III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Vin’s Berry Park yang berlokasi di Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua-Lembang, Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi
ini ditentukan secara sengaja purposive, dengan pertimbangan bahwa Vin’s Berry Park
merupakan salah satu perkebunan yang membudidayakan stroberi di daerah sentra produksi yaitu Lembang. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan
Agustus sampai bulan September tahun 2007.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan Vin’s Berry Park
dan wawancara langsung dengan pemilik Vin’s Berry Park. Data sekunder diperoleh dari dokumen perusahaan, hasil penelitian yang terkait, Biro Pusat
Statistik BPS, serta literatur-literatur yang relevan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Identifikasi mengenai kegiatan pemasaran tujuan dari kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, faktor-faktor yang mempengaruhi strategi pemasaran
dan pemilihan strategi pemasaran dan pemilihan alternatif strategi pemasaran yang tepat bagi perusahaan untuk mengisi matriks banding berpasangan dilakukan
dengan memberikan kuesioner, pemilihan responden dilakukan secara sengaja
dengan mempertimbangkan faktor pemahaman dan pengetahuan mereka mengenai kegiatan pemasaran perusahaan dan strategi pemasaran yang dijalankan
perusahaan. Pengisian kuesioner dilakukan oleh responden dipandu oleh penulis.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah terkumpul terlebih dahulu untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul dari hasil pengisian kuesioner oleh responden dan
mengajukannya dalam susunan yang baik dan rapi untuk kemudian dianalisis. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, bagan dan uraian.
3.5 Metode Proses Hierarki Analitik PHA
Berdasarkan kerangka kerja PHA, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi untuk membuat hierarki. Struktur hierarki yang
telah tersusun menjadi dasar dalam membuat kuesioner. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap elemen apada seluruh tingkat hierarki
dengan memberikan prioritas menurut relatif pentingnya pada matriks berpasangan dan yang terakhir adalah konsistensi dalam menetapkan prioritas
terhadap elemen-elemen tersebut untuk memperolah hasil yang sahih. Data yang akan diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program komputer Expert
Choise 2000 dan hasilnya disajikan dalam bentuk uraian, gambar dan tabel.
Delapan langkah kerja PHA Saaty, 1993 yaitu : 1.
Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang diinginkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini adalah penguasaan
masalah secara mendalam, karena yang menjadi perhatian adalah pemilihan tujuan, kriteria dan elemen-elemen yang menyusun struktur hierarki.
2. Membuat struktur hierarki dari sudut pandang manajemen secara
menyeluruh. Penyusunan hierarki ini berdasarkan keputusan yang akan diambil. Pada tingkat puncak hierarki hanya terdiri dari satu elemen yang
disebut dengan fokus, yaitu sasaran keseluruhan yang bersifat luas. Tingkat berikut dibawahnya dapat terdiri dari beberapa elemen yang dibagi dalam
kelompok homogen agar dapat dibandingkan dengan elemen-elemen yang berada pada tingkat sebelumnya.
Tingkat 1
Tingkat 2
Tingkat 3
Tingkat 4
Gambar 6. Hierarki Pengambilan Keputusan Strategi Pemasaran Vin’s Berry Park
PEMILIHAN STRATEGI PEMASARAN VIN’S BERRY PARK
MP MPR
MKB
PRODUK HARGA
PROMOSI DISTRIBUSI
KUA
KMS UP
SAME PL
PP AGEN
DL
PLYN
Keterangan : Tingkat 1
: Fokus pemilihan strategi pemasaran Vin’s Berry Park Tingkat 2
: Tujuan MP
: Meningkatkan penjualan MPR : Menghadapi persaingan
MKB : Mendapatkan keuntungan yang berkesinambungan Tingkat 3
: Strategi Produk, Harga, Promosi, Distribusi Tingkat 4
: Taktik KUA : Kualitas produk
KMS : Kemasan produk PLYN : Pelayanan
UP : Harga di atas pesaing
SAME : Harga sama dengan pesaing PL
: Promosi langsung PP
: Penjualan personal DL
: Distribusi langsung Agen : Distribusi melalui agen
3. Menyusun matriks banding berpasangan. Matriks banding berpasangan
dimulai dari hierarki, yang merupakan dasar untuk melakukan pembandingan berpasangan antar elemen yang terkait dibawahnya. Pembandingan
berpasangan antar elemen tingkat kedua terhadap fokus yang ada di puncak hierarki yaitu : F1, F2, F3 dan seterusnya sampai Fn.
