Strategi pengembangan usaha kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata berdasarkan analisis SWOT : kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

(1)

viii ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) Adhe Anggreini

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.

Kata kunci: profil industri, sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi, modal, pemasaran, strategi pengembangan, analisis SWOT.


(2)

ix ABSTRACT

SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of

Yogyakarta) Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University

2016

This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.

This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.

The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business. Keywords: industry profile, human resources, natural resources, technology, capital, marketing, development strategy, SWOT analysis.


(3)

i

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH

SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA

BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Adhe Anggreini Saragi NIM : 111324033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibunda Tercinta

Narsumiati Sitohang, S.Pd

.

Kupersembahkan karya ini untuk almamaterku :

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(7)

v

MOTO

Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90 : 12)

Allah tidak melihat seberapa fasih kita berdoa, DIA lebih tertarik dengan hati kita.

Tujukan harapan pada Allah karena sumber pertolongan datang dari NYA.


(8)

vi

LEMBAR KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana mestinya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Agustus 2016 Penulis


(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Adhe Anggreini Saragi

Nomor Mahasiswa : 111324033

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernayataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 31 Agustus 2015 Yang menyatakan


(10)

viii ABSTRAK

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT

(Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) Adhe Anggreini

Universitas Sanata Dharma 2016

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; 2) mendeskripsikan kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan; dan 3) mendeskripsikan strategi pengembangan keberadaan industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Piyungan pada tanggal 25 April – 20 Juli 2016. Subjek penelitian ini adalah pengusaha industri kerajinan batu bata dengan sampel sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yaitu deskriptif kualitatif. Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan kuesioner.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) mayoritas pengusaha pada industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah laki-laki dengan rentang usia 20 – 57 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP – SMA; 2) kondisi sumber daya alam, sumber daya manusia, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan adalah sebagai berikut: (a) sumber daya alam sebagai bahan baku dalam memproduksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (b) sumber daya manusia sebagai salah satu faktor produksi batu bata di Kecamatan Piyungan cukup tersedia; (c) teknologi yang digunakan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan cukup memadai; (d) modal yang dibutuhkan oleh industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan rendah; dan (e) daerah pemasaran hasil produksi industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan kurang luas yaitu sebagian besar hanya terbatas di D. I. Yogyakarta; serta 3) berdasarkan analisis SWOT, strategi yang dapat dilakukan untuk memberdayakan industri batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul adalah: (a) memperluas pasar sehingga barang lebih terkenal; (b) mengembangkan produk batu bata sejenis yang berkualitas; (c) memanfaatkan sumber daya manusia yang banyak untuk memproduksi batu bata; dan (d) memperbanyak modal untuk mengembangkan usaha.

Kata kunci: profil industri, sumber daya manusia, sumber daya alam, teknologi, modal, pemasaran, strategi pengembangan, analisis SWOT.


(11)

ix ABSTRACT

SWOT ANALYSIS OF DEVELOPMENT STRATEGY OF SMALL-TO-MEDIUM SCALE OF BRICK INDUSTRIES (A Case Study in Piyungan Subdistrict, Bantul District, Special Region of

Yogyakarta) Adhe Anggreini Saragi Sanata Dharma University

2016

This study aims to: 1) describe the profiles of small-to-medium scale of brick industries in Piyungan Subdistrict; 2) describe theirexisting conditions of natural resources, human resources, technology, capital, and marketing; and 3) describe their development strategies.

This research is essentially quantitative-descriptive. It was conducted in Piyungan Subdistrict from April 25 to July 20, 2016. The subject is small-to-medium scale of brick industries the respondents of which amount to 30 owners. The data were collected by observation, interviews and questionnaires.The data analysis technique is that of descriptive-qualitative.

The results of this study show that: 1) the majority of the owners of such industry in Piyungan Subdistrict were men of 20-57 years of age with junior-to-senior educational background; 2) the existing conditions of natural resources, human resources, technology, capital and marketing are described as follows: (a) the natural resources for raw materials are reasonably available; (b) the human resources are reasonably available; (c) the technologies utilized for such industry are reasonably adequate; (d) the capital needed to run such an industry is relatively low; (e) the marketing area is confined only to that of the Special Region of Yogyakarta; and 3) based on the SWOT analysis, the strategies which are potentially adopted to develop and empower such an industry are: (a) by expanding the marketing areasoutside the Special Region of Yogyakarta; (b) by producing similar but more qualified products; (c) by involving more human resources to increase production; and (d) by increasing the amount of the capital from available capital resources to develop their business. Keywords: industry profile, human resources, natural resources, technology, capital, marketing, development strategy, SWOT analysis.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah di Surgaatas berkat dan kasihnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “STRATEGI PENGEMBANGAN

USAHA KECIL MENENGAH SEKTOR INDUSTRI KERAJINAN BATU BATA BERDASARKAN ANALISIS SWOT (Kasus Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta),” Penulisan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Dra. Catharina Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan selaku Dosen Pembimbing I atas segala kesabaran, pengertian dan kasihnya membimbing, mendampingi dan mengarahkan dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.


(13)

xi

3. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing II atas segala kebaikan dan kasih dalam membimbing dan mengarahakan dari awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku dosen Pendidikan Ekonomi atas segala kasihnya dalam mengarahkan penyusunan skripsi.

5. Bapak Venantius Mardi Widyadmono, S.E., M.B.A. selaku dosen Manajemen dari Fakultas Ekonomi yang memberikan pengarahan, masukan, saran pada pembahasan skripsi.

6. Segenap dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma. 7. Bapak E. Sunarto atas bimbingan dalam penulisan abstrak untuk

skripsi ini.

8. BAPPEDA BANTUL selaku pemberi ijin lokasi penelitian yang sudah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Kecamatan Piyungan.

9. Kecamatan Piyungan, Desa Sitimulyo, Desa Srimulyo dan Desa Srimartani selaku tempat peneitian yang telah memberikan ijin untuk meneliti Pengusaha Batu Bata.

10.Segenap Pengusaha Batu Bata di Kecamatan Piyungan selaku sampel penelitian yang mau menyediakan waktu dan tenaganya untuk memngisi kuisioner penelitian.

11.Ibunda tercinta dan Bapak terkasih yang selalu mendukung dalam doa, memberikan semangat, nasehat dan serta kasih sayang dan kesabaran selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.


(14)

xii

12.Abang tersayang Andreas Wijayanto yang juga selalu memberikan motivasi dan menjadi tempat untuk curhat selama perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

13.Teman terkasih, Nanda Kurnia Putra yang selalu membantu dalam waktu dan doa untuk mendampingi dan memberikan semangat selama proses penulisan skripsi sampai selesai.

14.Sahabatku Isna dan Mila yang menemani hari-hari perkuliahan, memberikan semangat dalam perkuliahan maupun kehidupan pribadi. 15.Pakde terkasih, orang tua tergaul, teman terbaik Opa Eddie yang selalu

memberikan nasehat dan arahan dalam mengingatkan tanggung jawab sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik

16.Parangtritis on The Remix yang selalu bekerjasama dengan ND DJ Entertainment sehingga biaya skripsi ini mampu tertalangi dengan baik.

17.Guru, kakak terbaik dan teman terkasih DJ Monocrome dan DJ Ryandika yang selalu menasehati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

18.Segenap Kru DJ dan Studio yang terkait memberikan waktu dan pengertiannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

19.Pak Nuno, Om Nico, Bung Anton yang selalu mensupport karier dan selalu mengigatkan tanggung jawab skripsi.


