Pengaruh Sumber Daya Manusia Dan Tata Kerja Komisi Penilai Amdal Terhadap Kualitas Dokumen Amdal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Provinsi Sumatera Utara
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA
KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP KUALITAS DOKUMEN
AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
HENNY NAINGGOLAN
077004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
SE K
O L A
H
P A
S C
A S A R JA
N
(2)
PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA
KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP KUALITAS DOKUMEN
AMDAL DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
HENNY NAINGGOLAN
077004008/PSL
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(3)
Judul Tesis : PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA DAN TATA KERJA KOMISI PENILAI AMDAL TERHADAP
KUALITAS DOKUMEN AMDAL DALAM
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
DI PROVINSI SUMATERA UTARA Nama Mahasiswa : Henny Nainggolan
Nomor Pokok : 077004008
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) Ketua
(Prof. Dr. Erman Munir, MSc) (Drs. Chairuddin, MSc) Anggota Anggota
Ketua Program Studi Direktur
(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 21 Desember 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS
Anggota : 1. Prof. Dr. Erman Munir, MSc
2. Drs. Chairuddin, MSc
3. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar 4. Prof. Dr. Retno Widhiastuti, M.Si
(5)
ABSTRAK
Salah satu penentu kualitas dokumen AMDAL adalah Sumber Daya Manusia yang handal dalam menyusun maupun menilai dokumen AMDAL, di samping itu mekanisme tata kerja dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sumber daya manusia (41 orang) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL baik secara parsial maupun secara simultan. Variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL adalah tata kerja Komisi Penilai AMDAL dengan standardized coefficients 0,285 sedangkan sumber daya manusia hanya 0,009. Koefisien regresi (R square) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti mampu mempengaruhi variabel terikat sebesar 75% dan sisanya sebesar 25% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang belum diteliti.
Kata Kunci: Sumber Daya Manusia, Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL dan Kualitas Dokumen AMDAL.
(6)
ABSTRACT
One of the determinants of the quality of AMDAL document is the good human resource in arranging or evaluating the AMDAL document and the work mechanism of the evaluation commission has its great constribution in issuing a qualified AMDAL document.
The research is to find out the influence of the human resource and the effective work of the AMDAL evaluation commission on the quality of the AMDAL document in North Sumatera Province was done.
The result of this research shows that there are positive and significant influence between the human resources (41 people) and the work mechanism of the AMDAL evaluation on the quality of AMDAL document partially and simultaneously. The most dominant independent variable influencing the quality of the AMDAL document is the work mechanism of AMDAL evaluation commission with standard efficiency of 0,285 while human resource is only 0,009. Regression coefficiency (R-square) shows that the independent variable analyzed can influence 75% of dependent variable and the remaining 25% is described with the other variables which haven’t been analyzed yet.
Keywords: Human Resources, Work Mechanism of AMDAL Evaluation Commisison, Qualified AMDAL Document.
(7)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena kasih dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul: Pengaruh Sumber Daya Manusia dan Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap Kualitas Dokumen AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Utara.
Penelitian ini merupakan tugas akhir guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc, juga ucapan terima kasih yang tulus dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Program Studi Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Sekretaris Program Studi Prof. Dr. Erman Munir, MSc sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembimbing dan Drs. Chairuddin, MSc sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Selanjutnya penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar dan Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MSi yang telah memberikan masukan dan saran perbaikan untuk kesempurnaan dalam penyusunan tesis ini serta semua rekan-rekan PSL angkatan 2007 khususnya Rasmita Ginting yang telah memberikan dukungan kepada penulis pada waktu mengadakan penelitian di Badan
(8)
Lingkungan Hidup Pemko Medan juga tak lupa ucapan terima kasih kepada semua Anggota Komisi Penilai AMDAL baik yang ada di Provinsi Sumatera Utara, Pemerintah Kota Medan dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuisioner penelitian tesis ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua saya, mami tersayang Ny. M. Nainggolan br. Rajagukguk atas doanya untuk keberhasilan penulis serta suami tercinta Remus S.P. Silalahi, SE, MM dan ketiga orang putra dan putri yang terkasih: Sheila Esther Octavia, Novia Reny Arviana dan Hizkia Johan Andika atas semua dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
Kiranya Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan berkat dan anugerahNya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moril dan materil kepada penulis baik pada saat kuliah maupun dalam penulisan tesis ini.
Akhir kata, penulis berharap kiranya tesis ini bermanfaat bagi pengembangan pengetahuan secara umum dan bagi Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara secara khusus.
Medan, Oktober 2009 Penulis,
(9)
RIWAYAT HIDUP
Henny J.M. Nainggolan dilahirkan pada tanggal 18 Oktober 1968 di Medan, Sumatera Utara, anak ke 6 dari 7 bersaudara dari Ayahanda (Alm) M. Nainggolan dan Ibunda S.N. br. Rajagukguk. Penulis menyelesaikan studi:
1. SD Katholik Budi Murni Medan tahun 1981. 2. SMP Immanuel Medan tahun 1984.
3. SMA Negeri I Medan tahun 1987.
4. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara tahun 1992.
5. Sekolah Pascasarjana Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara tahun 2009.
Penulis menikah dengan Remus S.P. Silalahi, SE, MM pada tanggal 29 Desember 1992 dan dikaruniai dua orang putri: Sheila Esther Octavia, Novia Reny Arviana dan seorang putra: Hizkia Johan Andika.
Pengalaman Kerja:
1. Staf Bidang Sosial Budaya pada Bappeda Karo mulai tahun 1996-1998.
2. Staf Bidang Pengkajian dan Analisis Dampak Lingkungan Bapedalda Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 1998-2007.
3. Kepala Sub Bidang Pengembangan Teknik Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara mulai tahun 2007- sekarang.
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Perumusan Masalah... 4
1.3. Tujuan Penelitian... 4
1.4. Hipotesis Penelitian... 5
1.5. Manfaat Penelitian... 5
1.6. Kerangka Pemikiran... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup... 7
2.2. Penyusunan Dokumen AMDAL... 8
2.3. Sumber Daya Manusia... 9
2.4. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL... 15
2.5. Evaluasi terhadap Kualitas Dokumen AMDAL... 24
BAB III. METODE PENELITIAN... 28
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian... 28
3.2. Populasi dan Sampel... 28
3.3. Tehnik Pengumpulan Data... 29
3.4. Pelaksanaan Penelitian... 29
3.5. Variabel yang Diamati... 29
(11)
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 32
4.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL ... 32
4.1.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara... 32
4.1.2. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan... 34
4.1.3. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang... 36
4.2. Gambaran Umum Responden... 38
4.2.1. SDM Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 38
[ 4.2.2. SDM Responden Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu... 39
4.2.3. SDM Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti... 40
4.2.4. SDM Responden Berdasarkan Lamanya Bertugas Sebagai Komisi Penilai... 41
4.3. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL... 42
4.3.1. Jangka Waktu Penerimaan Dokumen... 43
4.3.2. Kehadiran Komisi Penilai... 44
4.3.3. Peninjauan Lokasi... 45
4.4. Jumlah Dokumen AMDAL Periode 2004-2008... 45
4.5. Hasil Analisis Data... 48
4.6. Pengujian Hipotesis Penelitian... 57
4.6.1. Uji t... 57
4.6.2. Uji F... 57
4.7. Pembahasan ... 59
4.7.1. Pengaruh SDM terhadap Kualitas Dokumen... 59
4.7.2. Pengaruh Tata Kerja Komisi Penilai terhadap Kualitas Dokumen ... 62
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 63
5.1. Kesimpulan ... 63
5.2. Saran... 63
(12)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 33 4.2. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 35 4.3. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL, UKL dan UPL
Kabupaten Deli Serdang ... 37 4.4. Komposisi Komisi Penilai AMDAL Menurut Tingkat Pendidikan .... 38 4.5. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Latar Belakang Disiplin
Ilmu ... 39 4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti ... 40 4.7. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Lamanya Bertugas
Sebagai Komisi Penilai ... 42 4.8. Rekapitulasi Kualitas Dokumen AMDAL di Provinsi Sumatera
(13)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Skema Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL ... 68
2. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 69
3. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 72
4. Daftar Dokumen AMDAL yang Dinilai Komisi Penilai AMDAL Kab. Deli Serdang ... 73
5. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL di Provinsi ... 74
6. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL Kota Medan ... 78
7. Tanda Terima Undangan dan Dokumen AMDAL dalam Sidang Penilaian AMDAL Kabupaten Deli Serdang... 80
8. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Provinsi ... 81
9. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Kota Medan ... 85
10. Jumlah Kehadiran Komisi Penilai AMDAL Kab.Deli Serdang ... 87
11. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Provinsi ... 88
12. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Kota Medan ... 91
13. Pemrakarsa dan Konsultan AMDAL Kab.Deli Serdang ... 92
14. Sumberdaya Manusia Komisi Penilai AMDAL ... 93
15. Aspek Kualitas Dokumen AMDAL... 94
16. Hasil Pengolahan Data ... 96
(15)
ABSTRAK
Salah satu penentu kualitas dokumen AMDAL adalah Sumber Daya Manusia yang handal dalam menyusun maupun menilai dokumen AMDAL, di samping itu mekanisme tata kerja dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara sumber daya manusia (41 orang) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL baik secara parsial maupun secara simultan. Variabel bebas yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL adalah tata kerja Komisi Penilai AMDAL dengan standardized coefficients 0,285 sedangkan sumber daya manusia hanya 0,009. Koefisien regresi (R square) menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti mampu mempengaruhi variabel terikat sebesar 75% dan sisanya sebesar 25% dijelaskan oleh variabel bebas lainnya yang belum diteliti.
