Konfirmasi Confirmation Adopsi Inovasi Program Layanan Listrik Prabayar

commit to user memperoleh informasi tentang layanan prabayar. Ada beberapa penyebab, antara lain : a. Adanya kekhawatiran listrik langsung mati bila pulsa habis. b. Daya yang ada hanya 450 VA, sehingga tidak bisa memakai prabayar.

5. Konfirmasi Confirmation

Merupakan tahap dimana individu mencari penguatan dukungan terhadap keputusan yang telah dibuatnya, tapi ia mungkin berbalik keputusan jika ia memperoleh isi pernyataan pernyataan yang bertentangan. Tahapan Konfirmasi, ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. Pada tahap ini individu memastikan akan tetap menerima mengadopsi inovasi baru atau menolak suatu inovasi setelah mencoba mengimplementasikan inovasi baru. Hasil yang diharapkan komunikator yaitu PT. PLN Persero APJ Surakarta dari adanya difusi Program Layanan Listrik Prabayar adalah masyarakat Surakarta dan sekitarnya bisa mengadopsi menerima program ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Surakarta mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami tahapan-tahapan seperti yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan untuk menerima program tersebut. Hal ini disampaikan oleh Ani dan Lina : commit to user “ Sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” wawancara Ani, 18 Agustus 2010 “ Saya akan terus memakai layanan ini karena pemakaiannya bisa diatur, sehingga lebih irit.” wawancara Lina, 4 September 2010 Jadi, setelah ada proses difusi atau penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar maka proses selanjutnya yang terjadi adalah adopsi atau penerimaan terhadap program tersebut. Dari hasil penelitian, masyarakat Surakarta menerima atau mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dengan semua konsekuensi yang ditanggung. Namun, dalam proses adopsi tidak serta merta masyarakat langsung menerima. Ada beberapa tahapan yang dilalui dalam proses ini. Peneliti menggunakan teori dari Rogers dan Shoemaker yang membagi paradigma proses pengambilan keputusan inovasi menjadi beberapa tahap, yaitu : 1. Pengetahuan Knowledge 2. Persuasi Persuasion 3. Keputusan Decisions 4. Implementasi Implementation 5. Konfirmasi Confirmation Dari tiap tahapan pasti ada proses komunikasi yang terjadi serta ada tambahan informasi yang didapat masyarakat. Dari kelima tahap paradigma proses pengambilan keputusan inovasi, tidak semua narasumber melalui tahapan yang sama dalam mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengadopsi inovasi antara individu yang satu dengan yang lain pun berbeda. commit to user Dari 13 orang narasumber tersebut, 11 orang memutuskan untuk mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar dan 2 orang memutuskan tidak menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Dari 11 orang tersebut, 5 diantaranya memiliki latar belakang sebagai karyawan PT. PLN Persero APJ Surakarta. Dari 5 orang tersebut, 4 orang memutuskan mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya keempat orang tersebut melalui kelima tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi. Hal ini disebabkan merekalah objek pilot project penerapan Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta dan akhirnya mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar. Hal ini disampaikan oleh Soeharmanto, Kepala bagian Humas PT. PLN Persero APJ Surakarta : “ Sebelumnya kita tawarkan kepada masyarakat umum, kita tawarkan terlebih dahulu kepada karyawan PLN yang bersedia bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, sambil untuk melihat reaksi. Apa adakah hal yang negatif atau yang tidak diinginkan, tenyata tidak ada. Mereka memutuskan untuk tetap menggunakan listrik prabayar. Setelah itu, baru disampaikan kepada masyarakat umum. “ wawancara, 16 Agustus 2010 Hal ini juga diungkapkan oleh Burhanudin, salah satu pegawai PT. PLN Persero APJ Surakarta yang merupakan salah satu subjek pilot project Program Layanan Listrik Prabayar : “ Saya akan terus menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, karena sampai saat ini saya masih nyaman menggunkan layanan ini. Rencananya kedepannya nanti semua pelanggan PLN akan diusahakan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar.” wawancara, 27 Agustus 2010 Narasumber yang berlatar belakang sebagai karyawan PT. PLN Persero APJ Surakarta, tidak semuanya memutuskan untuk memakai Program Layanan commit to user Listrik Prabayar. Mereka pasti memiliki alasan tersendiri. Seperti yang diungkapkan Irin, pegawai PT. PLN Persero APJ Surakarta yang sampai saat ini belum beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar karena masih ada perasaan khawatir bila sewaktu – waktu listrik padam karena lupa mengisi voucher pilsa listrik. “… Sampai saat ini saya masih memakai pascabayar, suatu saat nanti saya akan beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi tidak sekarang. Kalau untuk sekarang saya masih takut. “ wawancara, 27 Agustus 2010 Hal ini menunjukkan narasumber yang tidak memutuskan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, berarti hanya melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan decisions. Dari ungkapan diatas, dapat diindentifikasikan bahwa Irin sudah tahu adanya Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu mulai timbul kekhawatiran, yang artinya ia mulai membentuk sikap tidak baik persuasion. Akhirnya ia memutuskan untuk tidak memakai Program Layanan Listrik Prabayar. Berbeda dengan Irin yang melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi sampai pada tahap keputusan decisions. Djuwito, seorang tukang becak yang berpendidikan Sekolah Dasar SD mengatakan bahwa ia tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan dan sebenarnya ia tertarik menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, tetapi karena daya di rumahnya hanya 450 VA dan ia tidak ada biaya untuk menaikan daya di rumahnya, maka ia hanya bisa bertahan dengan sistem pascabayar. “ …Saya tahu prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan… Petugasnya bilang ini hanya untuk rumah yang dayanya di atas 900 VA. Sebenarnya tertarik Mbak beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar, tapi nggak commit to user bisa karena di rumah saya dayanya 450 VA… ” wawancara, 27 Agustus 2010. Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Djuwito melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi hanya sampai pada tahap pengetahuan knowledge. Ia mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari sosialisasi PLN di kelurahan. Dalam sosialisasi tersebut ia mengetahui bahwa Program Layanan Listrik Prabayar hanya untuk rumah yang dayanya diatas 900 VA, maka ia tidak dapat bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar tanpa menaikkan daya rumahnya. Setelah mengetahui hal ini, berarti Djuwito tidak melakukan aktivitas ke tahap selanjutnya yaitu tahap persuasi persuasion. Narasumber lain yang memutuskan menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar yang bekerja diluar PT. PLN Persero APJ Surakarta, melalui tahapan paradigma proses pengambilan keputusan inovasi yang tidak sama. Lina, salah satu narasumber dalam penelitian ini mengatakan bahwa dirinya mengetahuai Program Layanan Listrik Prabayar setelah tinggal di Perumahan Tirtamaya. Oleh pihak marketing perumahan tersebut, ia ditawari menggunakan listrik prabayar. “ Saya pertama kali mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak marketing perumahan Tirtamaya. Setelah diterangkan, saya cukup tertarik dengan layanan ini. Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk melihat langsung rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah dengan sistem listrik prabayar.” Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa Lina tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak marketing perumahan tersebut knowledge. commit to user Setelah diterangkan, Lina cukup tertarik dengan layanan ini persuasion. Kemudian pihak perumahan langsung mengajak saya untuk melihat langsung rumah tersebut, Setelah itu saya setuju untuk membeli rumah dengan sistem listrik prabayar decisions. Seperti yang dilakukan oleh Renata, salah satu narasumber dalam penelitian ini. Renata mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar setelah membaca tentang layanan ini di Koran knowledge. Rasa ingin tahunya persuasion membuat Renata mencari informasi lebih rinci tentang Program Layanan Listrik Prabayar ke seorang temannya yang kebetulan bekerja di PLN decisions. Setelah ia merasa yakin dengan layanan bari dari PLN ini, kebetulan rumah yang akan ia tinggali yaitu Perumahan Tirtamaya dari pihak marketing perumahan tersebut menawarinya untuk memakai listrik dengan sistem prabayar, maka tanpa ragu – ragu lagi ia langsung setuju menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar ini implementation. “ Sebelumya saya pernah membaca Program Layanan Listrik Prabayar di koran, setelah itu saya tanya teman saya yang bekerja di PLN. Saya tahu Program Layanan Listrik Prabayar dari teman, maka setelah pihak marketing perumahan saya menawari menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar, saya langsung setuju. “ wawancara, 4 September 2010 Lain halnya dengan Darmi, salah satu narasumber yamg merupakan ketua RW di Grogol, dia mengatakan bahwa keputusannya untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar karena tahu manfaat dan nilai tambahnya knowledge. Ia merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP persuasion. Kemudian is mencari informasi tentang Program commit to user Layanan Listrik Prabayar decisions sampai akhirnya ia memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar implementation. “…Setelah sosialisasi dari PLN saya tahu manfaat dan nilai tambahnya, Saya merasa inovasi layanan listrik prabayar ini sangat luar biasa karena modelnya sama seperti HP. Kemudian is mencari informasi tentang Program Layanan Listrik Prabayar. Setelah tahu bagaimana, akhirnya saya memutuskan untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar.” wawancara, 27 Agustus 2010. Agus Mujazid, seorang pengurus masjid atau takmir masjid di Baabussalam yaitu masjid yang terletak di kawasan PT. PLN Persero APJ Surakarta. Ia lulusan Sekolah Dasar SD dan sering menghabiskan waktunya untuk mengurus masjid tersebut. Sebagai pengurus masjid yang terletak di kawasan PT. PLN Persero APJ Surakarta, tentunya ia sering berinteraksi dengan orang – orang yang ada di dalamya, baik untuk urusan kantor atau yang lainnya. Dengan demikian sudah ada rasa kepercayaan yang timbul. “ … Saking tiyang PLN menika ngomong ‘Pak Agus, listrik teng masjid digentos mawon nggih ngagem Listrik Prabayar..’ Trus, kulo ngomong boten nopo – nopo. Lha, nggih terus digentos Prabayar menika.” wawancara, 2 September 2010 Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Agus Mujazid mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dari orang PLN knowledge. Saat ditawari PT. PLN Persero APJ Surakarta untuk bermigrasi ke Program Layanan Listrik Prabayar, ia tidak ragu – ragu lagi untuk segera beralih ke layanan ini decisions. Akhirnya Agus Mujazid sepakat masjid Baabussalam menerima Program Layanan Listrik Prabayar implementation. Lain halnya dengan yang diungkapkan narasumber berikut, bahwa mereka tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar saat mengurus commit to user pencabutan listrik di rumahnya, dan dari pihak PLN menawarkan Program Layanan Listrik Prabayar sebagai solusi dari permasalahan yang dihadapinya. “…Kulo nggih ngertos prabayar niku pas ngurus teng PLN… Lha tiba – tiba nggen