Polietilen Glikol PEG Pemurnian

menghasilkan selulosa asetat yang bersifat mudah rapuh Shelton et al., 2004, sehingga penambahan asam sulfat dilakukan relatif kecil dan didapat pada kondisi optimum sebesar 1,5 dari selulosa yang digunakan. Selain itu, peningkatan suhu hidrolisis dapat meningkatkan laju rekasi hidrolisis. Reaksi hidrolisis menyebabkan berkurangnya gugus asetil yang terdapat pada molekul selulosa triasetat dan suhu termasuk salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya penurunan kadar asetil selulosa diasetat yang dihasilkan. Pengendalian suhu proses hidrolisis selulosa triasetat harus dilakukan dengan baik dan suhu optimum yang telah dihasilkan oleh Desiyarni 2006 adalah pada suhu 50 o C. Variabel lain yang cukup berpengaruh terhadap penurunan kadar asetil selulosa triasetat selama proses hidrolisis adalah waktu. Semakin lama proses berlangsung semakin menurun kadar asetil selulosa asetat yang dihasilkan. Lama hidrolisis berlangsung tergantung dari kadar asetil yang diinginkan. Ketika derajat substitusi yang diinginkan telah tercapai, reaksi dihentikan dengan netralisasi menggunakan katalis garam magnesium, kalsium atau sodium yang dilarutkan dalam asetat encer Kirk dan Othmer, 1993. Kadar asetil yang telah didapat oleh Desiyarni 2006 berkisar 37-42 dengan waktu hidrolisis berlangsung antara 120 menit sampai 1080 menit.

1.2.4. Pemurnian

Untuk mendapatkan produk selulosa asetat, tahap akhir yang dilakukan adalah pengendapan yang selanjutnya dicuci dan dikeringkan. Produk yang diinginkan bisa dalam bentuk serpihan flakes, atau bubuk powder. Endapan selulosa ester yang terbentuk dipisahkan dari larutan dan dicuci guna menghilangkan sisa asam asetat Ott et al., 1954.

1.3. Polietilen Glikol PEG

Penambahan bahan aditif pada membran berguna untuk meningkatkan atau memodifikasi sifat-sifat mekanik, kimia, dan fisik membran Kim et al., 1989. Polietilen glikol PEG merupakan salah satu diantara zat aditif yang sering ditambahkan pada pembuatan membran yang berfungsi sebagai porogen untuk meningkatkan keteraturan bentuk pori-pori pada membran sehingga struktur pori lebih rapat dan membran yang dihasilkan semakin bagus. Polietilen glikol PEG adalah senyawa hasil kondensasi dari oksietilen dan air dengan rumus molekul HOCH 2 CH 2 n OH, dimana n merupakan bilangan jumlah rata-rata pengulangan grup oksietilen mulai dari 4 sampai 180. Bilangan yang mengiringi dibelakang PEG menunjukkan berat molekul rata-rata daripada PEG, seperti PEG dengan n = 80 akan mempunyai berat molekul rata-rata sekitar 3500 Dalton dan dicantumkan sebagai PEG 3500. Sedangkan senyawa dengan berat molekul rendah terdiri dari n = 2 sampai n = 4 seperti diethylene glycol, triethylene glycol, dan tetraethylene glycol , merupakan senyawa-senyawa murni. Senyawa dengan berat molekul rendah sampai 700 bersifat cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau dengan titik beku -10 ºC diethylene glycol, sementara senyawa-senyawa hasil polimerisasi dengan berat molekul yang lebih tinggi yaitu sampai 1000 berbentuk padat seperti lilin dengan titik didih mencapai 67 ºC untuk n = 180. Sifat-sifat fisika PEG dapat dilihat pada Tabel 6 Wikipedia, 2007. Keistimewaan dari PEG adalah senyawa tersebut bersifat larut dalam air Chou et al., 2007. PEG juga larut dalam berbagai pelarut organik dari golongan hidrokarbon aromatik, seperti metanol, benzen, dichlorometane dan tidak larut dalam dietil eter dan heksan. Sifat-sifat lain daripada PEG adalah merupakan senyawa yang tidak beracun, netral, tidak mudah menguap dan tidak iritasi. Pelarut PEG banyak digunakan sebagai emulsifier dan detergen, humectants, dan pada bidang farmasi Wikipedia, 2007. Tabel 6. Sifat-sifat fisika dan kimia polietilen glikol PEG Polietilen glikol Nama kimia Polietilen glikol Rumus kimia C 2n H 4n+2 O n+1 Berat molekul 44 n + 18 gmol Bilangan CAS [25322-68-3] Densitas 1,1 – 1,2 gcm 3 Titik leleh bervariasi Titik didih xx.x o C Titik api 182 – 287 o C a Sumber: Wikipedia, Encyclopedia 2007

2. Proses Pembuatan Membran