Kata Kunci: Sumber Daya Manusia, Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL dan Kualitas Dokumen AMDAL.
(16)
ABSTRACT
One of the determinants of the quality of AMDAL document is the good human resource in arranging or evaluating the AMDAL document and the work mechanism of the evaluation commission has its great constribution in issuing a qualified AMDAL document.
The research is to find out the influence of the human resource and the effective work of the AMDAL evaluation commission on the quality of the AMDAL document in North Sumatera Province was done.
The result of this research shows that there are positive and significant influence between the human resources (41 people) and the work mechanism of the AMDAL evaluation on the quality of AMDAL document partially and simultaneously. The most dominant independent variable influencing the quality of the AMDAL document is the work mechanism of AMDAL evaluation commission with standard efficiency of 0,285 while human resource is only 0,009. Regression coefficiency (R-square) shows that the independent variable analyzed can influence 75% of dependent variable and the remaining 25% is described with the other variables which haven’t been analyzed yet.
Keywords: Human Resources, Work Mechanism of AMDAL Evaluation Commisison, Qualified AMDAL Document.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya alam untuk mencapai tujuan tertentu. Apabila pemanfaatan sumberdaya alam dilaksanakan secara besar-besaran, maka akan terjadi perubahan ekosistem yang mendasar. Agar pembangunan tidak menyebabkan menurunnya kemampuan lingkungan yang disebabkan karena sumber daya yang terkuras habis dan terjadinya dampak negatif, maka sejak tahun 1982 telah diciptakan suatu perencanaan dengan mempertimbangkan lingkungan. Hal ini kemudian digariskan dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1986 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL). Peraturan Pemerintah ini kemudian diganti dan disempurnakan oleh Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 dan terakhir Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL).
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27/1999 Pasal 1). Hasil studi ini terdiri dari dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
(18)
(RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Kajian dokumen tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan kelayakan lingkungan hidup oleh Pemerintah.
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Propinsi Sumatera Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Sumatera Utara No. 4 Tahun 2001 yang telah disesuaikan kembali dengan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No. 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup (berlaku sejak Pebruari 2009) adalah merupakan unsur pendukung tugas Gubernur, dipimpin seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Badan Lingkungan Hidup mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang Administrasi Umum Pengkajian, Tata Lingkungan dan AMDAL, Pengendalian Pencemaran dan Pengelolaan Limbah, Pengendalian Kerusakan, Pemulihan Lingkungan dan Penataan Komunikasi Lingkungan dan Tugas Pembantuan.
Bidang Tata Lingkungan dan AMDAL khususnya Sub Bidang AMDAL sampai dengan tahun 2008 telah banyak melakukan penilaian terhadap dokumen AMDAL, namun sejauh ini belum pernah dievaluasi sejauhmana kualitas dokumen AMDAL tersebut sehingga bermanfaat sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup khususnya di Provinsi Sumatera Utara. Secara umum, setelah AMDAL didiskusikan pada Sidang Komisi Penilai AMDAL dan disetujui, dokumen tersebut tidak mempunyai pengaruh terhadap perencanaan dan pelaksanaan proyek
(19)
selanjutnya, karena pengkajian yang dilakukan dan dituangkan dalam dokumen AMDAL tidak dijadikan acuan oleh pihak perusahaan dalam menjalankan usaha dan/atau kegiatannya.
Pelaksanaan AMDAL sekedar untuk memenuhi persyaratan peraturan saja, sehingga tenaga dan biaya yang dikeluarkan menjadi mubazir. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha agar AMDAL benar-benar dapat menjadi alat perencanaan program dan proyek untuk mencapai tujuan pembangunan yang berwawasan lingkungan; salah satu solusi yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas dokumen AMDAL serta melakukan pengawasan terhadap implementasinya.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara maupun beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota (saat ini ada 12 Kabupaten/Kota yaitu: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Dairi, Kabupaten Samosir, Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kota Medan, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar) telah membentuk Komisi Penilai AMDAL pada masing-masing instansi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup dan telah melakukan penilaian dokumen AMDAL dari berbagai sektor usaha dan/atau kegiatan.
Kondisi pada saat ini menunjukkan bahwa kualitas dokumen AMDAL yang disetujui oleh Komisi AMDAL masih sangat kurang. Salah satu penentu kualitas dokumen AMDAL adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang handal dalam menyusun maupun menilai dokumen AMDAL. Di samping itu mekanisme tata kerja
(20)
dari Komisi Penilai AMDAL juga memberi andil dalam menghasilkan dokumen AMDAL yang berkualitas.
Kondisi tersebut mendorong peneliti mengadakan penelitian untuk mengetahui secara mendasar faktor apa sesungguhnya yang menyebabkan kualitas dokumen AMDAL masih sangat kurang. Dalam penelitian ini fokus utama yang diteliti adalah pengaruh sumberdaya manusia (SDM) sebagai penilai dokumen AMDAL dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dirumuskan masalah sebagai berikut: bagaimana pengaruh sumberdaya manusia (SDM) dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah , maka yang menjadi tujuan penelitian ini:
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui pengaruh sumberdaya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
(21)
Tujuan Khusus:
Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini adalah: sumber daya manusia dan tata kerja Komisi Penilai AMDAL berpengaruh terhadap kualitas dokumen AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat:
1. Sebagai informasi dan masukan bagi Institusi maupun lembaga pendidikan dalam upaya peningkatan sumberdaya manusia khususnya di Provinsi Sumatera Utara agar dapat berperan dan mengawasi proses implementasi AMDAL sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup.
2. Menambah dan memperluas pengetahuan masyarakat tentang prosedur dan peranan AMDAL dalam pengelolaan lingkungan hidup.
3. Sebagai masukan bagi pemerintah khususnya Instansi yang mengelola lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara dalam mempersiapkan sumber daya manusia dan menjalankan prosedur penilaian AMDAL lebih tepat dan efektif sehingga manfaat AMDAL sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup dapat tercapai.
(22)
1.6. Kerangka Pemikiran
FAKTOR PENENTU KUALITAS DOKUMEN AMDAL
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
P E N E G A K A N H U K U M
SDM (kompetensi) Komisi Penilai AMDAL
Kualitas Dokumen AMDAL
Pandangan & Komitmen Pemrakarsa SDM (kompetensi)
Penyusun AMDAL
Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
KEBIJAKAN DAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Implementasi AMDAL
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada dasarnya setiap pembangunan menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan. Dampak pembangunan ini ada yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, setiap rencana pembangunan perlu disertai dengan wawasan jauh ke depan tentang perkiraan timbulnya dampak tersebut. Wawasan ini diterapkan dengan mengadakan analisis perkiraan dampak penting terhadap komponen lingkungan fisik, kimia, biologi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat. Analisis tersebut harus dilakukan secara terperinci tentang dampak negatif maupun dampak positif yang akan timbul, sehingga sejak dini dapat dipersiapkan langkah untuk menanggulanginya (Supardi, 2003).
Pembangunan kita perlukan untuk mengatasi banyak masalah, termasuk masalah lingkungan, namun pengalaman menunjukkan, pembangunan mempunyai dampak negatif. Dengan adanya dampak negatif tersebut, haruslah kita waspada. Pada satu pihak kita tidak boleh takut untuk melakukan pembangunan, karena tanpa pembangunan tingkat kesejahteraan kita akan terus merosot, pada lain pihak kita harus memperhitungkan dampak negatif dan berusaha untuk menekannya menjadi sekecil-kecilnya. Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) merupakan salah satu alat dalam upaya dilakukannya pembangunan berwawasan lingkungan (Soemarwoto, 1999).
