memudahkan siswa berimajinasi tentang puisi yang akan mereka tulis. Penggunaan media dan teknik yang bervariasi dapat membantu siswa mengatasi
kejenuhan, kemalasan, dan tidak bersemangat dalam menulis puisi. Diharapkan kejenuhan dan kemalasan siswa dapat diatasi ketika akan menulis puisi.
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini merupakan pelengkap dari penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian akan
menggunakan teknik pengelompokan kata dan media gambar. Diharapkan siswa akan lebih mudah dalam menemukan kata-kata yang sesuai dan memudahkan
siswa dalam berimajinasi untuk menentukan objek yang akan ditulis menjadi puisi. Selain itu, untuk mengetahui peningkatan keterampilan menulis
puisi dan perubahan sikap atau perilaku siswa dalam pembelajaran menulis puisi khususnya siswa kelas VIIIA MTs Al Islam Limpung Kab. Batang.
2.2 Landasan Teoretis
Menguraikan teori yang diungkapkan para ahli dari berbagai sumber yang akan mendukung penelitian ini. Dalam landasan teoretis disampaikan teori tentang
hakikat puisi, menulis puisi, langkah-langkah teknik pengelompokan kata, media gambar , dan teknik pengelompokan kata dan media gambar dalam pembelajaran
menulis puisi.
2.2.1 Hakikat Puisi
Sampai sekarang belum ada definisi yang tepat mengenai puisi. Namun untuk memahami dan menyimpulkan makna puisi, maka perlu mengetahui
batasan-batasan mengenai puisi dan hal-hal yang membedakan puisi dengan karya sastra lain.
Secara teoretis, ada berbagai batasan tentang hakikat puisi yang dirumuskan orang, di antaranya terdapat perbedaan dan persamaan. Akan tetapi,
kesepakatan yang mencakupi ragam dan corak puisi. Batasan yang sampai sekarang masih banyak diyakini orang adalah menyatakan bahwa puisi
merupakan karya yang terikat. Secara sederhana puisi dapat dirumuskan sebagai sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di
dalamnya. Mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya. Puisi diungkapkan
dengan teknik pilihan tertentu, sehingga mampu membangkitkan pengalaman dalam diri pembaca atau pendengarnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
pembicaraan terhadap puisi dan berbagai hal terkait dengan puisi dimulai dari dunia puisi itu sendiri. Artinya, dalam kaitan ini penting untuk dilihat tentang
puisi dan penyairnya. Puisi-puisi di dalamnya diungkapkan masalah yang berkenaan dengan puisi dan penyairnya. Hal yang ditampilkan puisi dengan
sarana bahasa, yakni keterkaitannya dengan objek, penyair, realitas, dan dengan audiens. Apapun yang menjadi titik tolak keterkaitannya tetap terdapat satu hal
yang mengikat yaitu bahasa dan maknanya. Puisi memang menggunakan kata-kata yang berbeda dengan kata sehari-
hari, terutama dalam hal strukturnya. Bahasa puisi seolah-olah memilki semacam tata bahasa khusus. Bahkan, tata bahasa dalam puisi kadang-kadang tampak
sangat menyimpang, apa lagi jika dilihat dari segi tata bahasa normatif. Penyimpangan - penyimpangan tersebut dilakukan demi pencapaian tujuan estetis.
Puisi adalah sebuah hasil karya sastra yang mewakili perasaan penulis dengan mengalami proses pemadatan kata namun mewakili semua perasaan
penulis Waluyo 2003:1. Karya sastra dengan bahasa dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias atau
imajinatif. Kata-kata terpilih agar memiliki kekuatan pengucapan. Karena itu, kata-kata dicarikan konotasi atau makna tambahannya dan dibuat bergaya dengan
bahasa figuratif. Badrun 1989:2 menyatakan bahwa puisi pada hakikatnya
mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Maksudnya sebuah puisi haruslah merupakan pengalaman yang
dibuat dengan mendramatisir pengalaman tersebut sehingga terciptalah sebuah kalimat yang sarat akan makna.
