e. Penetapan kadar genistein pada crude extract tempe
Crude extract tempe ditimbang sebanyak 0,5 g dan dilarutkan dalam labu
ukur 25 mL dengan pelarut ethanol p.a. Kemudian sebanyak sebanyak 500 µl diambil dari larutan stok crude extract dan dilarutkan dalam labu ukur
10 mL dengan pelarut ethanol p.a. Larutan sampel crude extract dibuat replikasi sebanyak tiga kali dan disaring dengan menggunakan membrane
filter. Data respon yang didapat pada analisis sampel ekstrak dimasukkan
ke dalam persamaan kurva baku untuk diketahui kadar dalam satuan ppm.
3. Pembuatan gel anti-aging ekstrak kedelai
a. Formulasi gel anti-aging
Pada pengamatan pengaruh penambahan peppermint oil terhadap permeasi genistein dari sediaan gel anti-aging digunakan variasi konsentrasi
peppermint oil dalam formulasi gel anti-aging sebagai berikut:
Bahan Formula I
Formula II Formula III Formula IV
Crude extract tempe
0,5 g 0,5 g
0,5 g 0,5 g
Carbopol
®
940 0,5 g
0,5 g 0,5 g
0,5 g Aquadest
28,35 g 28,10 g
27,85 g 27,35 g
Tween 80 15 g
15 g 15 g
15 g Propilenglikol
5 g 5 g
5 g 5 g
Benzalkonium klorida
0,05 g 0,05 g
0,05 g 0,05 g
Trietanolamin 0,6 g
0,6 g 0,6 g
0,6 g Peppermint oil
- 0,25 g
0,5 g 1 g
Total berat 50 g
50 g 50 g
50 g
b. Pembuatan gel anti-aging
Carbopol
®
940 dikembangkan dengan menggunakan sebagian aquadest dari formula selama 24 jam. Setelah serbuk Carbopol
®
terbasahi
dengan sempurna, trietanolamin dan benzalkonium klorida ditambahkan ke dalam kembangan Carbopol
®
kemudian dihomogenkan sampai merata menggunakan mixer. Crude extract kedelai yang dilarutkan dalam
propilenglikol, dan tween 80 ditambahkan ke dalam gel kemudian dihomogenkan dengan mixer selama 5 menit dengan kecepatan 40 rpm.
Peppermint oil ditambahkan kemudian dihomogenkan kembali dengan
mixer dengan kecepatan yang sama seperti sebelumnya selama 1 menit.
4. Uji Sifat Fisik
a. Uji Organoleptis dan pH
Uji Organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bentuk, dan bau dari sediaan gel anti-aging. Pengukuran pH dilakukan dengan
menggunakan indikator pH universal, yaitu dengan memasukkan indikator pH universal pH strips ke dalam gel anti-aging ekstrak kedelai yang
telah dibuat. Kemudian warna yang muncul pada kertas pH strips
dibandingkan dengan nilai pH pada kotak kemasan pH strips. b.
Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan satu kali setelah 48 jam pembuatan sediaan gel dengan menggunakan alat Viscotester Rion seri VT 04. Ukuran
rotor yang digunakan adalah 2. Data yang didapat kemudian dikonversi ke dalam cP centipoise.
c. Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan modifikasi metode dari Garg, et al. 2002. Sediaan gel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan
di tengah kaca bulat berskala. Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan
selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya. Pengujian daya sebar dilakukan 48 jam setelah gel selesai dibuat. Dilakukan replikasi sebanyak
3 kali.
d. Analisis statistik pengaruh peningkatan pemberian minyak
peppermint terhadap sifat fisik gel
Data viskositas dan daya sebar dianalisis dengan uji Saphiro-wilk untuk sampel yang kurang dari atau sama dengan 50 untuk melihat
kenormalan distribusi data dan uji kesamaan varians Levene’s test untuk
melihat kesamaan variansi. Dalam uji normalitas Shapiro-wilk dengan taraf kepercayaan 95, jika nilai probability value p-value lebih dari
0,05 maka data terdistribusi normal sedangkan jika p-value kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal.
Data yang diperoleh terdiri dari 5 kelompok formula sehinnga pengujian dilakukan dengan menggunakan one way ANOVA atau uji
Kruskal-wallis. Jika data sesuai dengan kriteria uji statistik parametrik
yakni memiliki distribusi data yang normal dan kesamaan varians, maka analisis dilanjutkan dengan pengujian signifikansi menggunakan one way
ANOVA. Jika data tidak memenuhi kriteria uji statistik parametrik, maka analisis data menggunakan uji statistik non-parametrik yaitu uji Kruskal-
wallis . Pada uji one way ANOVA dan Kruskal-wallis dengan tingkat
kepercayaan 95, maka faktor dikatakan berpengaruh signifikan jika
nilai p-value kurang dari 0,05 yang berarti paling tidak terdapat dua kelompok data yang memiliki perbedaan signifikan.
Analisis Post-Hoc dilakukan apabila data berbeda signifikan dimana uji Post-Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok mana yang
memiliki perbedaan signifikan Dahlan, 2009. Analisis Post-Hoc untuk ANOVA yaitu dengan uji T sedangkan untuk Kruskal-wallis adalah
dengan uji Wilcoxon. Pada uji T dua arah dan Wilcoxon dua arah, dengan tingkat kepercayaan 95, maka dua kelompok dikatakan berbeda jika
nilai p-value kurang dari 0,05. Analisis data dilakukan dengan menggunakan software R 2.13.2.
5. Uji Iritasi HET-CAM