(24)
Kegunaan AMDAL, khususnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan adalah:
a. Mencegah agar potensi sumberdaya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui;
b. Menghindari efek samping dari pengolahan sumber daya terhadap sumber daya alam lainnya, proyek-proyek lain dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-pertentangan;
c. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran, misalnya timbulnya pencemaran air, udara, tanah, kebisingan dan sebagainya sehingga tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan dan keselamatan masyarakat; d. Agar dapat diketahui manfaat yang berdayaguna dan berhasilguna bagi
masyarakat, bangsa, dan negara (Supardi, 2003).
2.2. Penyusunan Dokumen AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Kegiatan studi AMDAL dalam pembangunan telah menjadi suatu instrumen perencanaan yang dipersyaratkan oleh Pemerintah. Dalam pelaksanaan studi AMDAL, karena sifatnya yang holistik dan komprehensif dari kegiatan ekosistem,
(25)
maka pekerjaan studi dampak lingkungan menjadi sangat luas. Dalam pelaksanaannya, studi AMDAL harus menggunakan dasar-dasar penelitian ilmiah. Studi AMDAL adalah merupakan studi multi disiplin, oleh karenanya setiap pakar yang terkait dengan studi ini harus berpikir dan melaksanakan proses penelitian secara ilmiah dan terpadu. Secara keseluruhan studi AMDAL dapat dikemukakan merupakan studi terapan (applied study) atau bahkan action study (Fandeli, 2007).
Sebagai acuan bagi penanggung jawab usaha dalam menyusun dokumen AMDAL, Pemerintah melalui kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup telah menerbitkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Melalui pedoman ini diharapkan kajian dalam studi AMDAL dapat lebih terarah, mendalam dari aspek teknis, ekonomis-finansial dan lingkungan yang dapat memberi masukan yang diperlukan bagi perencana dan pengambil keputusan.
2.3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan titik sentral untuk mencapai keunggulan daya saing individu, organisasi, perusahaan dan bahkan bangsa di pentas global, dengan terus mengembangkan kompetensi dan profesionalisme, komitmen dan integritas yang dapat dipertanggungjawabkan dalam berbagai karya yang kreatif dan inovatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas adalah melalui sistem pendidikan yang dapat dihandalkan. Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, perlu
(26)
diupayakan melalui pendidikan dan latihan yang diprogram dengan baik dan benar (Sedarmayanti, 2008).
Menurut Plunkett dan Attner dalam Lako (2004), konsep sumber daya manusia menempatkan karyawan sebagai the most valuable resource yang berperan untuk merencanakan, mengorganisir, mendayagunakan dan mengendalikan organisasi beserta seluruh sumber ekonominya untuk pencapaian suatu tujuan organisasi.
Dalam proses tersebut, individu-individu atau kelompok sumber daya manusia dan organisasi belajar untuk saling berintegrasi. Individu atau kelompok sumber daya manusia belajar untuk meningkatkan kompetensinya dan memahami filosofi, visi, tujuan dan budaya organisasi. Sementara organisasi belajar untuk memahami karakteristik sumber daya manusia, mengembangkan dan mendayagunakan, memelihara dan melindungi, serta memberikan imbalan dan penghargaan yang pantas kepada individu atau kelompok sumber daya manusia sesuai dengan kinerjanya (Lako, 2004).
Pengembangan sumber daya manusia, melalui berbagai jenjang pendidikan maupun latihan yang dilakukan merupakan salah satu upaya peningkatan kinerja sumber daya manusia tersebut. Kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga berbanding proporsional dengan jumlah sumber daya manusia yang ada. Jumlah personil yang banyak tidak memberikan dampak yang berarti bagi kelancaran kegiatan dan pengembangan organisasi, jika tidak didukung oleh kualitas sumber daya manusia yang tinggi (Sumarsono, 2004).
(27)
Manajemen sumber daya manusia merupakan kegiatan yang mengatur tentang pemberian kompensasi, integrasi, pemeliharaan, pengadaan tenaga kerja dan melakukan pengembangan kerja melalui proses-proses manajemen dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Perencanaan sumber daya manusia dengan berorientasi pada hasil analisis pekerjaan, agar pekerja yang diperlukan dapat dipenuhi baik dari segi kuantitatif (jumlahnya) maupun kualitatif (kualitasnya). Dengan tersedianya sejumlah pekerja yang relevan dengan tuntutan deskripsi dan atau spesifikasi pekerjaan, diharapkan seluruh volume kerja dapat dilaksanakan secara produktif dan berkualitas, tidak saja dalam proses produksi dengan seluruh pekerjaan yang menunjangnya, tetapi juga dalam memasarkannya, yang memerlukan kemampuan memberikan pelayanan yang berkualitas (Nawawi, 1997).
Dalam proses penyusunan dan penilaian dokumen AMDAL, kemampuan dan kehandalan sumber daya manusia sangat dibutuhkan sehingga dapat menghasilkan dokumen lingkungan yang berkualitas sebagai instrumen pengelolaan lingkungan hidup (KLH, 2002).
Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, Pemerintah menetapkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL yang merupakan alat atau sarana kerja bagi para anggota Komisi Penilai AMDAL Pusat, Komisi Penilai AMDAL Daerah dan Tim Teknis Komisi; namun sesuai dengan perkembangan keadaan, panduan ini telah digantikan dengan keluarnya Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian
(28)
Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yang disusun untuk menuntun para pemakainya dalam menilai dan mengevaluasi dokumen AMDAL sebagaimana tercantum dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009, yaitu:
a. Penilaian dokumen KA-ANDAL terdiri atas 3 (tiga) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan dan uji kedalaman).
b. Penilaian dokumen ANDAL terdiri atas 4 (empat) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji tahap proyek, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan, uji kedalaman, uji relevansi) dan kelayakan lingkungan untuk ANDAL, RKL dan RPL.
c. Penilaian dokumen RKL dan RPL terdiri atas 2(dua) aspek penilaian meliputi uji administrasi, uji kualitas dokumen (uji konsistensi, uji keharusan, uji kedalaman dan uji relevansi).
Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan bahwa Penilai dokumen AMDAL dari instansi pemerintah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Berpendidikan sarjana; dan/atau
b. Sudah memperoleh sertifikat pelatihan penyusunan AMDAL, pelatihan penilaian AMDAL atau pelatihan yang sejenis.
Sampai saat ini, AMDAL belum menjadi instrumen yang efektif untuk pengendalian (terutama pencegahan) dampak lingkungan; bahkan akhirnya AMDAL
(29)
banyak dipandang sebagai ‘cost center’ ketimbang sebagai kontibutor untuk ‘cost saving’. Salah satu faktor yang turut andil dalam hal tersebut adalah rendahnya mutu penilaian dokumen AMDAL. Mutu penilaian dokumen AMDAL dapat dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu:
1. Kompetensi teknis anggota Komisi Penilai AMDAL
Secara umum, kompetensi dapat dipahami sebagai sebuah kombinasi antara ketrampilan (skill), atribut personal, dan pengetahuan (knowledge) yang tercermin melalui perilaku kinerja (job behavior) yang dapat diamati, diukur dan dievaluasi. 2. Integritas anggota Komisi Penilai AMDAL
Integritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik organisasi. Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
3. Tersedianya panduan penilaian dokumen AMDAL.
4. Akuntabilitas dalam proses penilaian AMDAL (KLH, 2002).
Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Komisi Penilai, perlu dilakukan standarisasi Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota melalui pemberian lisensi sebagai persyaratan untuk dapat melakukan penilaian dokumen AMDAL, hal tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Negara Nomor 6 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota.
(30)
Dari sisi kebijakan standarisasi AMDAL, sasaran peningkatan kompetensi ditujukan untuk 3 pihak dalam pelaksanaan sistem AMDAL, yaitu komisi penilai, penyusun dan diklat AMDAL. Untuk penyusun diberlakukan sistem standarisasi dan registrasi kompetensi. Untuk diklat AMDAL diberlakukan sistem registrasi kompetensi sedangkan untuk komisi penilai akan diberlakukan sistem lisensi untuk menilai dokumen AMDAL. Secara ringkas, substansi pengaturan dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a. Standar kompetensi personil penyusun dokumen AMDAL.
b. Persyaratan kompetensi lembaga penyedia jasa/konsultan penyusun dokumen
AMDAL.
c. Sertifikasi kompetensi bagi personil penyusun dokumen AMDAL.
d. Registrasi kompetensi bagi lembaga jasa penyedia jasa penyusunan dokumen
AMDAL (konsultan AMDAL).
e. Registrasi kompetensi bagi lembaga penyelenggara pelatihan penyusunan
dokumen AMDAL (diklat penyusunan AMDAL).