(15)

xiii

Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis membutuhkan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

Yogyakarta, 32 Agustus 2016 Penulis


(16)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8


(17)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional ... 10

B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal ... 15

1. Sumber Daya Alam ... 22

2. Sumber Daya Manusia ... 22

3. Permodalan ... 23

4. Pemasaran ... 24

5. Teknologi ... 25

C. Strategi Pengembangan ... 26

D. Penelitian Sebelumnya ... 30

E. Kerangka Berfikir... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 33

A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

D. Populasi, Sample dan Teknik Penarikan Sample ... 34

E. Defenisi Operasional ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Analisis Data ... 39

H. Analisis SWOT ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 54

A. Kondisi Geografis ... 54


(18)

xvi

C. Proses Pembuatan Batu Bata ... 56

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Profil UKM industri kerajinan Batu bata di Kecamatan Piyungan ... 58

B. Kondisi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Mannusia, Teknologi, Permodalan dan Pemasaran Pada UKM Industri Kerajinan Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 59

C. Analisis SWOT untuk Menentukan Strategi Pengembangan Industri Kecil Batu Bata di Kecamatan Piyungan ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

C. Batasan Penelitian ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1Perkembangan UMKM 2005-2012 ... 4

Tabel 2.1 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Jumlah Unit Usaha Tahun 2012 – 2013... 13

Tabel 2.2 Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Berdasarkan Tenaga Kerja Tahun 2012 - 2013 ... 14

Tabel 3.1 Interval Kelas Sumber Daya Alam ... 41

Tabel 3.2 Interval Kelas Pemasaran ... 42

Tabel 3.3 Interval Kelas Sumber Daya Manusia ... 43

Tabel 3.4 Interval Kelas Teknologi ... 44

Tabel 3.5 Interval Kelas Permodalan ... 46

Tabel 3.6 Tabel EFAS dan IFAS ... 49

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Penelitian ... 58

Tabel 5.2 Frekuensi Kelas Sumber Daya Alam ... 59

Tabel 5.3 Frekuensi Kelas Pemasaran ... 60

Tabel 5.4 Frekuensi Kelas SDM ... 61

Tabel 5.5 Frekuensi Kelas Teknologi ... 62

Tabel 5.6 Frekuensi Kelas Permodalan ... 63

Tabel 5.7 IFAS ... 64

Tabel 5.8 EFAS ... 68


(20)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Internal – Eksternal Matrik ... 52 Gambar 5.1 Kondisi Internal – Eksternal Matrik ... 70


(21)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner. ... 83 Lampiran 2. Hasil Kuisioner ... 89 Lampiran 3.Surat Penelitian. ... 105


(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan setiap negara sebab adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi menunjukkan kesejahteraan yang tercermin pada peningkatan output perkapita serta diikuti dengan daya beli masyarakat yang semakin menignkat (Yunan, 2009). Pertumbuhan ekonomi merupakan pekerjaan yang berkesinambungan. Melalui pertumbuhan ekonomi sebuah negara dapat mengubah kondisi perekonomiannya menjadi lebih baik dalam suatu periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi ditandai dengan bertumbuhnya sektor ekonomi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi memerlukan periode jangka panjang. Negara akan mengalami perubahan yang sangat esensial terutama dalam struktur ekonomi negara tersebut. Perubahan itu dari ekonomi tradisional yang menitikberatkan pada sektor pertanian ke sektor ekonomi modern yang didominasi oleh sektor industri sebagai mesin utama pembangunan. Perubahan struktur ekonomi mencakup pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri, atau yang disebut dengan industrialisasi. Proses perubahan tersebut melingkupi struktur industri dari waktu ke waktu (dalam jangka


(23)

panjang). Struktur ekonomi industri ditandai dengan semakin beragamnya jenis atau kelompok barang dilihat dari sifat penggunaannya, jenis kandungan inputnya atau orientasi pasar.

Industrialisasi merupakan salah satu proses kunci dalam perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan terjadinya keseimbangan proses interaksi antara pengembangan teknologi, inovasi, spesialisasi produksi, dan perdagangan antar negara dengan peningkatan pendapatan masyarakat (Arlini, 2006: 3). Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional baik di negara, provinsi maupun daerah. Kontribusi sektor industri terhadap pembangunan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kontribusi yang signifikan. Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi nasional dapat ditelusuri dari kontribusi masing-masing subsektor terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional atau terhadap Produk Domestik Bruto.

Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added creation) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan (Anwar, Yunita & Wulan, 2007: 4). Salah satu pemegang peran penting dalam perekonomian Indonesia adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM), biasanya diikuti maupun ditinjau dari segi penciptaan lapangan kerja. Pentingnya UKM lebih dikaitkan dengan


(24)

upaya pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah ekonomi maupun sosial, yaitu menyediakan lapangan pekerjaan, pemberantasan kemiskinan, pemerataan pendapatan. UKM di Indonesia digambarkan sebagai kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern.

Pertumbuhan UMKM pada tahun 2005 - 2012 menjelaskan peran UMKM mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional. Bila dilihat dari tahun 2005, pertumbuhan data jumlah UMKM mencapai 5% dan pada tahun 2012, pertumbuhan tersebut meningkat sebanyak 2%. Pertumbuhan UMKM dan kontribusinya dalam menyerap tenaga kerja secara rinci dapat dilihat dari tabel di bawah ini.


(25)

(26)

Berdasarkan data pada tabel diatas pertumbuhan sumbangan PDB UKM pada tahun 2005 yaitu sebanyak 5,97% dan pada tahun 2012 meningkat sebanyak 9,9%. Pertumbuhan nilai ekspor UMKM pada tahun 2012 meningkat 11%. Hal tersebut menunjukan bahwa UMKM semakin berkembang dalam perekonomian nasional.

Di Kecamatan Piyungan Usaha Kecil Menengah cukup berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian daerah dan salah satunya adalah UKM Batu Bata. Kecamatan Piyungan adalah salah satu kecamatan dari Kabupaten Bantul yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penduduk Kecamatan Piyungan mayoritas adalah petani dan pengrajin batu bata. Kecamatan Piyungan merupakan salah satu sentra kerajinan batu bata. Batu bata telah digunakan sejak dahulu. Belum diketahui dengan pasti sejak kapan batu bata mulai dijadikan salah satu kerajinan khas setempat. Kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan adalah UKM yang sangat berpengaruh dalam pendapatan. Masyarakat setempat dari dahulu sampai sekarang menggunakan batu bata sebagai bahan dasar bangunan. Ada beberapa jenis batu bata yaitu batu bata merah, batako, bata ringan dan bataton.

Berdasarkan prasurvey lapangan, pengrajin batu bata di Kecamatan Piyungan mayoritas membuat batu bata merah tanah liat. Batu bata merah tanah liat adalah jenis pengisi dinding yang paling banyak digunakan baik pada bangunan lama maupun bangunan modern. Material yang memiliki warna dan tekstur permukaan yang sembarang sering digunakan untuk mengisi dinding yang nantinya masih membutuhkan finishing berupa lapisan


(27)

plester dan pengecatan. Material tersebut terbuat dari tanah liat yang dicetak kemudian dibakar dengan suhu tinggi sehingga menjadi benar-benar kering, mengeras dan berwarna kemerah-merahan. Tanah yang digunakan adalah tanah liat sehingga bisa menyatu saat proses pencetakan.

Material ini masih banyak diminati karena terbukti awet, kuat, murah dan mudah didapatkan. Selain itu kelebihan bata merah adalah membuat ruangan di dalam rumah lebih sejuk, tidak mudah retak, dan tahan api. Tetapi kekurangan material ini adalah berat sehingga membebani struktur penopang, membutuhkan banyak perekat sehingga agak boros, karena bentuknya tidak seragam sehingga sulit memasangnya dengan rapi.