4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk
mengembangkan peringkat matriks di langkah tiga. Setelah matriks perbandingan antar elemen dibuat, dilakukan pembandingan berpasangan
antar elemen pada kolom ke-j dengan setiap elemen pada baris ke-i dengan fokus X. Pembandingan berpasangan antar elemen tersebut dilakukan dengan
pertanyaan : seberapa kuat elemen baris ke-i didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di puncak hierarki X, dibandingkan
dengan kolom ke-j. Untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada tabel 5. Angka-angka yang tertera
menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen dibanding dengan elemen yang lainnya sehubungan dengan sifat atau kriteria tertentu.
Tabel 5. Nilai Skala Banding Berpasangan Intensitas
Pentingnya Definisi Penjelasan
1 Kedua elemen sama
pentingnya Dua elemen menyumbang
sama besar pada sifat itu
3 Elemen yang satu sedikit
lebih penting dari pada elemen yang lain
Pengalaman dan pertimbangan sedikit
menyokong satu elemen atas elemen lainnya
5 Elemen yang satu sangat
penting dari pada elemen yang lain
Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat
menyokong satu elemen atas elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih
penting dari pada eleman yang lain
Satu elemen dengan kuat disokong dan dominan telah
terlihat dalam praktek
9 Satu elemen mutlak lebih
penting dari pada elemen lainnya
Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang
lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi
yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara diantara dua
pertimbangan yang berdekatan
Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan
Kebalikan Jika untuk aktifitas i mendapat satu angka bila dibandingkan
dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dengan i
Sumber : Saaty, 1993
5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang
diagonal utama, penentuan prioritas dan pengujian konsistensi. Angka 1 sampai 9 digunakan bila Fi lebih mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus
puncak hierarki X dibandingkan Fj. Sedangkan bila Fi kurang mendominasi atau kurang mempengaruhi sifat X dibanding dengan Fj, maka digunakan
angka kebalikannya. Matriks dibawah garis diagonal utama diisi dengan nilai kebalikannya.
6. Melaksanakan langkah 3,4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hierarki tersebut. Pembandingan dilanjutkan untuk semua elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hierarki, berkenaan dengan kriteria
elemen diatasnya. Matriks pembanding dalam model PHA dibedakan menjadi 1 Matriks pendapat individu MPI dan 2 Matriks pendapat gabungan
MPG. MPI adalah matriks pembandingan yang dilakukan individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan a
ij
yaitu elemen pada matriks pada baris ke-i dan kolom ke-j. Matriks pendapat individu dapat dilihat pada
Gambar 7 dibawah ini. X Produk
Harga Promosi
Distribusi Produk a
11
a
12
a
13
a
14
Harga a
21
a
22
a
23
a
24
Promosi a
31
a
23
a
33
a
34
Distribusi a
n1
a
n4
a
n3
a
44
Gambar 7. Matriks Pendapat Individu
MPG adalah susunan matriks baru elemen baru yang elemen g
ij
berasal dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang resiko inkonsistensinya
lebih kecil atau sama dengan 10 persen, dan setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari satu MPI dengan MPIyang lain tidak terjadi konflik.
MPG dapat dilihat pada Gambar 8 X Produk
Harga Promosi
Distribusi Produk g
11
g
12
g
13
g
14
Harga g
21
g
22
g
23
g
24
Promosi g
31
g
32
g
33
g
34
Distribusi g
n1
g
n2
g
n3
g
n4
Gambar 8. Matriks Pendapat Gabungan
Rumus matematika yang digunakan untuk memperoleh rata-rata geometri adalah :
g
ij
=
m m
k ij
k
a ∑
=1
Dimana : g
ij
= elemen MPG baris ke-i kolom ke-j a
ij
k = elemen baris ke-i kolom ke-j jadi MPI ke-k
k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi syarat
m = jumlah MPI yang memenuhi syarat
7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor
prioritas. Ada dua tahap didalam melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas yaitu : 1 pengolahan horizontal dan 2 pengolahan vertikal. Kedua
jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI dan MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diolah secara horizontal, dimana
MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan Rasio Konsistensi. a.