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008 tentang Kompetensi dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup mengandung arti bahwa Penyusun AMDAL harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Tim penyusun dokumen AMDAL terdiri dari ketua tim dan anggota tim penyusun dokumen AMDAL dan paling sedikit 3 (tiga) orang penyusun
(31)
dokumen AMDAL yang telah memiliki sertifikat kompetensi, termasuk 1 (satu) orang dengan kualifikasi sebagai ketua tim.
b. Tim penyusun AMDAL wajib melibatkan tenaga ahli sesuai dengan dampak penting yang diakibatkan oleh rencana usaha dan/atau kegiatan.
c. Standar kompetensi untuk ketua tim dan anggota tim penyusun AMDAL mengacu pada Lampiran I dan II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2008.
2.4. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
Dalam melaksanakan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, maka Pemerintah menjabarkan lebih lanjut ketentuan yang berkaitan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dengan menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan penyelenggaraan pembinaan dan pengawasan terhadap Komisi Penilai AMDAL daerah dilakukan sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan terhadap Komisi Penilai AMDAL.
(32)
Komisi Penilai Pusat dibentuk oleh Menteri, Komisi Penilai Provinsi dibentuk oleh Gubernur dan Komisi Penilai Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Provinsi dari unsur-unsur Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi, instansi lingkungan hidup provinsi, instansi di bidang penanaman modal daerah, instansi di bidang pertanahan di daerah, instansi di bidang pertahanan keamanan di daerah, instansi di bidang kesehatan daerah provinsi, wakil instansi pusat dan/atau daerah yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, wakil instansi terkait di provinsi, wakil dari kabupaten/kota yang bersangkutan, pusat studi lingkungan hidup perguruan tinggi daerah yang bersangkutan, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang yang berkaitan, organisasi lingkungan hidup di daerah, organisasi lingkungan hidup sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang dikaji, warga masyarakat yang terkena dampak, serta anggota lain yang dipandang perlu. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai Kabupaten/Kota dari unsur-unsur wakil dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, wakil dari instansi di bidang lingkungan hidup daerah, wakil dari instansi penanaman modal daerah, wakil dari instansi di bidang pertanahan daerah, wakil dari instansi di bidang kesehatan daerah, wakil dari instansi terkait lainnya di daerah, ahli di bidang lingkungan hidup, ahli di bidang rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, wakil dari organisasi lingkungan yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan, wakil dari masyarakat yang terkena dampak dan anggota-anggota lain yang dipandang perlu.
(33)
Dalam pelaksanaan tugasnya, Komisi Penilai dibantu oleh Tim Teknis yang mempunyai tugas menilai secara teknis dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL berdasarkan permintaan Komisi Penilai serta Sekretariat Komisi Penilai yang mempunyai tugas di bidang kesekretariatan, perlengkapan, penyediaan informasi pendukung dan tugas lain yang diberikan oleh Komisi Penilai.
Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL saat ini berpedoman kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Secara umum mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL Provinsi maupun Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut:
1. Sebelum memulai penyusunan Dokumen AMDAL, Pemrakarsa wajib memberitahukan secara resmi rencana usaha dan/atau kegiatannya kepada Gubernur u.p Kepala Badan Lingkungan Hidup sebagai Ketua Komisi Penilai AMDAL dan Bupati/Walikota yang bersangkutan.
2. Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan disusun AMDAL-nya wajib diumumkan terlebih dahulu kepada masyarakat. Badan Lingkungan Hidup sebagai instansi yang bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup melalui Sekretariat Penilai akan membuat pengumuman kepada masyarakat tentang rencana usaha dan/atau kegiatan guna menerima saran dan pendapat dari masyarakat dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja.
(34)
3. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen KA-ANDAL: a. Penerimaan Dokumen.
1) Dokumen KA yang akan dinilai, diajukan oleh Pemrakarsa kepada Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai. 2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi
dokumen KA dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen kepada Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen.
3) Dokumen KA wajib dinilai oleh Komisi Penilai dan pengambilan keputusan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota atas hasil penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal tanda bukti penerimaan dokumen KA.
b. Penilaian oleh Tim Teknis
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai dokumen KA.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.
4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota Tim Teknis dicatat oleh petugas dari Sekretariat Komisi Penilai.
(35)
5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi Penilai.
c. Penilaian oleh Komisi Penilai.
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang anggota untuk menilai dokumen Kerangka Acuan.
2) Undangan dan dokumen diterima oleh Anggota Komisi Penilai selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.
4) Rapat Penilaian dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan.
5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.
6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal rapat penilaian.
7) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan dokumen KA berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.
8) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh Pemrakarsa diserahkan kepada Ketua Komisi Penilai AMDAL melalui Sekretariat
(36)
Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal rapat penilaian dilaksanakan.
9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
10)Apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/atau kegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan, maka Komisi Penilai AMDAL wajib menolak Kerangka Acuan tersebut.
4. Penerbitan Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan
a. Keputusan Kesepakatan Kerangka Acuan diterbitkan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota.
b. Penerbitan Keputusan tersebut dilakukan berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.
c. Keputusan Kesepakatan tersebut harus memuat kesepakatan tentang ruang lingkup kajian analisis dampak lingkungan hidup yang akan dilaksanakan. d. Gubernur atau Bupati/Walikota menjamin Keputusan Kesepakatan KA
(37)
5. Prosedur Penerimaan dan Penilaian Dokumen ANDAL, RKL dan RPL: a. Penerimaan Dokumen
1) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL diajukan oleh Pemrakarsa kepada Gubernur atau Bupati/Walikota melalui Sekretariat Komisi Penilai. 2) Sekretariat Komisi Penilai memeriksa kelengkapan administrasi
dokumen dan memberikan tanda bukti penerimaan dokumen kepada Pemrakarsa dengan menuliskan hari dan tanggal penerimaan dokumen.
3) Dokumen ANDAL, RKL dan RPL dilakukan penilaian oleh Komisi Penilai dan pengambilan keputusan oleh Gubernur atau Bupati/ Walikota atas hasil penilaian paling lama 75 (tujuh puluh lima) hari kerja terhitung sejak tanggal tanda bukti penerimaan dokumen.
b. Penilaian oleh Tim Teknis
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL meminta Tim Teknis untuk menilai dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Tim Teknis selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Tim Teknis dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Tim Teknis.
4) Semua saran, pendapat dan tanggapan anggota Tim Teknis dicatat oleh petugas dari Sekretariat Komisi Penilai.
(38)
5) Masukan dan pertimbangan teknis disampaikan kepada Rapat Komisi Penilai.
c. Penilaian oleh Komisi Penilai AMDAL
1) Ketua Komisi Penilai AMDAL mengundang para anggota untuk menilai dokumen ANDAL, RKL dan RPL.
2) Undangan dan dokumen sudah harus diterima oleh Anggota Komisi Penilai selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian.
3) Penilaian oleh Komisi Penilai dilakukan dalam bentuk rapat yang dipimpin oleh Ketua Komisi Penilai.
4) Rapat Penilaian wajib dihadiri oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atau wakil yang memiliki kapasitas untuk pengambilan keputusan serta tim penyusun dokumen AMDAL.
5) Dalam rapat penilaian, semua anggota Komisi Penilai berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan ketentuan.
6) Anggota Komisi Penilai yang tidak hadir dalam rapat penilaian dapat memberikan masukan tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah tanggal rapat penilaian.
7) Pemrakarsa wajib segera menanggapi dan menyempurnakan dokumen ANDAL, RKL dan RPL berdasarkan hasil penilaian Komisi Penilai AMDAL.
(39)
8) Dokumen yang telah ditanggapi dan disempurnakan oleh Pemrakarsa diserahkan kepada Ketua Komisi Penilai AMDAL melalui Sekretariat Komisi Penilai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal rapat penilaian dilaksanakan.
9) Dalam hal dokumen yang telah disempurnakan belum memenuhi ketentuan perbaikan berdasarkan hasil penilaian, Ketua Komisi Penilai AMDAL berhak meminta Pemrakarsa untuk memperbaiki kembali dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja.
10)Ketua Komisi Penilai AMDAL menyampaikan Berita Acara Penilaian dan dokumen yang telah disempurnakan kepada Gubernur atau Bupati/Walikota untuk digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup bagi rencana usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
6. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup.
a. Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu rencana usaha dan/atau kegiatan diterbitkan oleh Gubernur (untuk Provinsi) atau Bupati/ Walikota (untuk Kabupaten/Kota).
b. Penerbitan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup tersebut wajib mencantumkan:
1) Dasar pertimbangan dikeluarkannya keputusan tersebut.