Saat ini produksi batu bata merah tanah liat sulit berkembang yang ditunjukkan dari menurunkan jumlah produksi batu bata merah. Berdasarkan prasurvey lapangan yang dilakukan terdapat beberapa masalah mendasar yang menyebabkan industri kecil batu bata kesulitan untuk berkembang antara lain disebabkan oleh permasalahan dari segi SDM yaitu masih rendahnya kualitas SDM pelaku industri. Contoh lain dalam manajemen adalah tidak adanya pembukuan dalam usaha. Permasalahan dalam permodalan juga merupakan salah satu kendala yang dihadapi oleh sebagian pengusaha batu bata. Modal yang dimiliki para pengusaha masih kecil, di samping itu sebagian dari mereka mengaku mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman modal, sehingga untuk mengembangkan usahanya masih mengalami beberapa kesulitan dan permasalahan dalam teknologi yaitu masih terbatasnya kepemilikan teknologi tepat guna yang digunakan


(28)

untuk proses produksi sehingga sebagian besar masih menggunakan alat yang tradisional contohnya dalam mengaduk tanah liat dengan tanah biasa masih memakai cara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia sehingga produksinya pun masih kurang efisien. Dalam bidang pemasaran, proses pemasaran masih bersifat tradisional yaitu para pembeli datang langsung. Proses produksi didasarkan pada jumlah pesanan yang ada. Hal ini tentu saja merugikan para pengusaha karena kebanyakan yang datang adalah para tengkulak yang akan menjual lagi barang tersebut yang tentunya dengan harga yang lebih mahal. Faktor lain yang termasuk dalam segi pemasaran yang dihadapi pengrajin UMK batu bata ini adalah kemajuan jaman yang menjadikan semakin banyaknya produk saingan batu bata sejenis seperti batako dan batato yang harganya lebih terjangkau masyarakat. Bermunculnya material saingan tersebut menyebabkan banyaknya konsumen memilih material subsitusi batu bata merah tanah liat dalam pembuatan bangunan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga ada 5 faktor yang mempengaruhi kelangsungan usaha industri kerajinann batu bata, yaitu: SDA, SDM, teknologi, modal dan pemasaran. Oleh karena itu peneliti ingin menguji lebih lanjut mengenai kelima unsur tersebut dalam kaitannya dengan perumusan strategi pengembangan bagi industri kerajinan batu bata.

Dibutuhkan kebijakan mengenai strategi pengembangan oleh pengrajin UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan usaha batu bata. Fokus dalam penelitian ini ditujukan untuk mengamati bagaimana


(29)

strategi pengembangan UMK yang harus dilakukan, khususnya bagi pengrajin UMK batu bata di Kecamatan Piyungan. Untuk mengidentifikasi karakteristiknya digunakan teori SWOT. Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan apakah informasi tersebut dapat memberikan arah bagi UMKM dalam mencapai tujuannya atau memberikan indikasi tentang rintangan yang harus dihadapi atau diminimalkan untuk memenuhi pemasukan yang diinginkan. Analisis SWOT dilakukan agar pengrajin UMK batu bata memiliki strategi atau langkah-langkah yang dapat mengembangkan usaha tersebut karena usaha produksi batu bata bersifat stagnan.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam bagian latar belakang, maka rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran profil usaha kerajinan batu bata di Kecamatan

Piyungan?

2. Bagaimana kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan?

3. Bagaimana strategi pengembangan keberadaan usaha kerajinan Batu Bata di Kecamatan Piyungan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:


(30)

1. Untuk mengetahui gambaran profil industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

2. Untuk mengetahui kondisi SDA, SDM, teknologi, permodalan dan pemasaran industri kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan. 3. Untuk mengetahui gambaran strategi pengembangan keberadaan industri

kecil kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungan.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Pengrajin UMK batu bata

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi bagi pengrajin UMK batu bata dalam mempertahankan dan mengembangkan produksinya.

2. Pemerintah Kecamatan Piyungan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran atau rekomendasi untuk pengambilan kebijakan mengenai para pengrajin UMK batu bata di Kecamatan Piyungan Daerah Istimewa Yogyakarta terutama kebijakan untuk mengembangkan usaha kerajinan batu bata.

3. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan pembanding bagi peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian atau riset mengenai analisis strategi perusahaan menggunakan metode SWOT.


(31)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum memasuki definisi industri kecil, lebih dahulu mengetahui defenisi industri. Secara umum industri dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Hasil dari industri tidak hanya berupa barang melainkan juga ada dalam bentuk jasa. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini. Pembahasan ini menjadi panduan dalam memahami dan memecahkan permasalahan yang ada. Hal utama yang dijelaskan dalam bab ini adalah definisi industri kecil, strategi bertahan dan strategi pengembangan.

A. Peran UMKM dalam Perekonomian Nasional

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS, 2013), industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling).

Jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan


(32)

sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa, misalnya perusahaan penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan balas jasa tertentu (Badan Pusat Statistik, 2016).

Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut. Industri Kecil adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 5 - 19 orang. Industri Mikro adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya antara 1 - 4 orang. Penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan mesin tenaga atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu (Badan Pusat Statistik, 2016).

Menurut UU Republik Indonesia No. 22 Tahun 2008, pada tanggal 4 Juli 2008 telah ditetapkan Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Definisi UMKM yang disampaikan oleh Undang-undang ini juga berbeda dengan definisi di atas. Menurut UU No 20 Tahun 2008 ini, yang disebut dengan Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan


(33)

tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: (1) kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000. 000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

UMKM memiliki beberapa peranan yaitu; (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) menyerap tenaga kerja cukup banyak, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) menjadi ketahanan ekonomi serta (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor non migas.

Dalam menjelaskan peranan UMKM sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor dapat dilihat dari data dalam tabel dibawah ini.


(34)

Tabel 2.1 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN

JUMLAH UNIT USAHA TAHUN 2012 - 2013

NO INDIKATOR SATUAN

TAHUN 2012 ** TAHUN 2013 ***

PERKEMBANG-AN TAHUN 2012-2013

JUMLAH PANGSA (%) JUMLAH

PANGSA

(%) JUMLAH (%)

-1 -2 -3 -6 -7 -8 -9 -10 -11

1.

UNIT USAHA

(A+B) (Unit) 56. 539. 560 57. 900. 787 1. 361. 227 2,41

1.

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) (Unit) 56. 534. 592 99,99 57. 895. 721 99,99 1. 361. 129 2,41

- Usaha Mikro

(UMi) (Unit) 55. 856. 176 98,79 57. 189. 393 98,77 1. 333. 217 2,39

- Usaha Kecil

(UK) (Unit) 629. 418 1,11 654. 222 1,13 24. 803 3,94

- Usaha

Menengah(UM) (Unit) 48. 997 0,09 52. 106 0,09 3. 11 6,35

B. Usaha

Besar (UB) (Unit) 4. 968 0,01 5. 066 0,01 98 1,97 Sumber: DEPKOP UMKM 2016

Gambaran perkembangan UMKM tahun 2012 -2013 memberikan perbandingan jumlah usaha mikro mencapai 2,39%, jumlah usaha kecil 3,94% dan usaha menengah 6,35%. Posisi usaha kecil sendiri menempati penyumbang yang lebih besar dibanding usaha besar yang mencapai 1,97%. Berdasarkan tabel diatas terlihat jelas bahwa UMKM menyumbang 2,41% dan berdasarkan data tersebut, UMKM berkedudukan sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi dibandingkan dengan usaha besar.

