber dan penerima pesan ditentukan oleh kondisi apakah
sumber mau menceritakan ide baru kepada penerima. Saluran komunikasi sangat
28
http:bisniskeuangan.kompas.com 20090125program-layanan-listrik-prabayar
29
www.pln.co.id
commit to user
penting dalam penyampaian ide dari sumber kepada penerima untuk menentukan keputusan penerima apakah mengadopsi atau menolaknya.
Ada dua jenis saluran komunikasi yang digunakan dalam proses difusi, yaitu melalui media massa dan komunikasi interpersonal. Media massa digunakan jika
sumber hanya ingin memberi tahu suatu inovasi kepada penerima karena dianggap lebih efisien. Namun jika sumber ingin memperngaruhi penerima, maka
komunikasi interpersonal lebih tepat digunakan. Dalam penelitian ini akan dijelaskan saluran komunikasi apa yang dipilih
dalam proses difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dan bagaimana proses difusi itu berlangsung.
3 Jangka Waktu Waktu merupakan pertimbangan yang penting dalam sebuah proses difusi
yang tampak dalam : a proses pengambilan keputusan
b keinovatifan seseorang, apakah relatif lebih lambat atau lebih awal c kecepatan penagadopsian dalam suatu sistem sosial.
30
Pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental sejak awal mulai menegenal suatu inovasi sampai memutuskan untuk menerima atau menolaknya,
dan pengukuhan terhadap keputusan itu. Sedangkan masa pengambilan keputusan inovasi merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
proses pengambilan keputusan inovasi atau disebut dengan adopsi.
30
Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-Ide Baru Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. 1987, hlm 26
commit to user
Penelitian ini akan menggunakan indikator yang pertama sebagai pencatat waktu yaitu proses pengambilan keputusan. Masa pengambilan keputusan dalam
penelitian ini dapat dilihat dari berapa lama waktu yang dibutuhkan masyarakat kota Surakarta dalam pengambilan keputusan inovasi mulai dari pengenalan
sampai tahap menerima atau menolak Program Layanan Listrik Prabayar. 4 Anggota Sistem Sosial
Sistem sosial dapat didefinisikan sebagai kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah, dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Anggota sistem sosial pada penelitian ini adalah masyarakat kota Surakarta.
Masyarakat kelurahan sendiri terbagi menjadi beberapa komponen yaitu PT. PLN Persero APJ Surakarta dan masyarakat kota Surakarta itu sendiri.
Dalam model komunikasi S-M-R-C-E terdapat efek yang ditimbulkan dalam berkomunikasi. Begitu juga dengan difusi Program Layanan Listrik Prabayar ini.
Salah satu efek dan tujuan yang diharapkan dari Program Layanan Listrik Prabayar adalah masyarakat bermigrasi dari system pembayaran pascabayar ke
prabayar bagi pelanggan lama dam bagi pelanggan baru mereka memilih menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Partisipasi akan muncul setelah
masyarakat mengalami beberapa tahapan adopsi. Di dalam penelitian ini akan dijelaskan sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat daloam menyukseskan
program ini.
commit to user
2. Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar
Adopsi merupakan proses keputusan menerima sebuah inovasi baru dengan semua resiko yang menyertainya. Adopsi inovasi yang dilakukan masyarakat
adalah ketika mereka memutuskan untuk menggunakan mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar.
Kecepatan proses penerimaan suatu inovasi yang disebarkan pada masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya sifat inovasi, saluran komunikasi,
keadaan masyarakat, peranan penyuluh dan jenis pengambilan keputusan. Menurut Everet M. Rogers 1983 dalam Diffusion of Innovation, proses
adopsi memeliki beberapa tahapan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu :
1. Pengetahuan Knowledge merupakan tahap munculnya pengetahuan ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya diarahkan untuk
memahami eksistensi dan keuntunganmanfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.
2. Persuasi Persuasion merupakan tahap persuasi ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya membentuk sikap baik atau tidak baik.
3. Keputusan Decisions merupakan tahap keputusan muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang
mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. 4. Implementasi Implementations merupakan tahapan implementasi ketika
sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.
5. Konfirmasi Confirmation merupakan tahapan konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap
keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.
31
Peneliti akan menjelaskan tahapan-tahapan adopsi dalam menerima Program Layanan Listrik Prabayar menurut teori yang disampaikan oleh Everet M. Rogers
seperti yang sudah dijelaskan di atas. Pada bab penyajian dan analisis data akan
31
Dodi Sukmayadi.2004. Cakrawala Inovasi Pendidikan: Upaya Mencari Model Inovasi Book Report. Rogers, Everet M. 1983, 3rd, Diffusion of Innovations, The Free Press, N.Y. Bandung
Program Pasca Sarjana- Universitas Pendidikan Indonesia.
commit to user
dijelaskan satu per satu tentang tahapan-tahapan adopsi dari teori Everet M.