kula diputus, dipendet gengstere, 3 wulan dereng bayar. Trus kulo mlayu teng PLN.. Lha terus sakniki badhe kula bayar nyuwun dipasangke malih. Trus kulo dikandhani petugas PLN-ne… “Sakniki tumut prabayar mawon, Bu.” trus kulo ngajuke prabayar, sedinten thok pun dadi.. Kulo ngomong esuk, sorene sampun dipasang. Kulo seneng Mbak, niki kulo badhe ngajuke malih ngagem prabayar. “ wawancara Sudiro, 18 Agustus 2010 “ … Karena dua bulan belum membayar akhirnya dicabut oleh PLN, terus pihak PLN menyarankan menggunakan prabayar. Satelah diterangkan cara penggunaannya sama seperti HP, saya rasa prabayar lebih meringankan dan ini lebih baik... Akhirnya saya setuju diganti dengan listrik prabayar. Setelah memakai listrik prabayar, sampai saat ini saya belum menemui masalah dengan layanan listrik prabayar, jadi saya akan terus menggunakan layanan ini.” wawancara Ani, 18 Agustus 2010 Dari pernyataan di atas diketahui bahwa Ani dan Sudiro tahu untuk pertama kalinya Program Layanan Listrik Prabayar dari pihak PLN setelah mereka mengalami maslah pencabutan listrik karena menunggak pembayaran listrik knowledge. Setelah itu mereka merasa tertarik dengan program ini karena dirasa tidak memberatkan persuasion. Setelah diterangkan cara kerja dan nilai tambahnya akhirnya mereka memutuskan untuk beralih ke Program Layanan Listrik Prabayar decisions. Dan setelah merasakan sendiri cara kerja dan manfaatnya implementation, mereka menyatakan akan terus menggunakan Program Layanan Listrik Prabayar confirmation. Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa masyarakat Surakarta mengadopsi atau menerima Program Layanan Listrik Prabayar. Tentunya masyarakat sudah mempertimbangkan setelah mengalami tahapan-tahapan seperti yang telah dijelaskan di atas, barulah mereka memutuskan commit to user untuk menerima program tersebut. Dari 13 orang narasumber tersebut, maka tahap adopsi adopter Program Layanan Listrik Prabayar dapat di kelompokkan sebagai berikut : Tabel 3.4 Pengelompokan Adopter Program Layanan Listrik Prabayar di Surakarta Berdasarkan Tahap-Tahap Adopsi Proses Pengambilan Keputusan Jumlah Adopter Persentase 1. Pengetahuan Knowledge 1 7,7 2. Persuasi Persuasion - 3. Keputusan Decisions 2 15,4 4. Implementasi Implementation 3 23 5. Konfirmasi Confirmation 7 53,9 Dari tabel di atas diketahui bahwa tingkat adopsi yang paling tinggi terjadi pada tahap konfirmasi Confirmation yaitu sebesar 53,9. Setelah itu diikuti tahap Implementasi Implementation sebesar 23, tahap Keputusan Decisions sebesar 15,4, dan tahap Pengetahuan Knowledge 7,7. Pada tahap persuasi Persuasion tidak ada proses adopsi yang terjadi 0. Hal ini menunjukkan bahwa tahap – tahap adopsi tidak selalu dimulai dari tahap pengetahuan knowledge, persuasi persuasion, keputusan decisions, commit to user implementasi implementation, konfirmasi confirmation yang terjadi secara berurutan. Proses adopsi bisa terjadi dimulai dari tahap konfirmasi Confirmation. Pada proses adopsi Program Layanan Listrik Prabayar sebagian besar narasumber terjadi pada tahap konfirmasi Confirmation. Hal ini terjadi dikarenakan awalnya mereka mengambil keputusan menerima inovasi Program Layanan Listrik Prabayar dimulai dari keterpaksaan. Akan tetapi, setelah merasakan manfaat dan nilai tambah dari inovasi Program Layanan Listrik Prabayar mereka memutuskan untuk tetap menggunakan Layanan Listrik Prabayar. Setelah Kota Surakarta ditetapkan mendapat Program Layanan Listrik Prabayar, maka sosialisasipun dilaksanakan. Dari sinilah masyarakat mengetahui Program Layanan Listrik Prabayar dengan sedikit informasi yang didapatkan. Proses penyebaran terus dilaksanakan berulang kali, sampai masyarakat pada tahap persuasi yaitu individu membentuk sikap setuju atau tidak setuju terhadap inovasi. Mereka sudah memahami apa dan bagaimana Program Layanan Listrik Prabayar sebenarnya. Berbagai cara dilakukan untuk memberi pemahaman tentang penataan lingkungan hingga masyarakat mulai merasakan manfaatnya. Maka, sampailah masyarakat pada tahap keputusan yaitu ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi. Selanjutnya masyarakat pada implementasi yaitu tahap memilih untuk menerima atau menolak program ini. Kenyataannya masyarakat memeilih untuk menerima program ini setelah tahu manfaat dan nilai lebihnya. commit to user Pendapat-pendapat tersebut merupakan pernyataan masyarakat bahwa mereka mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar karena alasan-alasan rasional yang menutut mereka bernilai positif. Masing-masing individu mempunyai latar belakang tersendiri untuk memutuskan mengadopsi. Menurut Hanafi dalam bukunya Memasyarakatkan Ide-ide Baru, keputusan seperti ini disebut dengan keputusan individual opsional. Keputusan individual, yaitu keputusan dimana individu yang bersangkutan ambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual ada dua macam, yaitu keputusan opsional dan kepuusan konsesnsus. Keputusan opsional, yakni keputusan yang dibuat oleh seseorang, terlepas dari keputusan-keputusan yang dibuat oleh anggota sistem. Sedangkan keputusan kolektif yaitu keputusan yang dibuat oleh individu-individu yang ada dalam sistem sosial melalui konsensus. 41 Dalam penelitian ini masyarakat Surakarta menggunakan keputusan opsional untuk mengadopsi Program Layanan Listrik Prabayar setelah mendapat informasi melalui berbagai sosialisasi yang ada. Mereka memutuskan untuk menerima program ini karena dirasa bermanfaat bagi kehidupan. Keputusan ini bersifat individu bukan keputusan kelompok. Keputusan yang mereka ambil ini sudah dipikirkan tentang baik dan buruknya serta mereka juga sudah bisa menerima konsekuensi yang menyertainya. 41 Hanafi. Abdillah. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya : Penerbit Usaha Nasional, hal 35 commit to user