Peranan UMKM dalam penyerapan tenaga dapat dijelaskan melalui tabel dibawah ini


(35)

Tabel 2.2 PERKEMBANGAN DATA USAHA MIKRO, KECIL, MENENGAH (UMKM) DAN USAHA BESAR (UB) BERDASARKAN

TENAGA KERJA TAHUN 2012 - 2013

N

O INDIKATOR SATUAN TAHUN 2012 **)

TAHUN 2013 ***) PERKEMBANG-AN TAHUN 2012-2013 JUMLAH SA (%) PANG JUMLAH SA (%) PANG JUMLAH (%)

-1 -2 -3 -6 -7 -8 -9 -10 -11

2

TENAGA KERJA

(A+B) (Orang) 110. 808. 154 117. 681. 244 6. 873. 090 6,20 A. Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) (Orang) 107. 657. 509 97,16 114. 144. 082 96,99 6. 486. 573 6,03 - Usaha Mikro

(UMi) (Orang) 99. 859. 517 90,12 104. 624. 466 88,90 4. 764. 949 4,77

- Usaha Kecil

(UK) (Orang) 4. 535. 970 4,09 5. 570. 231 4,73 1. 034. 262 22,80

- Usaha Menengah(UM

) (Orang) 3. 262. 023 2,94 3. 949. 385 3,36 687. 363 21,07

B. Usaha

Besar (UB) (Orang) 3. 150. 645 2,84 3. 537. 162 3,01 386. 517 12,27 Sumber: DEPKOP UMKM 2016

Berdasarkan data diatas, Perkembangan UMKM tahun menyerap tenaga kerja terbanyak, yaitu 114.144.082 orang atau 96,99% dari total tenaga kerja di Indonesia dengan perbandingan di tahun 2012, peningkatan penyerapan tenaga kerja meningkat 6,03%. Berdasarkan data diatas, penyerapan tenaga kerja pada tahun terbanyak oleh unit usaha mikro yang berjumlah 104.624.466 orang atau 88,90% dari total tenaga kerja di Indonesia dengan jumlah peningkatan 4,77% dari tahun 2012 - 2013. Dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap oleh UKMK diharapkan mampu meningkatkan pendapatan perkapita dan sekaligus meningkatkan pemerataan pendapatan masyarakat, sehingga upaya untuk menurunkan tingkat kemiskinan dapat tercapai.Selain itu, sektor kegiatan ekonomi lokal dengan berbasis sumber


(36)

daya lokal menjadi berkembang, sehingga perekonomian daerah dapat berkembang.

Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang menyertai pembangunan ekonomi, sehingga dapat tercapai kesejateraan masyarakat. Salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan ekonomi di Indonesia adalah dengan dikembangkannya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). UMKM umumnya berbasis pada sumber daya ekonomi lokal. Dengan UMKM, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga mampu menumbuhkan perekonomian nasional dalam jangka panjang. Pemberdayaan UMKM terhadap masyarakat mampu menghadapi krisis ekonomi yang terjadi dan masyarakat mampu mandiri untuk mengurangi ketergantungan pada pihak luar, sehingga tidak tergantung dari impor.

B. Perkembangan UMKM Berbasis Budaya Lokal

Secara umum, karakteristik UMKM di Indonesia kebanyakan berbentuk industri mikro yang beroperasi pada level rumahan atau berbasis budaya lokal dengan teknologi rendah dan tenaga kerja yang berpendapatan dan berkemampuan rendah (Dirlanudin, 2008: 47). Selain itu, industri UMKM dengan produk yang sama cenderung berkumpul di satu daerah (clustering) karena banyak kemudahan, seperti kemudahan distribusi barang dan pemasaran. Sumber modal dari UMKM berasal dari kredit dari bank, dana pribadi, campuran antara keduanya, atau sumber kredit informal lain.


(37)

Dalam hal pemasaran produk, UMKM cenderung bersifat lokal dengan penjualan utama terjadi secara langsung kepada konsumen di pasar tradisional lokal atau penjualan di toko-toko milik sendiri (Dirlanudin, 2008: 67). Penjualan yang bersifat lokal memberikan sumbangan dari hasil penjualan UMKM terhitung sangat besar untuk PDB Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa penetrasi produk UMKM masih kurang menyentuh konsumen di luar daerah keberadaan UMKM tersebut. Selain itu, pasar untuk produk UMKM juga mulai dipersempit oleh keberadaan produk luar negeri dan produk usaha besar yang memiliki harga yang lebih murah sehingga lebih diminati konsumen. Produk-produk tersebut juga sudah mulai memasuki pasar-pasar tradisional di daerah yang terpencil akibat dari pembangunan jaringan transportasi yang lebih baik dari daerah urban ke daerah rural.

Industri kecil telah terbukti tahan terhadap gejolak pasang surut perekonomian global. Namun demikian, dalam proses usahanya industri kecil di Indonesia banyak menghadapi berbagai masalah seperti dalam proses produksi dimana dipengaruhi oleh faktor-faktor produksi seperti SDA, SDM, modal, teknologi dan masalah pemasaran. Hamid dan Sri Susilo (2011: 45-55) meneliti mengenai strategi pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan menyusun strategi yang operasional dan tepat untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Profil UMKM juga perlu dikenali dan dianalisis. Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder. Data diperoleh dari survey lapangan,


(38)

sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber publikasi. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan deskriptif. Berkaitan dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh UMKM, ada beberapa strategi untuk mengatasinya. Pengembangan UMKM tidak hanya oleh UMKM saja, tetapi juga harus didukung semua stakeholder. Dukungan diharapkan datang dari asosiasi bisnis, perguruan tinggi, dan instansi terkait di kabupaten/kota di DIY. Kebijakan pemerintah juga diperlakukan untuk mendorong pengembangan UMKM.

Pengembangan usaha kecil menghadapi berbagai kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan sumberdaya manusia mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu menjalankan usahanya dengan baik. Seperti kelemahan dalam memperoleh peluang pasar dan memperbesar pangsa pasar, kelemahan dalam struktur permodalan dan keterbatasan untuk memperoleh jalur terhadap sumber-sumber permodalan, kelemahan di bidang organisasi dan manajemen sumber-sumber daya manusia, keterbatasan kerjasama antar pengusaha kecil, iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang saling mematikan, pembinaan yang dilakukan masih kurang terpadu dan kurangnya kepercayaan serta kepedulian masyarakat terhadap usaha kecil (Kuncoro, 2007: 368).

Berdasarkan pasal 14 UU No. 9/1995 upaya-upaya pengembangan usaha kecil tentang usaha kecil (Anoraga, 2002: 229), dirumuskan bahwa Pemerintah, dunia usaha dan masyarakat melakukan pembinaan dan


(39)

pengembangan usaha kecil dalam bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia dan teknologi.

Susilo dan Krisnadewara (2007: 271-280) menyatakan bahwa, berdasarkan hasil riset yang mereka lakukan tentang strategi bertahan industri pasca gempa di Yogyakarta, strategi yang bisa diterapkan untuk pengembanga UKM adalah berproduksi dengan fasilitas/peralatan terbatas, berproduksi dengan jumlah bahan baku terbatas, berproduksi dengan jumlah tenaga kerja terbatas, berproduksi dengan modal finansial terbatas, membuka shoow-room/outlet, melakukan usaha sampingan. Rekomendasi dari hasil kajian ini berkaitan dengan upaya percepatan pemulihan kembali untuk berusaha adalah dengan melakukan kegiatan produksi kembali yang menekankan pada tambahan modal. Dengan tambahan modal maka berbagai keterbatasan dalam kegiatan produksi dapat diatasi, sehingga kegiatan produksi akan lebih lancar sehingga dapat meningkatkan pendapatan.

Susilo dan Krisnadewara (2008: 271-280) melakukan kajian masalah dan kinerja industri kecil di Kabupaten Bantul Provinsi DIY. Survey dilakukan terhadap 100 pengusaha yang tergolong industri skala kecil dan menengah (IKM). Hasil kajian tersebut menjelaskan bahwa masalah utama yang dihadapi oleh pengusaha adalah ketidakmampuan memenuhi kewajiban finansial terhadap pihak lain dan keterbatasan untuk menambah modal. Masalah lain yang dihadapi adalah menurunnya hasil produksi dan pemasaran hasil produksi. Dengan indikator kinerja tingkat produksi maka sebagian besar unit usaha (65%) mengalami penurunan, sedangkan 23% produksinya tetap,


(40)

dan sebanyak 12% mengalami peningkatan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa para pengusaha pada skala UKM memiliki kerentanan yang tinggi terhadap berbagai sumber goncangan. Adanya bencana gempa bumi berdampak cukup besar terhadap kemampuan finansial perusahaan.

