Membran selulosa asetat yang bersifat hidrofilik dengan tipe ultrafiltrasi

Semakin lama waktu hidrolisis diduga akan menurunkan kadar asetil yang diperoleh. 2. Penambahan PEG sebagai porogen dan perubahan suhu koagulasi dalam pembuatan membran ultrafiltrasi selulosa asetat secara inversi fasa diduga berperan terhadap karakter membran yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan dengan penambahan PEG maupun perubahan suhu koagulasi akan menaikkan viskositas larutan polimer.

3. Membran selulosa asetat yang bersifat hidrofilik dengan tipe ultrafiltrasi

dapat memisahkan bahan berdasarkan sifat kepolaran dan bahan yang berukuran 0,005 µm BM 1000 Da. Berdasarkan sifat dan ukuran pori membran, diperkirakan membran yang dihasilkan pada penelitian ini dapat digunakan untuk pemisahan suatu komponen dari minyak nilam dan larutan nira tebu, dan lainnya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup tahapan proses yang dikerjakan adalah: 1. Analisis sifat fisika dan komposisi kimiawi selulosa pulp kayu sengon 2. Pembuatan selulosa diasetat dari selulosa pulp kayu sengon SDA terdiri dari tahapan proses, yaitu: aktivasi, asetilasi, dan hidrolisis. 3. Pembuatan dan penentuan karakter membran SDA. Pembuatan membran dilakukan secara inversi fasa dari tiga komponen utama, yaitu: selulosa diasetat SDA sebagai polimer, dimetilformamida DMF sebagai pelarut, dan air sebakai bukan-pelarut. Porogen polietilen glikol PEG ditambahkan dalam larutan cetak dengan berbagai berat molekul 1450 Da, 4000 Da, 6000 Da, rasio PEG terhadap selulosa diasetat 10, 20,30 serta suhu koagulasi 15 o C, suhu kamar, 50 o C. Penentuan karakter membran berupa ketebalan, kuat tarik, morfologi, fluks, rejeksi, MWCO. Larutan standar dekstran 12 kDa dan Bovin Serum Albumin 67 kDa digunakan dalam penentuan flusk, rejeksi, dan MWCO membran. Pengamatan morfologi membran dilakukan dengan menggunakan Scanning Electron Mocroscope SEM. 4. Pengukuran kinerja membran dari aplikasi terhadap pemisahan suatu komponen dari minyak nilamdan larutan nira tebu. Manfaat Penelitian Pemanfaatan selulosa pulp kayu sengon Paraserianthes falcataria sebagai bahan baku baru untuk pembuatan membran ultrafiltrasi dan rancangan proses pembuatan membran ultrafiltrasi yang dapat digunakan dalam proses pemisahan berbagai senyawa dari produk agroindustri. Novelti 1. Penggunaan selulosa berbasis selulosa pulp kayu sengon Paraserianthes falcataria sebagai bahan baku pembuatan polimer membran berupa selulosa diasetat SDA. 2. Rekayasa proses pembuatan membran ultrafiltrasi selulosa asetat berbasis selulosa pulp kayu sengon dengan penambahan PEG sebagai porogen pada larutan polimer dengan berat molekul 1450, 4000, dan 6000 Da serta rasio PEGSDA 10, 20, dan 30. TINJAUAN PUSTAKA Membran 1. Definisi Membran Membran adalah suatu lapisan tipis bersifat semipermeabel yang dapat menahan dan melewatkan pergerakan bahan tertentu Scot dan Hughes, 1996. Teknologi pemisahan menggunakan membran merupakan teknik pemisahan komponen dengan cara yang sangat spesifik, yaitu menahan dan melewatkan salah satu komponen lebih cepat dari komponen penyusun lainnya. Membran dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yaitu berdasarkan morfologi, bahan pembuat, dan proses pemisahannya. Berdasarkan morfologi, membran dibagi menjadi dua golongan, yaitu membran simetrik dan membran asimetrik. Struktur yang dihasilkan membran simetrik dapat bersifat berpori porous atau tidak-berpori nonporous. Sedangkan struktur yang dihasilkan membran asimetrik bersifat berpori dengan pori pada lapisan atas lebih rapat dibandingkan pori pada lapisan bagian bawah. Membran jenis proses ultrafiltrasi lebih bersifat asimetrik dibandingkan membran dengan jenis proses mikrofiltrasi Scot dan Hughes, 1996. Berdasarkan bahan pembuat, membran terbagi atas membran organik dan membran anorganik. Membran organik dibuat menggunakan bahan polimer. Pada dasarnya semua polimer dapat digunakan sebagai bahan membran, tetapi karena karakteristik kimia dan fisika sangat bervariasi, sehingga hanya beberapa jenis polimer yang digunakan sebagai bahan membran. Jenis polimer yang banyak digunakan untuk membuat membran antara lain selulosa beserta turunannya, polisulfan, poliamida, poliakrilonitril, polieter sulfon Wenten, 1999. Polimer untuk membran berpori sangat berbeda dengan polimer membran tidak berpori. Untuk membran berpori, pilihan polimer ditentukan oleh metode pembuatan membran yang digunakan dan polimer menentukan stabilitas membran. Sedangkan untuk membran tidak berpori, pilihan polimer ditentukan oleh selektivitas dan fluks yang diinginkan Mulder, 1996. Membran anorganik adalah membran yang berasal dari material anorganik. Material anorganik memilki stabilitas kimia dan stabilitas thermal lebih baik dibandingkan bahan polimer. Ada empat tipe membran anorganik yang sering digunakan, yaitu membran keramik, gelas, metal termasuk karbon, dan zeolit. Berdasarkan ukuran partikel atau bobot molekul bahan yang dipisahkan, maka pemisahan membran dikelompokkan atas mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, osmosis balik, dialisis, dan pervaporasi Cheryan, 1998. Membran ultrafiltrasi UF mempunyai ukuran pori berkisar 10-1000 A atau sekitar 10 3 -10 6 MWCO, dan dapat memisahkan bahan berukuran lebih besar dari 0,005 µm atau partikel dengan berat molekul lebih besar dari 1000 Da Osada dan Nakagawa, 1992. Membran ultrafiltrasi memiliki struktur asimetrik dengan permukaan atas yang lebih rapat atau dense ukuran pori permukaan atas lebih kecil dan porositas permukaan lebih rendah. Pembuatan membran dapat dilakukan dengan beberapa teknik antara lain: 1 pemanasan sintering, 2 peregangan streching, 3 track-etching, 4 template leaching, 5 fasa balik phase inversion, 6 pelumasan coating. Teknik yang dipilih didasari oleh jenis material dan struktur membran yang akan dibuat.

2. Proses Pemisahan dengan Membran