Rogers ini. Pada setiap tahapan terjadi proses komunikasi. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir digunakan untuk memudahkan arah dalam penelitian. Kerangka berfikir menjelaskan bagaimana proses berfikir peneliti dalam
mengadakan penelitian studi difusi inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Kelurahan
Jebres Surakarta. Adapun untuk lebih jelasnya kerangka berfikir ini akan disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Difusi Inovasi
Dari tampilan gambar tersebut dapat terlihat bahwa kerangka pikir dalam penelitian ini adalah peneliti ingin mengetahui tentang proses difusi inovasi
Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
Untuk mengetahui adopsi inovasi pada masyarakat umum, peneliti terlebih dahulu harus mengetahui dan memahami secara mendalam elemen-elemen yang
Inovasi Layanan Listrik Pra Bayar
Adopsi inovasi oleh masyarakat
umum Paradigma Proses
Keputusan Inovasi Program Layanan
Listrik Pra Bayar : 1. Pengenalan
2. Persuasi 3. Keputusan
4. Implementasi 5. Konfirmasi
Unsur-unsur difusi : 1.Inovasi
2.Saluran Komunikasi 3.Jangka Waktu
4.Anggota sistem sosial
commit to user
bersangkutan, yaitu unsur-unsur difusi inovasi sendiri sebagi topik dalam penelitian ini serta paradigma proses keputusan inovasi Program Layanan Listrik
Prabayar yang akan menentukan tingkat adopsi inovasi yang dilakukan oleh masyarakat. Pada akhir penelitian ini, akan diketahui bagaimana proses difusi
inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat Surakarta.
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tipe Penelitian Metode adalah cara paling utama yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penetian deskriptif yang didukung dengan data kualitatif. Sebagai sebuah
penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau peritiwa, tidak mencari hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Rahmat, 1995:24. Sementara data kualitatif diperoleh dari pengolahan informasi yang didapatkan dari sumber data primer melalui wawancara, dan
sumber data sekunder melalui dokumen resmi terkait. 2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di sebuah perusahaan BUMN di kota Surakarta yaitu PT. PLN Persero APJ Surakarta. Beralamat di Jalan Brigjen
Slamet Riyadi No. 468 yang bergerak di bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah Surakarta dan sekitarnya.
commit to user
Selain itu penelitian ini mengambil lokasi di seluruh kota Surakarta, dimana terdapat pengguna layanan listrik Prabayar.
3. Populasi dan Narasumber Pemilihan narasumber pada penelitian kualitatif lebih bersifat selektif,
dimana peneliti mempergunakan bebagai pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan, keinginan pribadi, karakteristik empiris dan
sebagainya. Pada riset kualitatif sampling mengarah pada generalisasi teoritis, bukan perumusan karakter populasi. Oleh karena itu, cuplikan dalam
pendekatan ini lebih banyak bersifat “purposive sampling” sample bertujuan, dimana peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu
dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui suatu maslah secara mendalam.
32
Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 13 orang narasumber. Peneliti juga membagi dua narasumber. Pertama, menarik 5 orang pegawai PT. PLN
Persero APJ Surakarta sebagai informan, dimana seluruhnya dinilai memahami penuh tentang pengaplikasian proses difusi inovasi Program
Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat di Surakarta.
Kedua, peneliti juga mewawancarai 8 orang masyarakat di Surakarta dimana sebelum menggunakan layanan listrik Prabayar, mereka adalah orang-
32
H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002, hlm 21
commit to user
orang yang biasanya menunggak pembayaran listrik setiap bulannya. Populasi merupakan keseluruhan obyek yang akan diteliti.
Diharapkan dengan diadakannya penelitian di kedua lokasi ini, peneliti dapat memperolah informasi yang sedetail-detailnya tentang karakteristik
masyarakat pelanggan yang sudah memakai Layanan Listrik Prabayar. Serta mendapat gambaran dan alasan komunitas yang sudah memperoleh difusi
inovasi Layanan Listrik Prabayar tetapi tidak memakai layanan tersebut. 4. Teknik Pengumpulan Data
a. Jenis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis data, yaitu :
1 Data primer Adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan, yaitu dari lokasi
penelitian di PT. PLN Persero APJ Surakarta dan masyarakat di Surakarta.
2 Data sekunder Merupakan data yang sumber utamanya diperoleh dengan cara
mengutip atau memperoleh data dari yang sudah tersedia dan berkaitan dengan Difusi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN
Persero APJ Surakarta terhadap adopsi inovasi pada masyarakat di Surakarta.
b. Teknik Pengumpulan Data 1 Adapun teknik pengumpulan data primer adalah :
commit to user
- Wawancara interview Yaitu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan
komunikasi langsung dengan informan yang relevan dengan obyek penelitian. Disini peneliti melakukan kegiatan tanya jawab secara
langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan tetap berpegang pada interview guide.
- Observasi Teknik observasi digunakan untuk mengali data dari sumber
data yang berupa peristiwa, tempat, atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Disini peneliti menggunakan teknik obsrvasi
non-partisipasi dimana peneliti melakukan penelitian tanpa melibatkan diri.
33
2 Adapun teknik pengumpulan data sekunder adalah : Untuk mendapatkan data sekunder, peneliti melakukan penelitian
kepustakaan yang merupakan pendukung dan pelengkap penelitian di lapangan. Studi pustaka ini dilakukan dengan identifikasi literatu –
literature berupa buku-buku, maupun artikel – artikel dan jurnal yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan mengumpulkan bahan –
bahan yang berupa company profile, brosur, tabel, maupun grafik serta bahan – bahan pustaka lain yang berhubungan dengan obyek
penelitian.