Tarigan dan Susilo (2008: 188 - 199) melakukan kajian masalah dan kinerja industri kecil pada industri kerajinan perak di Kota Yogyakarta. Dari hasil kajian tersebut dapat diberikan kesimpulan bahwa, pengusaha/pengrajin perak menghadapi permasalahan yang terkait dengan terganggunya kegiatan produksi karena adanya kerusakan bangunan serta prasarana produksi, terganggunya proses produksi menyebabkan berkurangnya jumlah produksi yang berimplikasi pada kemampuan melayani permintaan, dan penurunan permintaan pada gilirannya akan mengurangi pendapatan dan berimplikasi pada kemampuan memenuhi kewajiban finansial.

Menurut jurnal penelitian Yarnest dan Priyo (2013: 2), optimalisasi strategi pengembangan usaha keramik sebagai produk unggulan dan icon kota malang), pada awal mulanya usaha industri keramik merupakan usaha kecil-kecilan yang dirintis sejak tahun 1950-an. Industri kerajinan keramik ini membawa pengaruh bagi masyarakat pengrajin terutama dibidang ekonomi. Keramik Malang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas yang hanya bermula dari industri rumah tangga (home industry) yang dikelola secara sederhana oleh pengrajin. Karena banyaknya bahan baku yang tersedia dengan kualitas yang baik seperti kaolin, felspard, kuarsa, ballclay, dan didukung oleh peningkatan keterampilan yang dimiliki para pengrajin, maka


(41)

industri kecil keramik Malang dapat berkembang dengan pesat dan lebih

dikenal dengan “Keramik Dinoyo”. Sentra Keramik Dinoyo merupakan salah

satu UKM yang bergerak di bidang industri keramik yang memiliki ciri khas dan menjadi salah satu ikon Kota Malang.

Menurut Priyono (2004), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Dalam kerangka pikiran itu, upaya memberdayakan masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong memotivasikan dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

Kedua, memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selaindari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu ada program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program-program umum yang berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.


(42)

Ketiga, memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi. Melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity) karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati, harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain. Dengan demikian, tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara sinambung. Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah tanggung jawab pemerintah. Akan tetapi, juga merupakan tanggung jawab masyarakat, terutama mereka yang telah lebih maju, karena telah terlebih dahulu memperoleh kesempatan bahkan mungkin memperoleh fasilitas yang tidak diperoleh kelompok masyarakat lain.

Pembinaan usaha kecil harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pengusaha kecil sebagai pengusaha menengah. Banyak hal yang menentukan berhasilnya perkembangan ekonomi. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Kapasitas produksi suatu perekonomian dapat dilihat dari fungsi produksi. Fungsi


(43)

produksi yaitu suatu hubungan antara input dan output. Input adalah barang-barang yang dipergunakan untuk menghasilkan barang-barang-barang-barang lain. Output adalah barang-barang yang dihasilkan dari kombinasi-kombinasi input tersebut.

Faktor produksi diartikan sebagai benda-benda yang disediakan oleh alam atau yang diciptakan oleh manusia yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Faktor produksi yang tersedia dalam perekonomian dibedakan menjadi empat jenis yaitu sumber daya alam, tenaga kerja, modal dan teknologi.

1. Sumber Daya Alam

Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sumber daya alam yang berasal dari tambang merupakan unsur sumber daya alam non hayati yaitu sumber daya alam yang dapat diusahakan kembali keberadaannya secara terus menerus. SDA tersebut memiliki beragam fungsi salah satunya adalah sebagai bahan dasar infrastruktur atau bangunan.

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang ada pada negara berkembang pada umumnya mempunyai kualitas yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat produktivitas tenaga kerja yang ada pada negara tersebut (Suryono, 2000: 83). Menurut UU No. 13, tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun kebutuhan masyarakat. Dalam


(44)

pelaksanaan pembangunan nasional, tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan nasional.

3. Permodalan

Modal dalam arti sempit adalah sejumlah nilai uang yang dipergunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha. Modal dalam pengertian umum mencakup benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin, alat-alat perkakas dan barang produktif lainnya untuk suatu kegiatan usaha (Sriyadi, 1991: 109). Sehubungan dengan kegiatan usaha (Sriyadi, 1991: 111), modal dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Modal Tetap (fixed capital), adalah semua benda-benda modal yang dipergunakan terus-menerus dalam jangka lama pada kegiatan produksi, seperti tanah, gedung, mesin, alat-alat perkakas, dsb.

b. Modal Bekerja (working capital), modal untuk mendapatkan operasi perusahaan seperti pembelian bahan dasar dan bahan habis pakai, membiayai upah dan gaji, membiayai pengiriman dan transportasi, biaya penjualan dan reklame, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.

Sumber modal yang mungkin digali oleh industri kecil antara lain dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu (Anoraga, 200: 267):

a. Sumber-sumber ekstern dapat terdiri dari pihak lain bukan bank, bank, modal venture (bentuk penyertaan modal yang bersifat sementara kedalam perusahaan pasangan usaha/PPU yang ingin mengembangkan usahanya, namun mengalami kesulitan dalam pendanaan).


(45)

b. Sumber-sumber intern terdiri dari: (1) Tabungan pribadi yaitu dana tabungan pemilik; (2) Laba yang ditahan yaitu dana yang diperoleh dari sisa laba yang tidak diambil perusahaan atau tidak dibagikan bagi koperasi.

4. Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses kegiatan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, politik, ekonomi dan manajerial. Tujuan fundamental dari pemasaran yaitu menambah peluang bisnis. Pemasaran merupakan prosessosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan dan menukarkan produk yang bernilai satu sama lain (Kottler, 2000: 19).

Menurut Rangkuti (2009: 49), unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama yaitu strategi persaingan, taktik pasar dan nilai pemasaran. Strategi persaingan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah; (2) Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki; (3) Positioning adalah penetapan posisi pasar. Taktik pasar terdapat dua unsur taktik pemasaran: (1) Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan atau diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain; (2) Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai


(46)

produk, harga, promosi dan tempat. Nilai pemasaran dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu: (1) Merk atau brand, nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan; (2) Pelayanan atau service, yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen; (3) Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap perusahaan terlibat dan memiliki rasa tanggungjawab dalam proses memuaskan konsumen, baiksecara langsung maupun tidak langsung.

5. Teknologi

Dalam arti biasa (sehari-hari) teknologi berarti suatu perubahan berarti dalam fungsi produksi yang nampak dalam teknis produksi yang ada (Irawan & Suparmoko, 2002: 196). Sedangkan yang dimaksud dengan perubahan teknologi adalah (technological change) adalah termasuk perubahan dalam fungsi produksi dalam suatu kegiatan tertentu yang dapat menambah hasildengan input tertentu. Perubahan teknologi ini menyebabkan tambahan produksi dengan sumber-sumber yang sama ataupun jumlah output yang sama tetapi dengan input yang lebih sedikit, atau mungkin pula berupa barang-barang yang baru yang punya kegunaan yang lebih banyak. Teknologi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya antara lain: teknologi modern atau teknologi maju, teknologimadya atau teknologi tepat, dan teknologi tradisional atau rendah.


(47)

C. Strategi Pengembangan

Menurut Chandler Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut (Rangkuti, 2002: 4). Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang bersangkutan sangat menentukan suksesnya strategi apa yang akan disusun.

Ada beberapa jenis strategi dalam sebuah perusahaan diantaranya adalah: (a) Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro, misalnya strategi pengembangan produk, penerapan harga, akuisisi, pengembangan pasar dan sebagainya; (b) Strategi investasi merupakan kegiatan yang berorientasi pada investasi, misalnya perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha melakukan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali divisi baru dan sebagainya; (c) Strategi bisnis, strategi ini secara fungsional karena strategi ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, produksi atau operasional, distribusi, dan strategi yang berhubungan dengan keuangan (Rangkuti, 2009: 7). Untuk menganalisis strategi tersebut terdapat banyak cara yaitu: Matriks TOWS atau Matriks SWOT, Matriks BCG, Matriks Internal Eksternal, Matriks SPACE, Matriks Grand Strategy (Rangkuti, 2006: 83).

Strategi pengembangan UMK yang diteliti adalah menggunakan Strategi pengembangan dengan teknik analisis Matriks SWOT. SWOT adalah


(48)

kombinasi antara strengths, weakneess, opportunities, dan threats (SWOT) . SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakneses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005: 46), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang dihadapi. Menurut David (2008: 8), semua organisasi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis.

Kekuatan/kelemahan internal digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang jelas menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David, 2005: 47) yaitu :

1. Kekuatan (Strenghts)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.

2. Kelemahan (Weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa fasilitas, sumber daya


(49)

keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.

3. Peluang (Opportunities)

Peluang adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.

4. Ancaman (Threats)

Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan.Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang sering digunakan adalah sebagai kerangka/panduan sistematis dalam diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi pertimbangan perusahaan.

Menurut Rangkuti (2006: 32), matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan internal yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan altenatif strategis.


(50)

Tabel 2.3 Matriks SWOT

IFAS Strengths (S) Weaknesses (W)

tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

EFAS

Strategi SO Strategi WO

Opportunities (O) tentukan 5-10 faktor peluang ekternal

ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Treaths (T) Strategi ST Strategi WT

tentukan 5-10 faktor ancaman ekternal

ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari

ancaman Sumber : Rangkuti (2006: 83)

Berikut ini adalah keterangan dari matriks SWOT diatas : 1. Strategi SO

Apabila didalam kajian terlihat peluang- peluang yang tersedia dan perusahaan juga memiliki posisi internal yang kuat, maka sektor tersebut dinilai memiliki keunggulan komparatif. Kondisi lingkungan yang terdapat di sekitarnya digunakan sebagai usaha dalam mempertahankan keunggulan komparatif tersebut. Strategi SO yaitu memanfaatkan kekuatan memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST

Kotak ini merupakan kajian yang mempertemukan interaksi antara ancaman atau tantangan dari luar yang diidentifikasikan untuk memperlunak ancaman atau tantangan tersebut dengan kekuatan yang terdapat dari lingkungan perusahaan yang nantinya diharapkan kekuatan akan mengubah ancaman menjadi sebuah peluang bagi pemberdayaan selanjutnya. Strategi ST yaitu pemanfaatan kekuatan untuk mengatasi ancaman dari luar.


(51)

3. Strategi WO

Kotak ini merupakan kajian yang dariberbagai peluang dan kekurangan yang ada. Peluang yang besar disiniakan dihadapi oleh kurangnya kemampuan sektor untuk mengungkapnya. Pertumbuhan harus dilakukan dengan hati-hati untuk memilih dan untuk menerima peluang tersebut, khususnya dikaitkan dengan potensi kawasan.Strategi WO yaitu pemanfaatan peluang untuk meminimalkan kelemahan.

4. Strategi WT

Merupakan tempat untuk menggali berbagai kelemahan yang akan dihadapi oleh sektor dalam perkembangannya. Hal ini dilihat dari pertemuan antara ancaman atau tantangan dari luar dengan kelemahan yang terdapat didalam kawasan. Strategi yang harus ditempuh adalah mengambil keputusan untuk mengendalikan kerugian yang akan dialami dengan membenahi sumberdaya internal yang ada. Strategi WT yaitu meminimalkan kelemahan serta menghindari ancaman.

D. Penelitian Sebelumnya

Berdasarkan penelitian sebelumnya dalam kasus strategi pengembangan industri Batik Tulis Lasem (Tahwin & Mahmudi 2013: 67), strategi pengembangan industri Batik Tulis Lasem digunakan sebagai upaya untuk mewujudkan agar industri batik tulis lasem menjadi kegiatan ekonomi yang memiliki nilai tambah dan berdaya saing tinggi, tidak hanya memiliki keunggulan komparatif melainkan juga keunggulan kompetitif.


(52)

sehingga mampu menembus pasar ekspor. Rumusan strategi pengembangan didasarkan kombinasi strategi matrik SWOT adalah strategi SO, yaitu menggunakan kekuatan (strength) yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang (opportunity) yang ada. Implementasi strategi ini adalah mengembangkan jaringan pemasaran dengan memanfaatkan networking serta mengembangkan quality control dan meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan teknologi modern.

Mengutip skripsi dari Arifah (2011), yang berjudul Strategi Pengembangan Industri Kecil Jamur Tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil industri kecil jamur tiram di Kecamatan Jambu yaitu ada sekitar 15 unit usaha industri kecil pengembang jamur tiram, yang tersebar di 4 desa yaitu Desa Gondoriyo, Desa Jambu, Desa Bedono dan Desa Genting. Kondisi sumber daya manusia (SDM) pada industri kecil jamur tiram dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar 66,7%, kondisi permodalan sebagian besar dalam kondisi tidak baik yaitu sebesar 66,6% dan kondisi pemasaran sebagian besar dalam kondisi kurang baik yaitu sebesar 53,4%. Kesimpulan dari penelitian adalah strategi yang diterapkan yaitu strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal, artinya strategi yang diterapkan lebih defensif, yaitu menghindari kehilangan penjualan dan kehilangan pendapatan.Saran yang diajukan untuk pemerintah daerah Kabupaten Semarang yaitu pemberian pelatihan dan pembinaan kepada para pengusaha pengembang jamur tiram tentang pengelolaan jamur tiram yang over produksi. Saran yang diajukan untuk pengusaha adalah pengelolaan


(53)

usaha dengan baik dan memenejemen keuangan usaha agar usaha pengembang jamur tiram dapat berkembang dengan baik.

E. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan berikut:

Industri Batu Bata Di Kecamatan

Keadaan yang ada di Industri Batu Bata: 1. SDA

2. SDM 3. Modal 4. Teknologi 5. Pemasaran

Analisis Industri

Faktor-faktor eksternal

Peluang dan ancaman

Faktor-faktor internal

Kekuatan dan kelemahan


(54)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan Strategi Pengembangan melalui variabel SDA, SDM, pemasaran, modal dan teknologi pada usaha kecil menengah sektor industri kerajinan batu bata di Kecamatan Piyungadengan metode analisis deskiriptif. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang bersifat menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta, situasi dan aktivitas dari objek yang diteliti dengan tujuan menggambarkan sifat tertentu yang tengah berlangsung pada riset dan memeriksa dari sebab-sebab suatu gejala tertentu (Husein, 2003: 87).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian ini adalah Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat tiga desa di kecamatan tersebut yaitu: Desa Sitimulyo, Srimulyo dan Srimartani.

2. Waktu penelitian ini dimulai dari 25 April 2016 – 20 Juli 2016.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek penelitian ini adalah pengrajin UMKM batu bata di Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Objek


(55)

penelitian ini adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan pemasaran.

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2011: 80), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpunlanya. Dalam penelitian ini, populasi tidak diketahui dan tidak ada informasi mengenai data sekundernya.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2011: 81). Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011: 90) ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah minimum 30 responden. Peneliti mengambil sampel minimum sebanyak 30 responden dengan pertimbangan jumlah populasi dalam penelitian tidak diketahui. 3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik sampel yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2000: 77). Teknik sampel yang digunakan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan


(56)

sampel dengan pertimbangan tertentu.Pertimbangan dalam penelitian ini adalah UKM telah berdiri minimal 10 tahun dengan alasan UKM telah teruji waktu dan tetap berdiri selama satu dekade.

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini, maka perlu definisi operasional sebagai berikut:

1. Strategi pengembangan adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar usahanya dapat berkembang baik dari jumlah produksi, kualitas, dan model serta modal usaha.