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari serangkaian data yang diperoleh di lapangan, baik itu melalui wawancara narasumber maupun hasil pengamatan selama penelitian, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa penyebaran difusi Program Layanan Listrik Prabayar PT. PLN Persero APJ Surakarta di Kota Surakarta berjalan dengan baik. Hal ini sesuai dengan berbagai elemen dalam ilmu komunikasi yaitu pola, unsur, sistem, jenis, proses, sampai pada media komunikasi yang digunakan. Semua elemen tersebut menjadi satu dalam sebuah proses difusi dan adopsi inovasi yang dilakukan oleh pihak yang terkait. 1. Proses difusi dalam penelitian ini mempunyai empat unsur yaitu inoasi, saluran komunikasi, jangka waktu, dan sistem sosial. Dari keempat unsure tersebut yang paling berpengaruh dalam proses difusi adalah saluran komunikasi yang bersifat interpersonal. Hal ini disebabkan proses difusi merupakan sebuah proses komunikasi dimana ada komunikator yang menyampaikan pesan berupa sebuah inovasi kepada komunikan melalui saluran tertentu dan menimbulkan efek tertentu. Komunikator dalam penyebaran Program Layanan Listrik Prabayar adalah PT. PLN Persero APJ Surakarta, sedangkan komunikannya adalah masyarakat Kota Surakarta itu sendiri.