Pengolahan horizontal, meliputi penentuan vektor Eigen, vektor prioritas, uji konsistensi, dan revisi MPI dan MPG yang memiliki rasio
inkonsistensi tinggi. •
Vektor Eigen Ve
i
dengan rumus :
VE
i
=
n n
k
n j
i k
aij
∏
=
=
1
,...., 3
, 2
, 1
, :
a
ij
k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari MPI atau MPG ke-k
∏
= n
k 1
= perkalian dari elemen k=1 sampai k=n
n
= jumlah elemen pada setiap tingkat •
Vektor prioritas VP
i
dengan rumus :
VP
i
=
∑
= n
i i
i
VE VE
1
dengan VP = VP
i
untuk i = 1,2,3,....,n
• Vektor antara VA = a
ij
x VP dengan
VA=VA
i
baris Nilai Eigen VB =
VP VA
dengan VB=VB
i
• Perhitungan nilai Eigen maksimum
λ
maks
dengan rumus : λ
maks
=
∑
= n
i i
VB
n
1
1
• Perhitungan indeks Inkonsistensi CI dengan rumus :
CI
= 1
− −
N n
maks
λ
• Perhitungan Rasio Inkonsistensi CR dengan rumus :
CR = RI
CI
RI = indeks acak Random Indeks yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory Saaty, 1993 dari matriks berorde 1 sampai dengan 15
yang menggunakan sampel berukuran 100 Tabel 6. Nilai rasio inkonsistensi CR yang lebih kecil atau sama dengan 0,1
merupakan nilai yang mempunyai tingkat konsistensi yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini karena CR merupakan tolak ukur bagi
konsistensi atau tidaknya suatu hasil perbandingan berpasangan dalam suatu matriks pendapat Saaty, 1993
Tabel 6. Nilai Random Konsistensi Indeks RI Matriks berordo 1 sampai 15 Orde n
RI Orde n
RI Orde n
RI 1 0.00 6 1.24 11 1.51
2 0.00 7 1.32 12 1.48 3 0.58 8 1.41 13 1.56
4 0.90 9 1.45 14 1.57 5 1.12 10 1.49 15 1.49
Sumber : Saaty, 1993
b. Pengolahan vertikal, yaitu menyusun prioritas pengaruh setiap
elemen pada tingkat hierarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama atau fokus. Apabila CV
ij
didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh setiap elemen ke-j pada tingkat ke-i terhadap sasaran utama, maka :
CV
ij
=
∑
CH
ij
t,I-1 x VW
t
i-1 Untuk i = 1,2,3,.......,p
j = 1,2,3,.......,r t = 1,2,3,.......,s
dimana : CH
ij
t,i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-i terhadap elemen ke-t pada tingkat diatasnya i-1, yang diperoleh dari hasil pengolahan
horizontal VW
t
i-1 = nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat ke i-1 terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil perhitungan
horizontal. p = jumlah tingkat hierarki keputusan
r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke-i s =
jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i-1 8.
Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Langkah ini dilakukan dengan mengalikan setiap indeks inkonsistensi dengan prioritas-prioritas
kriteria yang bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya. Untuk memperoleh hasil yang baik, Rasio Inkonsistensi hierarki harus bernilai
kurang dari atau sama dengan 10 persen. Jika Rasio Inkonsistensi mempunyai nilai lebih besar dari dari 10 persen, maka informasi itu harus ditinjau kembali
dan diperbaiki, antara lain dengan memperbaiki cara menggunakan pertanyaan ketika melakukan pengisisan ulang kuesioner dan dengan lebih mengarahkan
responden yang mengisi kuesioner.
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN