dengan pertemuan secara langsung antara Komisi Penilai dengan pihak pemrakarsakonsultan, akan lebih efektif dan efisien untuk mengetahui hal-hal yang
perlu dikaji dan dituangkan dalam dokumen AMDAL.
4.3.3. Peninjauan Lokasi
Dalam penyusunan dokumen AMDAL, hal yang paling penting untuk diteliti adalah kondisi Rona Awal Lingkungan pada saat studi Kerangka Acuan mulai
disusun, hal tersebut diperlukan sebagai barometer untuk mengukur sejauhmana dan seberapa besar perubahan yang terjadi terhadap komponen lingkungan akibat adanya
kegiatan usaha yang dilakukan. Oleh sebab itu peninjauan lokasi rencana usaha sangat penting dilaksanakan oleh Komisi Penilai AMDAL sebagai pertimbangan
pada saat pelaksanaan sidang AMDAL, namun data tentang peninjauan lapangan terhadap rencana usaha hanya dilakukan 8 delapan kali atau 19,5 dari 41 rencana
usahakegiatan dan tidak melibatkan semua tim teknis Komisi Penilai AMDAL. Hal ini perlu ditingkatkan kuantitas peninjauan lokasi sesuai dengan harapan semua
Komisi Penilai AMDAL hasil tabulasi kuisioner.
4.4. Jumlah Dokumen AMDAL Periode 2004-2008
Meningkatkan kualitas dokumen AMDAL menjadi sangat baik adalah tujuan yang ingin dicapai oleh semua pihak baik pihak Pemerintah, PemrakarsaKonsultan
maupun masyarakat, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik. Pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup menerbitkan buku tentang aspek penilaian
terhadap kualitas dokumen AMDAL yaitu uji administrasi, uji fase kegiatan proyek,
Universitas Sumatera Utara
uji mutu aspek konsistensi, keharusan, relevansi dan aspek kedalaman dengan tujuan agar menjadi acuan semua anggota Komisi Penilai dalam menilai dokumen
AMDAL, namun belum sepenuhnya Komisi Penilai AMDAL mempedomaninya, hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi dan distribusi buku tersebut kepada setiap
anggota Komisi Penilai AMDAL. Untuk itu peranan sekretariat Komisi Penilai yang mempunyai tugas penyediaan informasi pendukung di bidang kesekretariatan perlu
ditingkatkan. Jumlah dokumen AMDAL selama jangka waktu 5 tahun 2004-2008 yang
dinilai oleh Komisi Penilai Provinsi Sumatera Utara 28 dokumen, Pemerintah Kota Medan 10 dokumen dan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sebanyak 3 dokumen
yang dapat dilihat pada Lampiran 2-4. Pada periode tersebut, jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai
AMDAL Provinsi Sumatera Utara didominasi oleh jenis usahakegiatan di bidang kelistrikan, hal ini sejalan dengan kondisi di Provinsi Sumatera Utara yang
mengalami krisis energi listrik pada masa tersebut, sedangkan jenis dokumen yang dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL Kota Medan didominasi oleh jenis usaha
kegiatan di bidang perekonomian yaitu beberapa pusat perbisnisan seperti Hotel, PlazaMall, Perkantoran dan Komisi Penilai Kabupaten Deli Serdang menilai
dokumen yang mendukung kegiatan pembangunan Bandara Kuala Namu. Berdasarkan rekapitulasi terhadap data 33 tim penyusun dokumen AMDAL
diperoleh hasil bahwa 90 ketua tim penyusun dokumen telah memiliki sertifikat AMDAL B Penyusun AMDAL dan mempunyai pengalaman kerja menyusun
Universitas Sumatera Utara
dokumen lingkungan hidup di atas 5 tahun, namun anggota tim penyusun hanya 10 yang telah memiliki sertifikat AMDAL B.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 11 Tahun 2008 tentang Persyaratan Kompetensi dalam Penyusunan Dokumen AMDAL dan
Persyaratan Lembaga Pelatihan Kompetensi Penyusun Dokumen AMDAL pada Pasal 1 ayat 3 dinyatakan bahwa Penyusun dokumen AMDAL adalah orang yang
memiliki kompetensi pada kualifikasi tertentu dan bekerja di bidang penyusunan dokumen AMDAL. Kompetensi adalah kemampuan personil untuk mengerjakan
suatu tugas dan pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap kerja yang dapat dipertanggung jawabkan.
Selanjutnya pada Pasal 4 ayat 2 dan 3 dinyatakan bahwa tim penyusun dokumen AMDAL yang terdiri dari ketua dan anggota tim penyusun paling sedikit 3
tiga orang telah memiliki sertifikat kompetensi dan wajib melibatkan tenaga ahli sesuai dengan dampak penting yang diakibatkan oleh rencana usaha danatau
kegiatan. Berdasarkan hasil pengamatan biodata tim penyusun dokumen AMDAL, ditemukan bahwa 40 latar belakang anggota tim penyusun tidak sesuai dengan
keahlian yang dibutuhkan dan cenderung dipaksakan untuk sesuai seperti seorang yang berlatar belakang pendidikan sarjana pertanian jurusan sosial ekonomi diangkat
sebagai tenaga ahli sosial ekonomi, seorang sarjana teknik lingkungan diangkat sebagai tenaga ahli biologi, sarjana kependidikan agama diangkat menjadi tenaga ahli
biologi, sarjana fisipol jurusan administrasi diangkat menjadi tenaga ahli sosial ekonomi dan beberapa tenaga ahli lainnya yang kurang sesuai dengan latar belakang
Universitas Sumatera Utara
pendidikan yang dimiliki. Kondisi tersebut berkaitan dengan moralitas, integritas dan komitmen setiap anggota tim yang terlibat untuk melaksanakan studi AMDAL secara
profesional dan independensi.
4.5. Hasil Analisis Data