85
Setelah penerapan media Smart Science Learning selesai peneliti memberi beberapa soal posttest yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Soal tersebut berjumlah 30 buah
soal dengan 25 buah soal pilihan ganda dan 5 butir soal eassy. Soal tersebut dibuat dengan menyesuaikan dengan materi yang terdapat dalam media Smart Science
Learning dan materi yang disesuaikan dengan guru. Peneliti menyediakan waktu satu jam pelajaran atau 40 menit untuk siswa mengerjakan soal yang diberikan. Semua
evaluasi yang dilakukan selanjutnya digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas penerapan media Smart Science Learning pada materi Sistem Pencernaan.
4.2.2 Efektifitas penerapan media Smart Science Learning mata pelajaran IPA
Terpadu materi Sistem Pencernaan
Keefektifan media Smart Science Learning materi sistem pencernaan manusia dapat diukur dari nilai pretest dan posttest siswa serta keaktifan siswa pada saat
mengikuti pembelajaran. Pemberian pretest diberikan sebelum media diterapkan dalam pembelajaran. Dan pemberian posttest sesudah penerapan media. Media Smart
Science Learning dikatakan efektif apabila nilai siswa mencapai ketuntasan klasik belajar siswa mencap
ai persentase ≥ 75 dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 75. Selain itu untuk mengukur efektifitas media diukur menggunakan angket penerapan
media untuk mengukur seberapa besar ketertarikan siswa dalam media Smart Science Learning ini.
Setelah memberikan angket penerapan media, peneliti melakukan analisis angket dengan tiga tahap yaitu; metode likert,validitas dan reliabilitas media. Tahap
86
pertama yaitu mengukur validitas angket yang berisi 20 pertanyaan. Didadapatkan hasil sebagian besar sub variable sudah lebih besar dari rtabel 0,349. Akan tetapi ada
satu indikator di sub variabel penerapan dan pengembangan yang mendapat 0,304 dan belum mendekati rtabel 0,349. Tahap kedua mengukur tingkat reliabilitas untuk
mengukur seberapa subjektif pengukuran angket yang sudah dilakukan dan didapatkan hasil koefisien reliabilitas lebih besar dari rtabel 0,349. Reliabilitas
terbesar terdapat pada sub variabel desain tampilan dan hasil belajar sebesar 0,739. Untuk analisis angket menggunakan metode likert yang meliputi sub variabel
penggunaan media yang memperoleh skor 85,6, untuk tampilan desain tampilan media memperoleh skor 82,9, dalam sub variabel penerapan dan pengembangan
media memperoleh skor 85, keaktifan siswa ketika media Smart Science Learning diterapkan mendapat skor 83,untuk sub variabel hasil belajar siswa sebesar 82,9
dan jika semua aspek dirata-rata mendapatkan hasil sebesar 83,7 Semua skor yang didapat masuk dalam kriteria sangat baik dalam penerapan media dalam
pembelajaran IPA Terpadu. Dapat dikatakan penerapan media Smart Science Learning sangat berhasil dan membuat siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran
materi sistem pencernaan manusia jadi pembelajaran berlangsung lebih efektif dan efisien waktu ketika guru menjelaskan melalui media dari pada harus lewat LKS.
Media yang digunakan dalam proses pembelajaran, untuk menyalurkan pesan pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan Silabus maupun RPP dan dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan yang belajar sehingga secara
87
sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. Maka media tersebut dapat dikatakan berhasil dalam penerapannya di dalam pembelajaran Suheri, 2006: 3.
Setelah pemberian angket, siswa juga diberikan pretest dan posttest untuk mengukur seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
penerapan media Smart Science Learning. Hasil dari pretest dan posttest didasarkan pada KKM yang sudah ditetapkan. Untuk hasil pretest siswa sebelum menggunakan
media Smart Science Learning memperoleh ketuntasan minimal 37,5 dengan jumlah yang tuntas KKM sebanyak 12 orang sedangkan yang belum mencapai
ketuntasan minimal sebesar 20 orang. Untuk nilai tertinggi pretest beberapa siswa mendapat nilai 85 dan untuk nilai terendah pelaksanaan pretest yaitu sebesar 45.
Sedangkan untuk hasil posttest siswa memperoleh kentuntasan minimal 96,7 karena hampir semua siswa mencapai kentuntasan minimal hanya 1 orang saja yang belum
mencapai kentuntasan minimal dengan nilai tertinggi posttest yaitu 93 dan nilai terendah 61. Presentase keberhasilan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah
menggunakan media Smart Science Learning materi sistem pencernaan manusia yang sudah mencapai indikator keberhasilan dan hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Keefektifan pengembangan dan penerapan Smart Science Learning juga
dihitung dengan uji-t pihak kiri. Uji-t ini dilakukan untuk melihat seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan posttest dan pretest materi sistem
pencernaan manusia. Berdasarkan uji-t yang telah dilakukan nilai t-hitung sebesar
88
12,42 sedangan t-tabel sebesar 1,70. Nilai t-hitung yang lebih besar dari t-tabel maka dapat disimpulkan Ho Diterima dan dapat dikatakan ada peningkatan pembelajaran
siswa setelah pretest dan posttest. Sehingga media smart science learning sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA Terpadu.
4.2.3 Kendala dan Solusi