2) Pertimbangan terhadap saran, pendapat, dan tanggapan yang diajukan oleh warga masyarakat.
(40)
c. Salinan Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup suatu usaha dan/atau kegiatan beserta dokumen ANDAL, RKL dan RPL suatu usaha dan/atau kegiatan disampaikan oleh Gubernur atau Bupati/Walikota kepada instansi yang berwenang menerbitkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan serta instansi terkait (Per Men LH, 2008).
2.5. Evaluasi terhadap Kualitas Dokumen AMDAL
Kualitas dokumen AMDAL dapat dinilai dari:
a. Kesempurnaan dokumennya dengan memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Kelengkapan dan kesempurnaan, konsistensi daftar isi dan isi, halaman
bab dan sub babnya dengan Pedoman Penyusunan Dokumen AMDAL yang ditetapkan Pemerintah yaitu Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 9 Tahun 2000 yang telah diperbaharui dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2006.
2) Kelengkapan pemberian sumber atau asal dan tahun pada data yang diambil, terutama untuk seluruh tabel yang ada dalam AMDAL. Di samping itu judul tabel juga harus lengkap, jelas dan tidak terlalu panjang.
3) Kelengkapan pada setiap peta termasuk keterangan yang diperlukan seperti skala, simbol, legenda, keterangan pembuat peta dan judul peta. 4) Kelengkapan daftar pustaka yang terdiri atas, catatan nama pengarang,
(41)
5) Kelengkapan dan konsistensi laporan atau dokumen AMDAL dari halaman depan hingga akhir yaitu spasi, awal kalimat pada alinea, jarak tepi, huruf pada judul dan sub judul.
6) Ketepatan dalam penggunaan Bahasa Indonesia yang benar. Penggunaan bahasa asing dapat dilakukan hanya apabila terpaksa saja atau hanya untuk istilah-istilah teknis. Sementara itu penggunaan nama-nama latin terhadap flora, fauna, mikrobia, plankton dan benthos sejauh mungkin dilengkapi dengan nama daerah. Tata cara menulis nama Latin harus benar sesuai dengan tata nama (nomenklatur) yang benar.
b. Substansi Dokumen AMDAL memenuhi kriteria antara lain: 1) Penetapan Dampak Penting Hipotetik.
2) Mengacu kepada Pedoman atau Petunjuk Teknis yang tepat sesuai dengan jenis usaha/kegiatan yang direncanakan seperti:
a) Untuk jenis usaha/kegiatan di bidang Pertambangan dan Energi mengacu pada Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 1457.K/28/MEM/2000 tanggal 3 Nopember 2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi.
b) Untuk jenis usaha/kegiatan Pembangunan Pelabuhan mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM.75 tahun 1994 tanggal 4 Nopember 1994 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Kepelabuhanan, dll.
(42)
3) Ketepatan dalam memilih metoda AMDAL.
Metoda AMDAL sangat banyak jumlahnya, metoda yang ada terus dikembangkan dengan tujuan untuk mencapai suatu strategi pengelolaan lingkungan yang berkesinambungan (Cherp, et al, 2004).
Apabila tidak memperhitungkan aspek biaya, tenaga dan waktu, maka metoda yang paling sesuai untuk berbagai proyek dalam berbagai lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Ekosistem Hutan (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Battelle, Overlay.
2. Tepi Sungai: Metoda Sorenson, Leopold Dimodifikasi. 3. Perkotaan: Metoda Fisher & Davies, Moore, Battelle.
4. Danau alam: Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson. 5. Waduk/Dam: Metoda Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle. 6. Pesisir (alam): Metoda Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson. 7. Daerah pedesaan: Metoda Moore, Battelle, Fisher & Davies. 8. Pantai: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle, Overlay. 9. Persawahan: Fisher & Davies, Moore, Sorenson, Battelle
10.Perkebunan: Fisher & Davies, Overlay, Leopold, Leopold Dimodifikasi, Sorenson, Moore, Battelle
4) Kesesuaian pengelolaan lingkungan hidup meliputi:
a. upaya pencegahan dan penanggulangan dampak negatif dengan menggunakan cara-cara (rekayasa teknis, biotis dan sosial) yang paling
(43)
efisien dari segi dana dan efektif dalam menurunkan zat-zat pencemaran dalam air dan udara.
b. kesesuaian instansi pelaksana, penanggung jawab dan instansi terkait. 5) Kesesuaian pemantauan lingkungan hidup meliputi:
a. penentuan lokasi, waktu, periode pemantauan.
b. kesesuaian dalam memilih cara, peralatan dan analisis dalam pemantauan.
c. kesesuaian dalam menentukan instansi pelaksana, penanggung jawab
dan instansi yang terkait untuk memanfaatkan hasil pemantauan (Fandeli, 2007).
Kualitas dokumen AMDAL secara langsung dipengaruhi oleh mutu penilaian AMDAL yang dilakukan Komisi Penilai AMDAL. Sebagai pelengkap terhadap KepMenLH Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL, Asisten Deputi Urusan Kajian Dampak Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup telah menerbitkan buku Teknik Penilaian Dokumen AMDAL yang menjabarkan kriteria dan teknik uji mutu dari dokumen AMDAL yang bersifat praktis, logis-sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel), yaitu:
1. Uji Administratif.
2. Uji Fase Kegiatan Proyek.
3. Uji Mutu (Uji Mutu Aspek Konsistensi, Aspek Keharusan, Aspek Relevansi dan Aspek Kedalaman) (KLH, 2002).
(44)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Instansi Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara - Jl. T. Daud No. 5 Medan; Badan Lingkungan Hidup Kota Medan - Jl. Kapt. Maulana Lubis No. 2 Medan dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup di Kabupaten Deli Serdang - Jl. Karya Utama No. 1 Lubuk Pakam yang memiliki Komisi Penilai AMDAL dan telah menilai AMDAL. Penelitian dilaksanakan mulai Bulan April sampai Juni 2009.
3.2. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah Komisi Penilai AMDAL (Anggota Tetap dan Anggota Tim Teknis) yang ada di Provinsi Sumatera Utara (17 orang), Komisi Penilai AMDAL Kabupaten/Kota yang mewakili yaitu Kabupaten Deli Serdang (11 orang) dan Kota Medan (13 orang) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten/Kota tersebut dalam jangka waktu 5 tahun terakhir telah menilai dokumen AMDAL. Untuk jumlah dokumen AMDAL: Provinsi Sumatera Utara (28 dokumen); Pemko Medan (10 dokumen); Kabupaten Deli Serdang (3 dokumen).Karena jumlah populasi setiap bagian lebih kecil dari 100, maka seluruhnya diambil sebagai sampel.
(45)
3.3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Wawancara (interview).
b. Daftar Pertanyaan (kuesioner) dapat dilihat pada Lampiran 17. c. Observasi dan Studi Pustaka.
3.4. Pelaksanaan Penelitian
Data dikumpulkan berupa data sekunder yang ada di Kantor Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan, dan Kabupaten Deli Serdang serta data-data yang berasal dari instansi terkait sesuai objek penelitian; daftar kuisioner yang ditujukan kepada semua Komisi Penilai AMDAL, kepada Konsultan Penyusun AMDAL serta Pemrakarsa Kegiatan. Kemudian data yang terkumpul dievaluasi dan dianalisa sesuai kebutuhan penelitian.
3.5. Variabel yang Diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Variabel independen
a. Sumber Daya Manusia (X1) meliputi tingkat pendidikan, kursus AMDAL, lamanya bertugas sebagai Komisi Penilai AMDAL.
b. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL (X2) meliputi jangka waktu penerimaan dokumen, kehadiran Komisi Penilai, peninjauan lokasi.
2. Variabel dependen yaitu: kualitas dokumen (Y) meliputi kesempurnaan dokumen, substansi isi dokumen.
(46)
3.6. Analisis Data
Analisis Data Penelitian adalah berupa Analisis Deskripsi dan Uji Statistik Regresi Berganda.
a. Analisis Deskripsi adalah uji statistik dasar untuk menentukan deskriptif data mengenai sumber daya manusia, tata kerja Komisi Penilai AMDAL dan kualitas Dokumen AMDAL.
b. Sebelum melakukan uji regresi berganda, beberapa tahapan pengujian dilakukan untuk memastikan bahwa alat uji regresi berganda telah dapat digunakan atau tidak yaitu melalui:
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2005) tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal yaitu jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan sebaliknya jika data menyebar menjauhi garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Suatu data dapat dikatakan baik atau layak, apabila data tersebut mempunyai pola seperti distribusi normal.
2) Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang kuat antar variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah multikolinieritas. Dalam model regresi yang baik, seharusnya tidak terjadi multikolinieritas. Ada tidaknya
(47)
masalah multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai Tolerance. Pedoman suatu model
regresi yang bebas multikolinieritas adalah mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 dan mempunyai angka tolerance mendekati angka 1 (Santoso, 2002). 3) Uji statistik Regresi Berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
keseluruhan variabel bebas terhadap variabel terikat; menguji signifikan koefisien determinasi masing-masing variabel bebas secara parsial digunakan uji t dan uji signifikan koefisien determinasi secara keseluruhan di uji dengan uji F.
Persamaan Regresi Berganda: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Di mana : Y = Variabel dependen
a = Koefisien konstanta
X1 = Variabel independen pertama X2 = Variabel independen kedua
(48)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL
4.1.1. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara
Penetapan Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara telah beberapa kali mengalami perubahan sesuai dengan perubahan peraturan di bidang lingkungan hidup. Komisi Penilai AMDAL Provinsi pertama kali dibentuk pada Biro Bina Lingkungan Hidup Setwildasu dengan SK GUBSU Nomor 660/1647/1996 tanggal 27 Mei 1996 tentang Susunan Keanggotaan Komisi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Setelah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL, Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 660.15/4670 tanggal 30 Nopember 2000 tentang Susunan Keanggotaan dan Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Propinsi Sumatera Utara.
Adapun susunan Komisi Penilai AMDAL Provinsi dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut:
(49)
Tabel 4.1. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Provinsi
Jabatan dalam Komisi Keterangan
Ketua : Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Utara Sekretaris : Kabid Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan Anggota Tetap : 1. Ketua Bappeda Propinsi Sumatera Utara
2. Kepala Bapedal Wilayah I
3. Ketua BKPMD Propinsi Sumatera Utara 4. Kepala Kantor Wilayah BPN Propsu
5. Wakil dari Kodam I Bukit Barisan 6. Kepala Dinas Kesehatan Propsu
7. Kepala Pusat Penelitian Lingkungan LP-USU 8. Kabid Pengawasan dan Pengendalian
Anggota Tidak Tetap : 1. Kepala Instansi Teknis/Sektor dan/atau Kepala Dinas yang membidangi usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan di Tingkat Propinsi.
2. Kepala Instansi Teknis/Sektor dan/atau Kepala Dinas yang terkait di Tingkat Propinsi.
3. Wakil dari Pemerintah Kabupaten/Kota yang terkait. 4. Tenaga ahli di bidang lingkungan hidup dan di bidang
yang berkaitan.
5. Wakil dari organisasi lingkungan hidup.
6. Wakil dari warga masyarakat yang diperkirakan terkena dampak.
7. Anggota lain yang dianggap perlu.
Sumber: Lampiran I Keputusan Gubernur Sumatera Utara No. 660.15/4670 Tanggal 30 Nopember 2000.
(50)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa anggota Komisi Penilai AMDAL terdiri dari anggota tetap dan anggota tidak tetap yang berasal dari berbagai instansi pemerintah, perwakilan dari Perguruan Tinggi Negeri (Tenaga Ahli), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun masyarakat terkena dampak. Hal tersebut dibutuhkan karena dokumen AMDAL merupakan kajian ilmiah yang memerlukan analisis secara holistik dari berbagai disiplin ilmu terhadap komponen lingkungan hidup yang diperkirakan terkena dampak yaitu komponen Fisik Kimia, Biologi, Sosial Ekonomi Budaya dan Kesehatan Masyarakat.
Anggota tetap Komisi Penilai adalah anggota penilai yang tetap diundang sebagai penilai untuk setiap jenis dokumen AMDAL, sedangkan anggota tidak tetap adalah anggota penilai yang diundang sesuai dengan jenis dokumen dan instansi yang diwakilinya contoh: Dokumen AMDAL Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit, maka anggota tidak tetap yang diundang adalah Instansi/Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, demikian seterusnya sedangkan Tim Teknis ditetapkan dengan Keputusan Kepala Bapedalda Provinsi Sumatera Utara (SK tidak tersedia).
4.1.2. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan
Komisi Penilai AMDAL Kota Medan yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Medan Nomor 660/10/9K Tanggal 10 Juli 2003 tentang Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) bagi Kegiatan/Usaha di Kota Medan.
Adapun susunan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:
(51)
Tabel 4.2. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan
No. Jabatan Komisi Penilai Keterangan
1. 2. 3. 4. Pembina Pengarah
Komisi Penilai AMDAL: a. Ketua/
merangkap Anggota b. Sekretaris/
merangkap Anggota c. Anggota tetap
d. Anggota tidak tetap
Tim Teknis Penilai a. Ketua/merangkap
Anggota
b. Anggota
Walikota Medan
Sekretaris Daerah Kota Medan
Kepala Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan. Kasubdis Pengendalian Dampak Lingkungan
Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan.
1. Wakil dari Bappeda Kota Medan 2. Wakil dari BPN Kota Medan 3. Wakil dari Koramil setempat 4. Wakil dari Polsek setempat
5. Wakil dari Pusat Studi Lingkungan (PSL) Perguruan Tinggi Negeri/Swasta
6. Kasi AMDAL dan UKL/UPL
7. Kepala UPTD Lab.Ling.Kota Medan 1. Wakil Dinas/Instansi sektoral terkait
2. Camat, Lurah terkait
3. Wakil Masyarakat yang terkena dampak 4. Wakil LSM
5. Anggota yang dianggap perlu
Kepala Sub. Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Pengelolaan Lingk.Hidup, Energi dan Sumber Daya Mineral Kota Medan. 1. Kasi AMDAL dan UKL/UPL
2. Tenaga Ahli bidang ilmu terkait 3. Wakil Dinas/Instansi Sektoral terkait 4. Kasi Pemantauan
5. Kasi Program Lingkungan Hidup
6. Kasi Pemanfaatan Sumber Daya Mineral Sumber: Lampiran Keputusan Walikota Medan Nomor 660/10/9K Tanggal 10 Juli
(52)
Memperhatikan Tabel 4.2 tentang susunan keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan, ada sedikit perbedaan dengan Komisi Penilai AMDAL Provinsi yaitu pada Komisi Penilai AMDAL Kota Medan, anggota tim teknis ditetapkan dengan Keputusan Walikota Medan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 tentang Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL Pasal 2 ayat (3) dinyatakan bahwa Tim Teknis dibentuk oleh pejabat setingkat eselon II di instansi lingkungan hidup provinsi untuk tim teknis provinsi; pejabat setingkat eselon II di instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk badan atau sekretaris daerah kabupaten/kota bagi instansi lingkungan hidup kabupaten/kota yang berbentuk kantor untuk tim teknis kabupaten/kota. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan seharusnya mempedomani Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008.
4.1.3. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang
Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang ditetapkan dengan Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 703 Tahun 2001 Tanggal 20 September 2001 tentang Pembentukan Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) Kabupaten Deli Serdang.
Adapun susunan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada Tabel 4.3 sebagai berikut:
(53)
Tabel 4.3. Susunan Keanggotaan Komisi Penilai AMDAL, UKL dan UPL Kabupaten Deli Serdang
No. Jabatan dalam Komisi Penilai Keterangan
1.
2.
3.
Ketua merangkap Anggota
Sekretaris/merangkap Anggota
Anggota
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Deli Serdang.
Kepala Bidang Analisis Pencegahan Dampak Lingkungan Bapedalda Kab. Deli Serdang.
1. Bappeda Kabupaten Deli Serdang. 2. Dinas Penanaman Modal dan Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah. 3. BPN Kabupaten Deli Serdang. 4. Kodim 0204 DS.
5. Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang.
6. Kabid Pengawasan dan Pengendalian Bapedalda Kabupaten Deli Serdang. 7. Instansi yang terkait dengan bidang
usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
8. Pusat Penelitian Lingkungan, Lembaga Penelitian USU.
9. Organisasi Lingkungan sesuai dengan bidang usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
10. Wakil dari masyarakat yang terkena dampak.
11. Anggota lain yang dianggap perlu.
Sumber: Lampiran Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor 703 Tahun 2001 Tanggal 20-9-2001.
Susunan keanggotaan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang yang terdapat pada Tabel 4.3 cukup menarik, karena digabungkan dengan tim penilai dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan
(54)
Lingkungan Hidup (UPL) sedangkan mekanisme tata kerja Komisi Penilai AMDAL tidak sama dengan tim penilai dokumen UKL-UPL. Pembentukan Komisi Penilai AMDAL Kabupaten Deli Serdang juga seharusnya mempedomani Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 sehingga ada kesesuaian dasar hukum keputusan pembentukan Komisi Penilai AMDAL yang ada di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
4.2. Gambaran Umum Responden
4.2.1. SDM Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada Tabel 4.4 di bawah ini dapat dilihat komposisi SDM dari Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang sebagai berikut:
Tabel 4.4. Komposisi Komisi Penilai AMDAL Menurut Tingkat Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. Sarjana (S1) 25 61
2. Magister (S2) 11 27 3. Doktoral (S3) 5 12
Total 41 100
Sumber: Data primer, 2009.