2. Sumber daya alam adalah adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang digunakan untuk membuat batu bata. Sumberdaya alam yang dipakai adalah tanah semak padi. Variabel SDA dalam penelitian ini dengan indikator sebagai berikut:

a. Sumber bahan baku b. Harga bahan baku c. Ketersediaan bahan baku

3. Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang mampu melakukan pekerjaan umtuk membuat batu bata. Variabel SDM dalam penelitian ini dengan indikator sebagai berikut:

a. Jumlah Tenaga Kerja b. Alokasi Waktu (HKO) c. Tingkat Pendidikan


(57)

d. Pelatihan tenaga kerja

4. Modal adalah benda-benda seperti tanah, gedung, mesin-mesin dan alat-alat perkakas dan barang produktif lainnya yang terdapat dalam kegiatan usaha serta sejumlah nilai uang yang digunakan dalam membelanjai semua keperluan usaha memproduksi batu bata. Variabel Permodalan dalam penelitian ini dengan indikator sebagai berikut:

a. Nilai Modal Kerja b. Sumber modal

5. Teknologi adalah kegiatan tertentu yang dapat menambah produksi batu bata dengan memakai barang-barang yang punya kegunaan yang lebih banyak. Variabel teknologi dalam penelitian ini dengan indikator sebagai berikut:

a. Lama Produksi

b. Teknologi yang digunakan c. Teknologi Tepat Guna

6. Pemasaran adalah proses kegiatan menciptakan dan menawarkan produk batu bata sehingga sampai ditangan konsumen atau menukarkan produk batu bata sehingga memiliki nilai jual. Variabel Pemasaran dalam penelitian ini dengan indikator sebagai berikut:

a. Daerah pemasaran b. Promosi

c. Unit yang terjual (output) d. Omset


(58)

e. Pesaing

7. Kekuatan (Strenghts) adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain yang memberikan keunggulan kompetitif pengusaha batu bata. di pasar.

8. Kelemahan (Weakness) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dappat berupa fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran yang tergolong menjadi kelemahan pengusaha pengrajin batu bata.

9. Peluang (Opportunities) adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan pengusaha batu bata. Kecenderungan–kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti banyaknya tenaga kerja yang tersedia dalam suau daerah tersebut.

10.Ancaman (Threats ) adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan pengusaha batu bata.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber informasi dalam hal ini objek penelitian atau sumber informasi lain yang mendukung


(59)

penelitian kemudian dikumpulkan, diolah dan disusun secara jelas. Data primer dalam penelitian ini adalah data mengenai jenis kelamin pengusaha, umur pengusaha, tingkat pendidikan pengusaha, ketersediaan sumber daya alam, pemasaran, sumber daya manusia, teknologi dan permodalan.

2. Sumber data

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan (1) observasi, (2) wawancara dan (3) kuisioner:

1. Observasi

Teknik observasi yaitu mengumpulkan sumber data berdasarkan pengamatan langsung terhadap subjek dan objek penelitian sehingga dapat diperoleh gambaran secara jelas hal yang akan diteliti.

2. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data dari responden. Wawancara digunakan secara lisan untuk memastikan subjek penelitian memenuhi persyaratan yaitu UKM telah berdiri selama sepuluh tahun.

3. Kuesioner

Teknik kuesioner digunakan untuk memperoleh data dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada responden secara tertulis yang harus dijawab oleh responden yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti. Pada tahap akhir pemberian pertanyaan berbentuk kuisioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara


(60)

memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab tentang masalah yang dibahas yaitu mengenai ketersediaan sumber daya alam, pemasaran, sumber daya manusia, teknologi dan permodalan. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berbentuk check list, pada setiap item soal disediakan 4 alternatif pilihan jawaban dengan skor masing-masing sebagai berikut:

1. Jawaban A dengan skor 4 2. Jawaban B dengan skor 3 3. Jawaban C dengan skor 2 4. Jawaban D dengan skor 1

G. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan mengenai profil dan kondisi SDA, SDM, teknologi, pemasaran dan modal pada industri kecil batu bata di Kecamatan Piyungan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk mengetahui secara kuantitatif yang berkaitan dengan keragaman data yang diperoleh dari responden, sementara pada analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjelaskan keragaman data tersebut. Langkah-langkah menggunakan rumus deskriptif persentase adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor maksimum dengan cara mengalikan skor tertinggi dengan jumlah butir pertanyaan.


(61)

2. Menghitung skor minimum dengan cara mengalikan skor terendah dengan jumlah butir pertanyaan.

3. Menentukan rentang interval dengan rumus sebagai berikut: Skor tertinggi – Skor terendah

=

Jumlah Kategori 4. Interval kelas

Berikut ini interval kelas untuk masing-masing variabel penelitian: 1. Sumber Daya Alam

a. Menghitung skor maksimum

= skor tertinggi x jumlah butir pertanyaan = 4 x 4

= 16

b. Menghitung skor minimum

= Skor terendah x jumlah butir pertanyaan = 1 x 4

= 4

c. Menentukan rentang interval Skor tertinggi – Skor terendah =

Jumlah Kategori 16 – 4

= 3 = 4


(62)

d. Interval kelas

Tabel 3.1 Kategori Deskriptif Sumber Daya Alam Interval Kategori

12 – 16 Tersedia 8 – 11 Cukup tersedia 4 – 7 Kurang tersedia Sumber : Anto Dajan (1991:11)

Sumber daya alam yang tersedia menunjukkan bahwa bahan baku mudah diperoleh, sangat murah dan tersedia dalam jumlah yang sangat banyak. Sumber daya alam yang cukup tersedia menunjukkan bahwa bahan baku cukup mudah diperoleh, cukup mahal dan tersedia dalam jumlah yang cukup banyak. Sumber daya alam yang kurang tersedia menunjukkan bahwa bahan baku tidak mudah diperoleh, mahal dan langka.

2. Pemasaran

a. Menghitung skor maksimum

= skor tertinggi x jumlah butir pertanyaan = 4 x 8

= 32

b. Menghitung skor minimum

= Skor terendah x jumlah butir pertanyaan = 1 x 8

= 8

c. Menentukan rentang interval Skor tertinggi – Skor terendah


(63)

=

Jumlah Kategori 32 – 8

= 3 = 8

d. Interval kelas

Tabel 3.2 Kategori Deskriptif Pemasaran Interval Kategori 24 – 32 Luas

16 – 23 Cukup luas 8 – 15 Kurang luas Sumber : Anto Dajan (1991:11)

Pemasaran dalam kategori luas menunjukkan bahwa pemasaran dilakukan di luar kecamatan, luar kabupaten bahkan luar kota (D.I.Yogyakarta, Klaten, Solo, Magelang) tidak ada kendala dalam memasarkan serta jumlah produksi banyak. Pemasaran dalam kategori cukup luas menunjukkan bahwa pemasaran dilakukan di D.I. Yogyakarta, terdapat beberapa kendala dalam memasarkan serta jumlah produksi tidak terlalu banyak. Pemasaran dalam kategori kurang luas menunjukkan bahwa pemasaran dilakukan hanya disekitar Kecamatan Piyungan, banyak kendala dalam memasarkan batu bata serta jumlah produksi sedikit.

3. Sumber Daya Manusia (Tenaga Kerja) a. Menghitung skor maksimum


(64)

= 4 x 10 = 40

b. Menghitung skor minimum

= Skor terendah x jumlah butir pertanyaan = 1 x 10

= 10

c. Menentukan rentang interval Skor tertinggi – Skor terendah =

Jumlah Kategori 40 – 10

= 3 = 10

d. Interval kelas

Tabel 3.3 Kategori Deskriptif Sumber Daya Manusia Interval Kategori

30 – 40 Tersedia 20 – 29 Cukup tersedia 10 – 19 Kurang tersedia Sumber : Anto Dajan (1991:11)

Sumber daya manusia tersedia menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja sangat banyak dan dalam mendapatkan kebutuhan tenaga kerja sangat mudah dan tenaga kerjanya murah. Sumber daya manusia cukup tersedia menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja cukup banyak dan dalam mendapatkan kebutuhan tenaga kerja cukup mudah. Sumber daya manusia kurang tersedia menunjukkan bahwa ketersediaan tenaga kerja


(65)

sangat sedikit dan dalam mendapatkan kebutuhan tenaga kerja tidak mudah.

