Metode Penetapan Kadar dengan menggunakan HPLC

H. Metode Penetapan Kadar dengan menggunakan HPLC

Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan dipisahkan terdistribusikan antara dua fase, satu dari fase-fase ini membentuk suatu lapisan stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang merembes lewat atau melalui lapisan yang stasioner Day dan Underwood, 2002. HPLC High Performance Liquid Chromatography atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT merupakan teknik kromatografi yang banyak dilakukan untuk analisis baik kualitatif maupun kuantitatif suatu senyawa organik yang terdapat di dalam suatu bahan multikomponen, seperti ekstrak tanaman. Sistem HPLC terdiri dari kolom, botol fase gerak eluen, pompa fase gerak, injektor, dan detektor. Sistem HPLC diatur oleh suatu program komputer yang menyertakan profil kromatografi dan data-data peak seperti: waktu retensi time retention; Tr, tinggi peak, lebar peak, luas area peak , efisiensi sistem, peak symmetry factor, dan sebagainya. Kolom di mana tempat pemisahan senyawa analit terjadi tersambung dengan detektor, sehingga HPLC dapat mendeteksi dan mengindentifikasi secara langsung berbagai macam senyawa organik maupun anorganik Kazekevich, 2007. Elemen utama yang terdapat pada HPLC adalah kolom yang digunakan dalam proses separasi analit. Dalam analisis dibutuhkan kolom yang digunakan dalam waktu yang lama, dan berperforma prima Rohman, 2009. Kebanyakan fase diam pada HPLC berupa silica yang dimodifikasi secara kimiawi, silika yang tidak dimodifikasi, atau polimer-polimer stiren dan divinil benzene.Permukaan silika adalah polar dan sedikit asam karena adanya residu gugus silanol Si-OH Rohman, 2009. Gambar 9. Macam-macam modifikasi gel silica Corradini, 1998 HPLC dengan metode fase terbalik reversed-phase merupakan teknik kromatografi yang paling sering digunakan.Sebagian besar proses pemisahan analit menggunakan fase diam yang dimodifikasi dengan rantai oktadesil silika C 18 . Kromatografi fase terbalik Reversed-phase chromatography adalah metode kebalikan dari kromatografi fase normal dimana fase diam lebih bersifat non-polar daripada fase gerak Sarker, Latif, danGray, 2006.Oktadesil silika ODS atau C 18 merupakan fase diam yang paling banyak digunakan karena mampu memisahkan senyawa-senyawa dengan kepolaran yang rendah, sedang, maupun tinggi. Selain itu metode analisis dengan fase diam ini relatif lebih murah dan mudah Rohman, 2009. Fase gerak yang sering digunakan pada KCKT fase terbalik reverse- phase merupakan campuran pelarut organik dan air. Modifikasi yang paling sering digunakan adalah methanol atau asetonitril. Konsentrasi pelarut organik yang digunakan sebagai eluen menjadi salah satu faktor penting untuk menentukan retensi analit pada metode fase terbalik. Kemurnian pelarut yang digunakan juga merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk meminimalkan kontaminasi pada fase diam dan mereduksi absorbansi komponen pengotor yang bisa dideteksi dengan panjang gelombang 190 nm. Disarankan untuk menggunakan pelarut HPLC grade Kazekevich, 2007. Faktor-faktor yang bisa dijadikan pertimbangan dalam memilih fase gerak yaitu: kompatibilitas antar pelarut, kelarutan sampel analit dalam eluen, polaritas, transmisi cahaya, viskositas, stabilitas, dan pH. Pelarut fase gerak harus dapat bercampur dan tidak menimbulkan pengendapan ketika dicampurkan. Sampel juga harus larut pada fase gerak untuk mencegah terjadinya pengendapan pada kolom. Transmisi cahaya menjadi salah satu faktor penting apabila detektor yang digunakan adalah detektor UV Kazekevich, 2007. Tabel 3. Batas Bawah Transparensi Macam-Macam Pelarut Organik Pelarut UV Cutoff Asetonitril 190 Isopropil alkohol 205 Methanol 205 Ethanol 205 THF 215 Etil asetat 256 DMSO 268 Pelarut yang mempunyai UV cutoff yang tinggi seperti aseton UV cutoff 330 nm dan etil asetat UV cutoff 256 nm tidak dapat digunakan pada panjang gelombang rendah, misalnya pada 210 nm. Methanol, ethanol, dan isopropanol mempunyai UV cutoff 205 nm pada konsentrasi pelarut organik yang semakin tinggi mentrasmisikan lebih sedikit cahaya sehingga cocok untuk dipakai dalam analisis yang menggunakan panjang gelombang 210 nm Kazekevich, 2007.