Tingkat pendidikan S1 mendominasi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan lainnya yaitu berjumlah 25 orang atau 61% dari total responden sedangkan tingkat pendidikan S2 berjumlah 11 orang atau 27% dan S3 berjumlah 5 orang atau 12%. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan jenjang pendidikan SDM khususnya tingkat sarjana (S1).
(55)
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen AMDAL, maka semua anggota Komisi Penilai AMDAL telah memenuhi salah satu syarat yang diwajibkan bagi seorang Komisi Penilai AMDAL yaitu berpendidikan sarjana/sederajat; namun mengingat kompleksnya permasalahan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini, seharusnya semua anggota Komisi Penilai AMDAL khususnya yang masih berpendidikan S1 tetap berupaya meningkatkan kompetensinya baik melalui kursus, diklat maupun menghadiri seminar dan pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan lingkungan dan permasalahannya sehingga lebih mampu lagi untuk menilai dokumen AMDAL secara holistik.
4.2.2. SDM Responden Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden menurut latar belakang disiplin ilmu dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Latar Belakang Disiplin Ilmu No. Komisi Penilai Teknis (orang) Non Teknis (orang)
1. Provinsi 13 4
2. Kota Medan 6 7
3. Kab.Deli Serdang 6 4
Total 25 16
Persentase (%) 61 39
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Latar belakang disiplin ilmu Komisi Penilai di Kota Medan maupun Kabupaten sebanding antara teknis maupun non teknis sedangkan di Komisi Penilai
(56)
AMDAL Provinsi lebih didominasi dari teknis, hal ini tergantung dari ketersediaan sumber daya manusia yang ada di instansi pemerintahan dan juga jabatan yang melekat pada seseorang otomatis menjadikannya salah satu anggota Komisi Penilai AMDAL; saat ini yang harus dilakukan adalah perlunya penambahan beberapa personil anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan penilaian dokumen AMDAL yaitu disiplin ilmu untuk menilai komponen fisik-kimia, biologi, sosial budaya, kesehatan masyarakat; hal ini disebabkan hingga saat penelitian ini dilakukan, hasil perbaikan dokumen AMDAL oleh konsultan diperiksa oleh anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL.
4.2.3. SDM Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden berdasarkan AMDAL yang pernah diikuti dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6. Jumlah Responden Berdasarkan Kursus AMDAL yang Diikuti No. Jenis Sertifikat Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. AMDAL A 19 46
2. AMDAL B 13 32 3. AMDAL C 7 17 4. Belum memiliki 2 5
Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Kursus AMDAL yang merupakan kegiatan peningkatan dan pengembangan pengetahuan di bidang lingkungan hidup, belum sepenuhnya diikuti oleh Komisi
(57)
Penilai. Kursus AMDAL A adalah kursus dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup; kursus AMDAL B adalah kursus penyusun AMDAL dan kursus AMDAL C adalah kursus penilai AMDAL. Persentase Komisi Penilai AMDAL di Provinsi, Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang yang memiliki sertifikat kursus AMDAL A sebanyak 46%, AMDAL B sebanyak 32% dan AMDAL C sebanyak 17% dan masih ada sebanyak 2 orang atau 5% belum memiliki sertifikat AMDAL, hal tersebut disebabkan kurangnya informasi tentang jadwal pelaksanaan kursus AMDAL yang dilaksanakan oleh Lembaga Penyelenggara Kursus AMDAL dan ketersediaan dana APBD untuk memprioritaskan anggota Komisi Penilai AMDAL dalam mengikuti kursus AMDAL. Berdasarkan informasi yang diperoleh, bahwa kursus AMDAL yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyelenggara tidak disebarluaskan ataupun disosialisasikan, hanya menunggu peserta yang datang untuk mendaftar dan apabila memenuhi kuota, baru dilaksanakan. Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara juga tidak aktif untuk menginformasikannya disamping itu biaya untuk mengikuti kursus AMDAL cukup besar sehingga tidak menjadi prioritas, namun hal tersebut juga bergantung pada komitmen pimpinan masing-masing instansi untuk meningkatkan kualitas SDM Komisi Penilai AMDAL sebagai salah satu penentu peningkatan kualitas dokumen AMDAL.
4.2.4. SDM Responden Berdasarkan Lamanya Bertugas sebagai Komisi Penilai
Hasil tabulasi kuisioner terhadap responden menurut lamanya bertugas sebagai Komisi Penilai AMDAL dapat dijelaskan pada tabel berikut ini.
(58)
Tabel 4.7. Komposisi Penilai AMDAL Berdasarkan Lamanya Bertugas Sebagai Komisi Penilai
No. Masa Tugas Komisi Penilai Persentase (%)
1. < 1 tahun 3 7 2. 1-5 tahun 21 51
3. 6-10 tahun 15 37 4. > 10 tahun 2 5 Total 41 100
Sumber: Hasil Penelitian, 2009 (data diolah).
Pengalaman kerja yang ditunjukkan dengan masa tugas sebagai Komisi Penilai sebanyak 51% selama kurun waktu 1-5 tahun, 37% selama kurun waktu 6-10 tahun, 5% di atas 10 tahun, sisanya 7% di bawah 1 tahun.
Semakin lama seseorang bertugas sebagai Komisi Penilai maka semakin paham dan teliti untuk melakukan penilaian, namun ada beberapa anggota Komisi Penilai yang baru beberapa bulan bertugas, hal ini disebabkan adanya mutasi jabatan yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi kerja instansi, untuk itu perlu dibuat suatu kebijakan bahwa seseorang yang telah diangkat berdasarkan kompetensinya sebagai Komisi Penilai AMDAL, maka meskipun terjadi mutasi pekerjaan terhadapnya (selama masih berada di wilayah tersebut) maka jabatan sebagai Komisi Penilai AMDAL tetap melekat kepadanya dan dapat diperpanjang sesuai peraturan yang ditetapkan.
4.3. Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL
Komisi Penilai AMDAL, dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim Teknis serta Sekretariat Komisi Penilai, berdasarkan hasil pengumpulan data
(59)
diketahui bahwa ada beberapa mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai yang belum dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008.
4.3.1. Jangka Waktu Penerimaan Dokumen
Undangan dan dokumen KA maupun dokumen ANDAL, RKL/RPL menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2008 harus diterima anggota komisi selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sebelum tanggal rapat penilaian, namun kenyataannya seperti tercantum pada Lampiran 5-7.
Dari lampiran tersebut dapat dijelaskan bahwa Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Provinsi telah melakukan pencatatan tanda terima dokumen, hal ini untuk menjamin terdistribusinya dokumen AMDAL yang akan dinilai oleh Komisi Penilai sedangkan Sekretariat Komisi Penilai AMDAL Kota Medan dan Deli Serdang tidak melakukan pencatatan tanda terima dokumen dan berdasarkan informasi dari staf Sekretariat bahwa dokumen AMDAL yang akan dinilai diserahkan kepada pihak Konsultan untuk disampaikan kepada Komisi Penilai. Berdasarkan data yang ada, undangan dan dokumen yang diterima Komisi Penilai selama periode 5 tahun tersebut, tidak ada yang sampai 10 (sepuluh) hari sebelum tangggal sidang Penilaian, bahkan ada yang diterima 2 (dua) hari sebelum tanggal sidang penilaian; selama ini tidak ada keluhan secara terbuka dari anggota Komisi Penilai terhadap jangka waktu penerimaan dokumen; konsekuensinya beberapa anggota Komisi Penilai tidak membaca seluruh isi dokumen, hanya beberapa halaman yang ada kaitannya dengan instansi yang diwakili, sehingga substansi isi dokumen secara menyeluruh kurang
(60)
dipahami; akibatnya akan mempengaruhi kualitas penilaian terhadap dokumen AMDAL yang kelak akan direkomendasikan kelayakan lingkungannya. Dari hasil tabulasi kuisioner dan wawancara langsung, harapan dari semua Komisi Penilai AMDAL adalah agar dokumen yang disampaikan sebaiknya 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal sidang agar dapat menganalisa dokumen lebih teliti dan mendalam sehingga dokumen yang dinilai juga dapat ditingkatkan kualitasnya.