4. Teknologi

a. Menghitung skor maksimum

= skor tertinggi x jumlah butir pertanyaan = 4 x 3

= 12

b. Menghitung skor minimum

= Skor terendah x jumlah butir pertanyaan = 1 x 3

= 3

c. Menentukan rentang interval Skor tertinggi – Skor terendah =

Jumlah Kategori 12 – 3

= 3 = 3

d. Interval kelas

Tabel 3.4 Kategori Deskriptif Teknologi Interval Kategori 9 – 12 Memadai 6– 8 Cukup memadai 3 – 5 Kurang memadai Sumber : Anto Dajan (1991:11)


(66)

Teknologi memadai menunjukkan bahwa dalam melakukan proses produksi semuanya menggunakan mesin modern dalam jumlah yang banyak. Teknologi cukup memadai menunjukkan bahwa dalam melakukan proses produksi menggunakan beberapa mesin atau alat tepat guna dalam cukup banyak. Teknologi kurang memadai menunjukkan bahwa dalam melakukan proses produksi belum menggunakan mesin dan menggunakan alat yang sangat sederhana.

5. Permodalan

a. Menghitung skor maksimum

= skor tertinggi x jumlah butir pertanyaan = 4 x 9

= 36

b. Menghitung skor minimum

= Skor terendah x jumlah butir pertanyaan = 1 x 9

= 9

c. Menentukan rentang interval Skor tertinggi – Skor terendah =

Jumlah Kategori 36 – 9

= 3


(67)

= 9

d. Interval kelas

Tabel 3.5 Kategori Deskriptif Permodalan Interval Kategori 27 – 36 Tinggi

18 – 26 Cukup tinggi 9 – 17 Rendah Sumber : Anto Dajan (1991:11)

Permodalan dalam kategori tinggi menunjukkan bahwa investasi pada usaha dalam jumlah yang besar dan perolehan modal dari kredit usaha rakyat, bank, modal pribadi, bantuan pemerintah dan bantuan keluarga. Permodalan dalam kategori cukup tinggi menunjukkan bahwa investasi pada usaha dalam jumlah yang cukup besar yaitu menggunakan modal pribadi dan bantuan keluarga. Permodalan dalam kategori rendah menunjukkan bahwa investasi pada usaha dalam jumlah yang kecil yaitu menggunakan modal pribadi.

H. Analisis SWOT

Setelah mengumpulkan informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan pemberdayaan industri kecil batu-bata, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan informasi tersebut ke dalam rumusan strategi. Alat yang dipakai untuk menyusun strategi adalah matrik SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk mengetahui strategi apa yang digunakan setelah melihat kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki industri. Analisis SWOT adalah suatu alat manajemen untuk mengevaluasi internal dan eksternal


(68)

organisasi sehingga dapat memberikan informasi mengenai isu- isu penting bagi organisasi. Analisis SWOT dimulai dengan identifikasi aspek positif, yaitu strength (kekuatan) dan aspek negatif, yaitu weakness (kelemahan) dari internal organisasi. Sedangkan dari eksternal organisasi dilakukan identifikasi opportunities (peluang) dan threat (ancaman). Alat yang dipakai untuk menyusun strategi adalah matrik SWOT. Matrik tersebut menggambarkan secara jelas bagian peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Sebelum melakukan penyusunan strategi pada matrik SWOT diperlukan langkah-langkah analisis SWOT adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2006: 25-28):

1. Analisis IFAS

Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan analisis IFAS:

a. Melakukan identifikasi dan menuliskannya pada kolom 1, tentang kekuatan dan kelemahan dari pengrajin batu bata.

b. Menetapkan bobot dari masing-masing faktor kekuatan dengan angka 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (cukup penting), 1 (tidak penting) sedangkan kelemahan 1 (sangat penting), 2 (penting), 3 (cukup penting), 4 (tidak penting). Semakin besar bobotnya, maka semakin besar prioritas faktor tersebut bagi pengrajin batu bata.

c. Pada aspek kekuatan dan kelemahan menggunkan skala 0 – 1. Setiap aspek mendapatkan skor tertinggi sebanyak 0,5. Sehingga formulasi terbaiknya adalah 0,5 dibagi angka 10. Berikut adalah formulasi perhitungan pembobotan dan rating terbaik:


(1)

109


(2)

110


(3)

111


(4)

112


(5)

113


(6)

PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

( B A P P E D A )

Jln.Robert Wolter Monginsidi No. 1 Bantul 55711, Telp. 367533, Fax. (0274) 367796 Website: bappeda.bantulkab.go.id Webmail: ba~~eda@bantulkab.ao.id

Nomor:

070/Reg/

1810/S1/2016

Menunjuk Surat : Dari : Fakultas Keguruan dan Nomor : 138.2/FIKESIPU1/2016 llmu Pendidikan,

Universitas Sanata

Mengingat

Diizinkan kepada Nama

P.

T / Alamat

NIPINIMINo. KTP Nomor Telp./HP TernaIJudul Kegiatan Lokasi Waktu Dharma (USD)

Tanggal 19 April 2016 Perihal : Permohonan ljin Penelitian a. Peraturan Daerah Nornor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Oganisasi

Lembaga Teknis Daerah Di Lingkungan Pernerintah Kabupaten Bantu sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Oganisasi Lembaga Teknis Daerah Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul:

b. Peraturan Gubernur Daerah Istirnewa Yogyakarta Nornor 18 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelayanan Perijinan, Rekomendasi Pelaksanaan Suwei, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Studi Lapangan di Daerah lstimewa Yogyakarta:

c. Peraturan Bupati Bantul Nomor 17 Tahun 2011 tentang ljin Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan Praktek Lapangan (PL) Perguruan Tinggi di Kabupaten Bantul~

A D H E A N G G R E I N I

F a k u l t a s

Keguruan dan

Ilmu

Pendidikan, Universitas

S a n a t a

Dharma

(USD)

Paingan, M a g u w o h a r j o ,

Depok,

Sleman, Y o g y a k a r t a 111324033

085743621556

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA K E C I L M E N E N G A H SEKTOR

INDUSTRI

K E W I N A N BATU-BATA (KASUS KECAMATAN PIYUNGAN, D I Y )

Desa Srimulyo,Desa Sitimulyo,Desa Srimartani Piyungan 20 A p r i l 2016 sld 20 J u l i 2016

D e n g a n

ketentuan sebagai berikut :

1. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut harus selaiu berkoord~nasi (rnenyampaikan maksud dan lujuarij dengan institusi Pemerintah Desa setempat serta dinas atau instansi terkait untuk mendapatkan petunjuk seperlunya:

2. Wajib menjaga ketertiban dan mematuhi peraturan perundangan yang berlaku; 3. lzin hanya digunakan untuk kegiatan sesuai izin yang diberikan:

4. Pemegang izin wajib melaporkan pelaksanaan kegiatan bentuk soncopy (CD) dan hardcopy kepada

Pemerintah Kabupaten Bantul c.q Bappeda Kabupaten Bantul setelah selesai melaksanakan kegiatan; 5. lzin dapat dibatalkan sewaktu-waklu apabila tidak memenuhi ketentuan tersebut di atas;

6. Memenuhi ketentuan, etika dan norma yang berlaku di lokasi kegiatan; dan

7. lzin ini tidak boleh disalahgunakan untuk tujuan tertentu yang dapat rnengganggu ketertiban umum dan kestabilan pemerintah.

Dikeluarkan di

:

B a

n

t

u I

Ternbusan disampaikan kepada Yth.

1.

Bupati Kab. Bantul (sebagai laporan)

2 . Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kab. Bantul

3.

Camat Piyungan

4. Lurah Desa Srimartani, Kec. Piyungan

5.

L ! ~ r a h Desa Srlmulyo, Kec. Piyungan 6:Lurah Desa Sitimulyo,

Kec.

Piyungan

Dekan Fakultas Ke ~~r~~~ dan llmu Pendidikan Universitds Sanata Dharma

1

&ang Bersanokuta ihhon)

114