I. Landasan Teori

Aging pada kulit membuat tampak menipis dan menjadi longgar serta elastisitasnya berkurang sehingga dapat mengurangi estetika penampilan tubuh. Aging pada kulit disebabkan karena kurangnya hormon estrogen yang menstimulasi pembentukan serat kolagen dan elastin, dua komponen penting yang berperan dalam menjaga konsistensi dan kekenyalan kulit. Fitoestrogen merupakan senyawa dari tumbuhan yang mempunyai struktur yang mirip dengan steroid estrogen. Aglikon isoflavon dari tanaman kedelai merupakan salah satu senyawa yang mempunyai struktur yang mirip dengan steroid estrogen. Salah satu isoflavon dari tanaman kedelai, genistein, merangsang produksi kolagen dengan menghambat enzim pemecah kolagen. Selain itu, genistein juga memilki aktivitas antioksidan yang dapat mencegah terbentuknya radikal bebas yang dapat mempercepat terjadinya penuaan dini. Gel merupakan suatu sediaan dispersi semisolid yang mengandung gelling agent yang mengembang dalam pelarut menjadi struktur tiga dimensi. Gel termasuk ke dalam bentuk sediaan yang paling banyak diminati sebagai sediaan topikal karena propertinya yang menarik, warnanya yang transparan, dan menimbulkan sensasi dingin ketika diaplikasikan pada kulit. Dalam formulasi sediaan gel untuk meningkatkan efektifitas terapi diperlukan penetration enhancer dalam meningkatkan kekuatan permeasi zat aktif dalam sediaan tersebut. Sifat fisika kimia sediaan sangat penting karena berpengaruh terhadap acceptability pasien dan efektifitas terapetik suatu sediaan. Pencampuran bahan- bahan dalam formulasi sediaan semisolid dapat mempengaruhi karakteristik dari sediaan yang dihasilkan.

J. Hipotesis

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN MENTOL TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, ASEPTABILITAS DAN PELEPASAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM GEL HPMC (Konsentrasi Mentol sebagai Enhancer dalam Gel 0,5%, 0,75%, dan 1%)

0 6 24

Pengaruh Penambahan Minyak Wijen (Sesame Oil) Terhadap Karakteristik Fisik, Kimia, dan Sensoris Pasta Tempe Koro Pedang.

0 0 11

Pengaruh penambahan polysorbate 40 dan sorbitan monolaurate sebagai emulsifying agent dalam lotion repelan minyak peppermint (Mentha piperita) terhadap sifat fisis dan stabilitas sediaan - USD Repository

0 0 146

Pengaruh penambahan konsentrasi CMC-Na pada sediaan sunscreen gel ekstrak temu giring (Curcuma heyneana Val.) terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan dengan sorbitol sebagai humectant - USD Repository

0 0 110

Pembuatan dan evaluasi gel anti-ageing ekstrak tempe dengan propilenglikol sebagai chemical penetration enhancer - USD Repository

0 0 147

FORMULASI SEDIAAN EMULGEL EKSTRAK ETANOLIK DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight.) DENGAN MINYAK PEPPERMINT SEBAGAI PENETRATION

0 0 97

Pengaruh penambahan konsentrasi CMC-Na sebagai gelling agent pada sediaan sunscreen gel ekstrak temugiring (Curcuma heyneana Val.) terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan dengan propilen glikol sebagai humectant - USD Repository

0 0 110

Pengaruh konsentrasi tween 80 sebagai penetration enhancer pada formulasi mikroemulsi ekstrak tempe dengan metode Franz Diffusion Cell - USD Repository

0 1 107

Pembuatan dan evaluasi gel anti-ageing ekstrak tempe dengan gliserin sebagai chemical penetration enhancer - USD Repository

0 0 94

Pengaruh penambahan konsentrasi carbopol® 940 pada sediaan sunscreen gel ekstrak temu giring (Curcuma heyneana Val.) terhadap sifat fisik dan stabilitas sediaan dengan sorbitol sebagai humectant - USD Repository

0 0 109