33
H.B. Sotopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan terapannya dalam penelitian Surakarta : Sebelas Maret University Press. 2002, hlm 64
commit to user
5. Teknik Validitas Data Untuk meningkatkan validitas data, dalam penelitian ini menggunakan
cara triangulasi data atau triangulasi sumber yaitu mengumpulkan data sejenis dari berbagai sumber data yang berbeda. Dengan demikian kebenaran data
yang satu akan dikonfirmasikan dengan data yang diperoleh dari sumber data yang lain, sehingga data-data yang terkumpul dalam penelitian ini akan
terjamin validitasnya. Sedangkan menurut H.B. Sutopo, cara ini mengarahkan peneliti agar
didalam mengumpulakan data, ia wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantab
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Dengan demikian apa yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji
kebenarannya bilamana dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber yang lain yang berbeda baik kelompok sumber sejenis maupun sumber
yang berbeda jenisnya.
34
6. Teknik Analisa Data H.B. Sutopo menjelaskan analisis merupakan proses pencarian dan
perencanaan secara sistematik semua data dan bahan yang telah terkumpul agar peneliti mengerti benar makna yang telah dikemukakannya, dan dapat
menyajikan kepada orang lain secara jelas. Dalam penelitian kualitatif, proses analisis yang digunakan tidak dilakukan
setelah data terkumpul sepenuhnya, tetapi dilakukan bersamaan dengan proses
34
Mattew B. Milles A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Jakarta : UI Press. 1992, hlm 434
commit to user
pengumpulan data. Hal ini dilakukan karena analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran khusus yang bersifat menyeluruh tentang apa yang
tercakup dalam permasalahan yang diteliti. Teknik analisis data dipergunakan dalam penelitian ini mengacu pada model analisis interaktif interactive model
analysis yang terdiri dari 3 komponen analisis data, yaitu : a. Reduksi data
Reduksi data dapat dikatakan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi kata “kasar”
yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus – menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif
berlangsung. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan – kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.
b. Penyajian data Merupakan rangkaian informasi yang memungkinkan kesimpulan riset
dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data. Dalam hal ini peneliti akan dapat mengerti tentang apa yang sedang terjadi serta memungkinkan
untuk mengerjakan system analisis tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut.
c. Penarikan kesimpulan Dari sajian data yang telah disusun, selanjutnya peneliti dapat menarik
sebuah kesimpulan.
commit to user
Ketiga komponen tersebut aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data yang menggunakan proses siklus. Penelitian bergerak
diantara ketiga komponen analisis yaitu reduksi data, penyajian data, serta kesimpulan yang berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai
pegangan utama proses siklus. Jadi, apabila dalam penelitian data yang telah terkumpul dirasakan masih belum cukup kuat mendekung proses analisis,
maka peneliti dapat menyusun pertanyaan baru untuk mengumpulkan data kembali. Begitu pula dalam proses penarikan kesimpulan, jika masih
memerlukan data baru, peneliti dapat melakukan pengumpulan data kembali. Dengan demikian analisis data yang dihasilkan cukup matang.
Keseluruhan aktivitas di atas dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.4 : Komponen – Komponen Analisis Data Model Interaktif
35
35
Mattew B. Milles A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif Jakarta : UI Press. 1992, hlm 16
Reduksi Data Penyajian Data
Pengumpulan Data
Penarikan Kesimpulan Verifikasi
commit to user
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Deskripsi Lokasi PT. PLN Persero APJ Surakarta 1. Sejarah Berdirinya PT. PLN Persero
Ketenagalistrikan di bumi Indonesia dimulai sejak zaman Belanda pada akhir abad ke – 19, bermula dari munculnya ketenagalistrikan yang
dibangkitkan oleh beberapa perusahaaan Belanda untuk keperluan sendiri, diantaranya pabrik gula. Ketenagalistrikan yang dimaksud adalah segala
sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. Kelistrikan untuk kemanfatan umum dimulai pada saat perusahan swasta
Belanda yaitu CV. Nign di Batavia. Perusahan ini semula bergerak di bidang gas, akan tetapi dikemudian hari memperluas usahanya di bidang
kelistrikan untuk kepentingan umum. Kemudian mulai tahun 1893 oleh pemerintah daerah pada zaman penjajahan Belanda banyak didirikan
perusahaan listrik yaitu Batavia sekarang Jakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Makasar, dan Ambon.
Adapun di Surakarta, ketanalistrikan dimulai pada tahun 1901 yang ditandai dengan berdirinya N.V Solosche Electric Itet Mij SEM di
Surakarta yang berkantor di Purwosari. Sampai dengan tahun 1927 kemudian kantor tersebut pindah di Purbayan. Usaha Perlistrikan saat itu
penguatnya hanya terdiri dari dua mesin diesel yang pengoperasiannya hanya hidup pada malam hari saja. Baru pada tahun 1936 mulai ada aliran