suatu puisi. Peranan tipografi dalam sebuah puisi untuk menampilkan aspek artistik visual, menciptakan nuansa makna dan suasana tertentu. Tipografi
berperan untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna yang ingin dikemukakan penulis.
Berdasarkan pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa tipografi merupakan bentuk wajah sebuah puisi. Tipografi untuk menciptakan suasana dan
makna sebuah puisi serta memiliki peran untuk menentukan kualitas puisi. Peran tipografi untuk menunjukkan adanya loncatan gagasan dan memperjelas makna
yang disampaikan penulis. Berikut penjelasan unsur batin puisi yang terdiri atas tema, perasaan,
nada, dan amanat.
a. Tema
Surana 1979: 85 tema adalah inti permasalahan dalam sebuah puisi yang membicarakan banyak hal. Pokok masalah atau tema biasanya tersembunyi dan
menjadi latar belakang suatu karya sastra. Tema dapat ditemukan setelah membaca karya secara keseluruhan. Sesuatu yang akan diungkapkan penyairnya
melalui puisi. Tema adalah peristiwa yang digambarkan penyair dalam puisi dan untuk meyakinkan pembaca. Tema merupakan ungkapan pikiran yang sedang
dirasakan penyair. Waluyo 2003:17 menjelaskan bahwa tema adalah gagasan pokok yang
dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak salah menafsirkan tema puisi
tersebut. Tema mengacu pada penyair. Karena itu, tema bersifat khusus, objektif, dan lugas.
Dari beberapa pendapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan atau ide serta pemikiran seorang penyair yang dituliskan dalam sebuah puisi. Tema selalu
mengacu pada penyair dan merupakan ungkapan pikiran yang sedang dirasakan oleh penyair. Dengan tema penyair berusaha meyakinkan kepada pembacanya.
b. Perasaan
Perasaan penyair melatarbelakangi terciptanya sebuah puisi. Penyair selalu berusaha agar apa yang terkandung dalam perasaan dan pikirannya dapat
terwakili. Ekspresi dapat berupa kegelisahan, pengagungan, atau kerinduan. Waluyo 2003: 39 Puisi mengungkapkan perasaan penyair. Nada dan
perasaan penyair dapat ditangkap kalau puisi itu dibaca keras dalam deklamasi. Membaca puisi dengan suara keras akan lebih membantu dalam menemukan
perasaan penyair. Perasaan melatarbelakangi terciptanya puisi tersebut. Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan gembira, sedih, terharu, tersinggung, patah
hati, sombong, cemburu, kesepian, takut, dan menyesal. Suharianto 1981: 46 mengemukakan bahwa puisi diumpamakan sebagai duta perasaan dan pikiran
penyair. Lewat puisi penulis selalu berusaha agar sesuatu yang terkandung dalam perasaan dan pikirannya dapat terwakili.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah puisi terkandung perasaan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Perasaan nantinya yang harus dirasakan oleh pembaca. Perasaan itu melatarbelakangi terciptanya puisi. Dengan puisi hal yang terkandung dalam
perasaan dan pikiran penyair akan terwakili. c. Nada
dan Suasana
Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap terhadap pembaca, antara lain mengejek, menyindir, menasihati, dan menggurui. Sikap penyair
kepada pembaca disebut nada puisi. Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca Waluyo 2003: 37. Dari sikap itu terciptalah suasana puisi. Suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada menimbulkan suasana tertentu terhadap pembacanya. Nada kritik dapat menimbulkan suasana penuh
pemberontakan bagi pembacanya, sedangkan puisi yang bernada duka akan menimbulkan suasana iba di hati pembacanya. Nada adalah sikap penyair kepada
pembaca seperti menggurui, menasihati, mengejek, menyindir atau bisa jadi bersikap lugas, hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca Jabrohim, dkk
2003: 67. Suharianto 1981: 61 mengemukakan bahwa nada setiap puisi berbeda, bergantung kepada suasana. Nada-nada tersebut dapat dinyatakan oleh
penyairnya dengan cara implisit maupun eksplisit.Terkadang kedua cara itu dipakai oleh penyair secara bergantian.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa nada merupakan sikap penyair baik secara implisit maupun eksplisit yang tertulis dalam puisinya. Nada
yang digunakan penyair bermacam-macam, misalnya nada menasihati, mengejek, atau pun menyindir. Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi
atau akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca. Nada dan suasana puisi saling berhubungan. Nada menimbulkan suasana tertentu terhadap
pembacanya.
d. Amanat