Dokumen yang terkait

Analisis Variansi tentang Pendapat Pelanggan Perusahaan Listrik Negara terhadap Inovasi Listrik Prabayar (Studi Kasus pada Masyarakat Kecamatan Medan Tuntungan)

2 55 51

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PT.PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN BURNOUT PADA KARYAWAN PT.PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA.

0 0 16

RESPON PELANGGAN TERHADAP PRODUK LISTRIK PRABAYAR (Studi pada PT. PLN (Persero) APJ Pekalongan) Respon Pelanggan Terhadap Produk Listrik Prabayar (Studi pada PT. PLN (Persero) APJ Pekalongan).

1 2 15

DIFUSI INOVASI DAN ADOPSI KEBUDAYAAN KOREA (Difusi Inovasi dan Adopsi Remaja Surabaya terhadapKebudayaan Korea “Gangnam Style”).

9 36 112

DIFUSI INOVASI DAN ADOPSI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (Studi Difusi Inovasi dan Adopsi Jaminan Kesehatan Nasional sebagai Program BPJS Kesehatan di Desa Catur Kabupaten Boyolali).

1 3 15

DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (Studi Difusi dan Adopsi Inovasi dalam Layanan “Mbela Wong Cilik” Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPTPK) di Kabupaten Sragen).

0 0 18

DIFUSI DAN ADOPSI INOVASI DALAM MENGENDALIKAN PERTUMBUHAN PENDUDUK.

0 1 19

237413242 Paper Penyuluhan Adopsi Difusi Inovasi Pod Terhadap Dk

0 1 89

DIFUSI INOVASI DAN ADOPSI KEBUDAYAAN KOREA (Difusi Inovasi dan Adopsi Remaja Surabaya terhadap Kebudayaan Korea “Gangnam Style”) SKRIPSI

0 0 20

DIFUSI INOVASI PROGAM BANTUAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Difusi Progam Bantuan Kesehatan Masyarakat Kota Surakarta (BKMKS) di Kota Surakarta)

0 0 16