Kondisi Geografis Kondisi Sosial dan Ekonomi
55
Srimartani. Keberadaan pengrajin batu bata banyak terdapat di Desa Sitimulyo dan Srimulyo.
Industri kecil di Kecamatan Piyungan sebagian besar menghasilkan produk batu bata. Belum diketahui secara jelas sejak kapan masyarakat Piyungan mulai
memproduksi batu bata. Namun dalam kehidupan sehari-hari produksi batu bata ini telah dilakukan secara turun temurun. Produksi batu bata tersebut menambah
pendapatan setiap pengrajin batu bata yang juga merupakan petani. Batu bata yang diproduksi oleh masyarakat Piyungan adalah batu bata merah, yaitu batu bata yang
dibuat dari tanah liat dan campuran tanah yang dibakar menggunakan sekam padi sampai berwarna kemerah-merahan. Material ini memiliki permukaan dan warna
yang tidak menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan menggunakan morta campuran semen sebagai pengikat.
Tanah liat yang dipakai pengrajin didatangkan dari Kecamatan Wonosari karena bencana alam gempa bumi yang terjadi pada tahun 2006 merusak lahan tanah
liat milik warga Piyungan. Sementara sekam padi diambil dari petani setempat ataupun dari daerah lain seperti Banguntapan dan Kulon Progo.
Harga satu buah batu bata hanya berkisar Rp 500,00. Harga batu bata cuku murah dikarenakan seiring perkembangan teknologi, penggunaan batu bata semakin
menurun. Penetapan harga batu bata diambil berdasarkan biaya produksi pembuatan batu bata. Terdapat kesamaan harga di antara pengrajin batu bata. Upah buruh yang
diberikan untuk pembuatan 1.000 batu bata adalah Rp 80.000 dengan waktu bekerja PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
enam jam, yaitu pukul 07.00 – 10.00 dilanjutkan dari pukul 13.00 – 16.00. Harga batu
bata fluktuatif tergantung pada musim. Jika musim penghujan, harga batu bata relatif mahal karena penambahan waktu produksi. Jika terjadi permintaan yang melonjak,
para pengrajin batu bata biasanya menaikkan harga batu bata karena keterbatasan bahan baku.