Berdasarkan pendapat para ahli tentang unsur pembentuk puisi dapat disimpulkan bahwa unsur pembentuk puisi terdiri atas unsur fisik dan unsur batin.
Unsur-unsur pembentuk puisi merupakan sebuah struktur yang tidak bisa berdiri sendiri. Seluruh unsur itu merupakan kesatuan dan menunjukkan hubungan
keterjalinan yang tidak dapat dipisahkan. Berikut adalah penjelasan unsur-unsur fisik
puisi.
a.Diksi pilihan kata
Diksi merupakan pilihan kata yang tepat dan menimbulkan suasana yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca, baik makna, susunan bunyinya,
maupun hubungan kata-katanya. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, maknanya mungkin lebih dari satu. Kata-kata yang dipilih penyair
dipertimbangkan betul dari berbagai aspek dan efek pengucapannya.Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa kali karena belum tepat mewakili pikiran dan
suara hati penyair. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih kata adalah makna kias, makna lambang, dan persamaaan bunyi.
Sayuti 1985:143 menyebutkan diksi sebagai salah satu unsur yang ikut membangun keberadaan puisi. Maksudnya pemilihan kata yang dilakukan oleh
penyair untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan yang bergejolak dan menggejala dalam dirinya. Peranan diksi dalam puisi sangat penting karena kata-
kata adalah segala-galanya. Dalam puisi penempatan kata-kata sangat penting artinya dalam rangka menumbuhkan suasana puitik yang akan membawa
pembaca kepada penikmatan dan pemahaman yang menyeluruh dan total.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat untuk menimbulkan suasana dan situasi yang ingin disampaikan
penulis kepada pembaca. Penggunaan diksi yang tepat sangat membantu penulis untuk menyampaikan sesuatu yang sedang dialami penulis. Kata-kata yang dipilih
dapat menumbuhkan suasana puitik dan membawa kepada pembaca untuk menikmatinya.
b. Pengimajian
Pengimajian pada hakikatnya sebuah cara untuk menampilkan suasana agar lebih konkret tentang sesuatu yang dirasakan penulis, dan pembaca dapat
memahami serta menikmati hasil tulisannya. Pengimajian atau citraan dapat dibedakan menjadi citraan pendengaran, penglihatan, penciuman, pencecapan,
perabaan, pikiran, dan gerak. Altenberd dalam Jabrohim, dkk 2003: 37 mengungkapkan bahwa citraan merupakan unsur penting dalam puisi karena
dayanya untuk menghadirkan gambaran yang konkret, khas, menggugah, dan mengesankan.
Alfiah dan Santosa 2009: 25 menyebutkan bahwa dengan pengimajian penggunaan kata atau susunan kata dapat memperjelas dan memperkonkret apa
yang dinyatakan oleh penyair. Dengan pengimajian seolah-olah apa yang digambarkan dapat dilihat, didengar, dan dirasakan. Waluyo 2003:10
menyebutkan pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat memperjelas atau memperkonkret apa yang dinyatakan oleh penyair. Melalui
pengimajian, apa yang digambarkan seolah-olah dapat dilihat, didengar, atau dirasa.
Dari pendapat beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa pengimajian pada hakikatnya sebuah cara untuk menampilkan suasana agar lebih konkret apa yang
dirasakan oleh penulis. Pengimajian dalam puisi bertujuan agar pembaca dapat memahami dan menikmati hasil tulisannya. Penulis harus mampu menampilkan
keadaan dalam puisinya agar pembaca dapat menangkap isi dari puisi tersebut. Bermacam-macam citraan tersebut kadang-kadang digunakan lebih dari satu
secara bersama-sama untuk memperkuat efek puitisnya.
c. Bahasa Figuratif