Menurut Jalil 1990:11 puisi merupakan pancaran kehidupan sosial, gejolak kejiwaan, dan segala aspek yang ditimbulkan oleh adanya interaksi baik
secara langsung maupun secara tidak langsung, secara sadar atau tidak dalam suatu masa atau periode tertentu. Hal ini diharapkan pembaca menjelajahi
berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapannya. Penulis berupaya memanipulasi hal-hal yang bertentangan dengan kode etik ilmiah akademik.
Menurut Wenthe 2008 sebuah puisi dikatakan baik jika telah mampu menyihir pembacanya. Proses pembuatan puisi memerlukan pemikiran yang
mendalam untuk menghasilkan sebuah karya yang menakjubkan. Keterampilan menemukan kata-kata yang tepat untuk dijadikan puisi perlu mendapatkan
perhatian lebih. Hudson dalam Aminudin 2004:134 mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi. Bahasa atau kata yang digunakan dalam puisi sangat berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.
Puisi lebih menggunakan bahasa atau kata-kata yang padat, tetapi maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakan adalah kata konotatif yang mengandung
banyak penafsiran dan pengertian E. Kosasih 2008: 31. Rani 1996:14 mengatakan bahwa puisi adalah suatu jenis sastra yang
selalu menggunakan bahasa yang padat, tepat, dan singkat namun mengandung nilai-nilai yang kuat. Bahasa padat atau singkat dan berkekuatan. Karena itu, salah
satu usaha penyair adalah memilih kata-kata yang memiliki persamaan bunyi. Kata-kata itu mewakili makna lebih luas dan banyak. Puisi adalah pendramaan
pengalaman yang bersifat penafsiran menafsirkan dalam bentuk bahasa berirama. Menurut Samuel Taylor Coleridge, puisi adalah kata-kata yang terindah
dalam susunan terindah. Menurut Caryle, puisi merupakan pemikiran yang bersifat musikal.
Menurut Wordsworth, pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan. Menurut Auden, puisi lebih merupakan pernyataan
perasaan yang bercampur-baur. Menurut Dunton, puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama.
Menurut Shelley, puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup kita Pradopo 1993: 5- 6.
Sayuti 1985: 3 secara sederhana puisi dapat dirumuskan sebagai “Sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi
di dalamnya, mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair. Pengalaman itu ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang
diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-
pendengarnya”. “Puisi merupakan ekspresi pengalaman batin atau jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui bahasa media yang
estetik, padu, dan utuh, serta dipadatkan kata-katanya dalam bentuk teks”. Zulfahnur 1997: 25. Puisi adalah sebuah genre sastra yang amat memperhatikan
pemeliharaan aspek kebahasaan sehingga tidak salah jika dikatakan bahwa puisi adalah bahasa yang “tersaring” penggunaannya. Artinya pemilihan bahasa itu
terutama aspek diksi, telah melewati seleksi ketat, dipertimbangkan dari berbagai sisi, baik yang menyangkut unsur bunyi, bentuk, dan makna yang kesemuanya
harus memenuhi persyaratan untuk memperoleh efek keindahan. Unsur kebahasaan itu merupakan unsur bentuk dalam puisi menentukan keberhasilan
sebuah puisi yang bersangkutan untuk menjadi puisi bernilai literer. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa puisi
merupakan karya sastra yang isinya ungkapan pikiran seorang penyair dengan menggunakan kata-kata yang dipadatkan. Puisi memiliki nilai yang kuat untuk
menunjukkan sebuah makna yang ada dalam puisi. Puisi adalah karya sastra yang isinya berupa ungkapan pikiran penyair dan menggunakan kata-kata yang padat
tetapi memiliki makna dalam. Keindahan puisi ditentukan oleh pilihan kata, rima, irama, dan majas. Kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh
pemadatan unsur bahasa. Bahasa atau kata yang digunakan dalam puisi sangat berbeda dengan bahasa yang digunakan sehari-hari.
2.2.2 Unsur Pembentuk Puisi