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, Komisi Penilai AMDAL Provinsi dan Kabupaten Deli Serdang belum sepenuhnya melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai sedangkan Komisi Penilai AMDAL Kota Medan sudah melaksanakan rapat tim teknis sesuai mekanisme tata kerja Komisi serta membuat Berita Acara Penilaian. Hal ini perlu dibenahi dan harus dibuat Berita Acara untuk setiap penilaian dokumen AMDAL sehinggga hal-hal penting yang harus dikaji, diperbaiki dan disempurnakan dalam dokumen AMDAL benar-benar dituangkan dalam studi AMDAL tersebut.
4.3.2. Kehadiran Komisi Penilai
Dalam hal jumlah kehadiran setiap anggota Komisi pada rapat penilaian dokumen KA, ANDAL dan RKL/RPL cukup tinggi, untuk Komisi Penilai Provinsi rata-rata kehadiran pada Sidang Komisi sebanyak 79%, pada Sidang Komisi Penilai Kota Medan sebanyak 80% dan Sidang Komisi Penilai Kabupaten sebanyak 95%, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 8-10. Persentase kehadiran yang cukup tinggi menyatakan bahwa Komisi Penilai AMDAL memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugasnya sebagai penilai dokumen AMDAL, hal ini perlu dipertahankan karena
(61)
dengan pertemuan secara langsung antara Komisi Penilai dengan pihak pemrakarsa/konsultan, akan lebih efektif dan efisien untuk mengetahui hal-hal yang perlu dikaji dan dituangkan dalam dokumen AMDAL.
4.3.3. Peninjauan Lokasi
Dalam penyusunan dokumen AMDAL, hal yang paling penting untuk diteliti adalah kondisi Rona Awal Lingkungan pada saat studi Kerangka Acuan mulai disusun, hal tersebut diperlukan sebagai barometer untuk mengukur sejauhmana dan seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan akibat adanya kegiatan usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu peninjauan lokasi rencana usaha sangat penting dilaksanakan oleh Komisi Penilai AMDAL sebagai pertimbangan pada saat pelaksanaan sidang AMDAL, namun data tentang peninjauan lapangan terhadap rencana usaha hanya dilakukan 8 (delapan) kali atau 19,5% dari 41 rencana usaha/kegiatan dan tidak melibatkan semua tim teknis Komisi Penilai AMDAL. Hal ini perlu ditingkatkan kuantitas peninjauan lokasi sesuai dengan harapan semua Komisi Penilai AMDAL (hasil tabulasi kuisioner).
4.4. Jumlah Dokumen AMDAL Periode 2004-2008
Meningkatkan kualitas dokumen AMDAL menjadi sangat baik adalah tujuan yang ingin dicapai oleh semua pihak baik pihak Pemerintah, Pemrakarsa/Konsultan maupun masyarakat, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik. Pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup menerbitkan buku tentang aspek penilaian terhadap kualitas dokumen AMDAL yaitu uji administrasi, uji fase kegiatan proyek,
(62)
uji mutu (aspek konsistensi, keharusan, relevansi dan aspek kedalaman) dengan tujuan agar menjadi acuan semua anggota Komisi Penilai dalam menilai dokumen AMDAL, namun belum sepenuhnya Komisi Penilai AMDAL mempedomaninya, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan distribusi buku tersebut kepada setiap anggota Komisi Penilai AMDAL. Untuk itu peranan sekretariat Komisi Penilai yang mempunyai tugas penyediaan informasi pendukung di bidang kesekretariatan perlu ditingkatkan.
Jumlah dokumen AMDAL selama jangka waktu 5 tahun (2004-2008) yang dinilai oleh Komisi Penilai Provinsi Sumatera Utara 28 dokumen, Pemerintah Kota Medan 10 dokumen dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 3 dokumen yang dapat dilihat pada Lampiran 2-4.
Pada periode tersebut, jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh jenis usaha/kegiatan di bidang kelistrikan, hal ini sejalan dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami krisis energi listrik pada masa tersebut, sedangkan jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Kota Medan didominasi oleh jenis usaha/ kegiatan di bidang perekonomian yaitu beberapa pusat perbisnisan seperti Hotel, Plaza/Mall, Perkantoran dan Komisi Penilai Kabupaten Deli Serdang menilai dokumen yang mendukung kegiatan pembangunan Bandara Kuala Namu.
Berdasarkan rekapitulasi terhadap data 33 tim penyusun dokumen AMDAL diperoleh hasil bahwa 90% ketua tim penyusun dokumen telah memiliki sertifikat AMDAL B (Penyusun AMDAL) dan mempunyai pengalaman kerja menyusun
(1)
kesekretariatan Komisi Penilai AMDAL yaitu dengan menyusun Standard Operating Procedure (SOP) Sekretariat Komisi Penilai AMDAL dan menjadikannya sebagai acuan dalam penilaian AMDAL.
Adanya penguatan dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
(2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sumber Daya Manusia (pendidikan, kursus AMDAL, pengalaman kerja) dan Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Kualitas Dokumen AMDAL, namun Tata Kerja Komisi Penilai (jangka waktu penerimaan dokumen AMDAL kepada Komisi Penilai, kehadiran Komisi Penilai dan kuantitas peninjauan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan) memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap Kualitas Dokumen AMDAL.
2. Sumber Daya Manusia dan Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL secara bersama-sama (serempak) mempunyai pengaruh terhadap Kualitas Dokumen AMDAL.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, untuk lebih meningkatkan kualitas dokumen AMDAL maka disarankan:
1. Perlunya peningkatan SDM bagi Komisi Penilai AMDAL melalui pelatihan, kursus maupun peningkatan pendidikan Pasca Sarjana di bidang lingkungan
(3)
hidup serta menambah dan memilih personil anggota sekretariat Komisi Penilai AMDAL (memiliki sertifikat AMDAL) sehingga mampu melaksanakan penilaian dokumen AMDAL mulai dari pengajuan draf KA sampai ANDAL, RKL/RPL sehingga tidak terjadi dokumen‘copy paste’. 2. Badan Lingkungan Hidup baik di Provinsi, Kota Medan dan Kabupaten Deli
Serdang harus:
a. memperbaiki Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL karena merupakan penentu utama kualitas dokumen AMDAL dengan cara:
i. Menjalankan mekanisme Tata Kerja Komisi Penilai AMDAL sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2008 dengan konsisten antara lain dokumen yang akan dinilai Komisi Penilai diterima selambatnya 10 (sepuluh) hari sebelum tanggal sidang.
ii. Komisi Penilai AMDAL melakukan peninjauan lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan sebelum sidang penilaian untuk mengetahui kondisi rona awal lingkungan yang sebenarnya. iii. Penerapan sanksi bagi konsultan yang menyusun dokumen
dengan cara ‘copy paste’ dari dokumen AMDAL yang lain sebagai bentuk ‘shock terapy’ terhadap kualitas dokumen yang rendah.
b. semua anggota Komisi Penilai AMDAL harus memiliki kompetensi, integritas dan komitmen untuk menilai setiap dokumen AMDAL
(4)
sehingga dimasa mendatang kualitas dokumen AMDAL yang sangat baik dapat dijadikan instrumen dalam pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Cherp, A.,George,C. and Kirkpatrick,C. 2004. A Methodology for Assessing National Sustainable Development Strategies, Environment and Planning C, vol. 22. Fandeli, C. 2007. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Prinsip Dasar dalam
Pembangunan, Penerbit Liberty Offset, Yogyakarta.
Ghozali, I. 2005. Analisis Multivariat dengan Program SPSS, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2000. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2000 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2002. Teknik Penilaian Dokumen AMDAL – Asisten Deputi Urusan Kajian Dampak Lingkungan, Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2005. Apa yang Benar dengan AMDAL (Suatu Studi atas Praktek AMDAL yang Baik di Beberapa Propinsi Indonesia), Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2008 Tentang Tata Kerja Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06 Tahun 2008 tentang Tata Laksana Lisensi Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Kabupaten/ Kota, Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jakarta.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pembinaan dan Pengawasan terhadap Komisi Penilai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jakarta.
(6)
Lako, A. 2004. Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi: Isu, Teori dan Solusi, Penerbit Amara Books, Jakarta.
Nawawi, H. 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih Bahasa Jimmy Sadeli, Munandar, Kristiaji, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 1999. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, Jakarta.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, 2008. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara, Medan.
Santosa dan Ashari, 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Santoso, S. 2002. SPSS Versi 15 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Cetakan Ketiga. Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sedarmayanti, 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia – Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung. Soemarwoto, O. 1999. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sumarsono, 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia, Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta.
Supardi, I. 2003. Lingkungan Hidup dan Kelestariannya, Penerbit PT. Alumni Bandung.