hidrolisis hydrolisis, dan 4 pemurnian purification. Tahapan proses yang dilakukan adalah:
1.2.1. Perlakuan awalaktivasi
Proses aktivasi tahap praperlakuan sangat diperlukan agar reaksi esterifikasi dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap ini serat-serat selulosa
mengembang sehingga permukaan selulosa membesar dan ikatan intramolekuler hidrogen menjadi putus, dan memudahkan diffusi reagent ke dalam serat. Bahan
aktivasi yang biasa digunakan adalah air atau asam asetat. Perlakuan awal selulosa umumnya dilakukan pada suhu berkisar antara 20
o
C hingga 118
o
C, tetapi sebaiknya dilakukan sampai dengan suhu 50
o
C untuk mencegah penguapan pelarut Ott et al., 1954. Nevell dan Zeronian 1985 menyatakan aktivasi
selulosa pulp kayu umumnya dilakukan selama 1-2 jam. Aktivasi terhadap selulosa pulp kayu yang telah dilakukan oleh Kuo et al. 1997 berlangsung pada
suhu sekitar 25
o
C-50
o
C selama 30 menit-60 menit. Sementara itu, Saka et al. 1998 telah memperoleh waktu aktivasi terhadap pulp kayu selama satu jam.
Selanjutnya, aktivasi dari campuran selulosa pulp kayu dengan kapas yang telah dilakukan oleh Yamakawa et al. 2003 diperoleh pada kisaran suhu 20
o
C-80
o
C selama 0,5-4 jam. Harrison et al. 2004 telah mendapatkan waktu aktivasi
terhadap selulosa jerami selama 2-3 jam pada suhu kamar dengan perbandingan selulosa terhadap asam asetat 1:1 bkv. Selain itu, aktivasi selulosa mikrobial
yang telah dilakukan oleh Desiyarni et al. 2006 diperoleh kondisi proses pada suhu 50
o
C selama enam jam dan pada suhu kamar selama 16 jam dengan perbandingan selulosa terhadap asam asetat 1:8 bkv. Dapat dilihat dari beberapa
uraian di atas, aktivasi berjalan rata-rata pada suhu 50
o
C dan terlihat perbedaan waktu aktivasi yang dihasilkan. Keadaan tersebut dikarenakan sumber selulosa
yang digunakan berbeda sehingga terdapat perbedaan sifat dari selulosa tersebut. Menurut Kuo et al. 1997 waktu aktivasi yang dibutuhkan bergantung pada
kondisi selulosa yang digunakan. Daerah kristalin mempunyai sifat reaktifitas yang rendah karena tingginya gaya antar-rantai akibat ikatan hidrogen antargugus
hidroksil pada rantai yang berdekatan menyebabkan kekakuan pada rantai
sehingga ikatan antar rantai menjadi lebih erat, dan sukar terjadi reaksi asetilasi dibandingkan bagian amorf Cowd, 1991.
1.2.2. Asetilasi