43
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
A. Ekstraksi isoflavon genistein dari tempe
Ekstraksi merupakan pengambilan senyawa aktif dalam bagian tanaman tertentu dengan menggunakan pelarut tertentu yang selektif. Dalam penelitian kali
ini senyawa aktif yang akan diekstraksi dan ditentukan kadarnya adalah aglikon isoflavon genistein. Dalam pembuatan crude extract kedelai digunakan tempe dari
kedelai putih. Ekstrak dari produk kedelai yang telah difermentasi mengandung lebih banyak aglikon isoflavon. Selama proses fermentasi, ikatan -O- glikosidik
terhidrolisis, sehingga dibebaskan senyawa gula dan isoflavon aglikon yang bebas. Senyawa isoflavon aglikon ini dapat mengalami transformasi lebih lanjut
membentuk senyawa transforman baru. Hasil transformasi lebih lanjut dari senyawa aglikon ini justru menghasilkan senyawa-senyawa yang mempunyai
aktivitas biologi lebih tinggi Pawiroharsono, 2001. Tempe mengandung total isoflavon genistein yang paling banyak dibandingkan dengan produk fermentasi
kedelai lainnya.
Gambar 10. Reaksi Hidrolisis Glukosida Isoflavon Genistin menjadi Aglikon Isoflavon Genistein Ariani, 2003.
Tempe dihaluskan terlebih dahulu dengan blender sebelum dimaserasi untuk memperkecil ukuran partikel sehingga kontak pelarut dengan sampel tempe
semakin luas. Luas permukaan yang semakin besar akan memperbesar pembasahan bahan yang akan diekstrak sehingga penyarian senyawa aktif dapat
berjalan dengan optimal Harborne, 1987. Setelah tempe dihaluskan kemudian dilakukan perendaman dengan petroleum eter untuk menghilangkan lemak pada
matriks. Perendaman dilakukan selama 45 menit dengan penggojogan oleh shaker supaya setiap partikel bahan lebih terbasahi oleh petroleum eter sehingga dapat
menyari lemak secara optimal. Pelarut yang digunakan dalam menyari senyawa aglikon isoflavon
genistein adalah etanol teknis 70. Dipilih pelarut organik etanol sebagai penyari karena aglikon isoflavon genistein termasuk golongan senyawa fenolik. Dalam
mengekstraksi senyawa fenolik biasanya digunakan pelarut seperti etanol, metanol, n-butanol, aseton, dimetilformamida, dimetilsulfoksida dan air.Pelarut-
pelarut ini aman untuk digunakan karena dapat mencegah pertumbuhan kapang dan jamur, netral, tidak toksik, dan absorbsinya baik Hargono, 1997. Selain itu
etanol dipilih karena murah dan ramah lingkungan. 2004. Rostagno et al. melakukan optimasi penyarian isoflavon dengan memvariasikan komposisi etanol
dan air. Hasil dari penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan efisiensi ekstraksi berbanding lurus dengan peningkatan jumlah komposisi air pada
persentase air 0-30, sementara jumlah komposisi air di atas presentase tersebut menurunkan efektifitas efisiensi. Digunakan komposisi etanol 70 berdasarkan
optimasi dari penelitian yang dilakukan oleh Rostagno et al.
Pada ekstraksi aglikon isoflavon pada penelitian kali ini digunakan metode maserasi karena metode ini tidak membutuhkan pemanasan. Pemanasan sampai
60
o
C dapat mengkonversi bentuk isoflavon yang akan diekstraksi karena reaksi de-esterifikasi dan pemanasan sampai 80
o
C dapat mempercepat laju reaksi de- esterifikasi tersebut ke bentuk isoflavon yang tidak dikehendaki Barnes et al.,
1994. Metode maserasi juga bersifat lebih praktis, efisien, dan harganya lebih terjangkau jika dibandingkan dengan metode lain seperti perkolasi. Pada maserasi
dilakukan penggojogan juga dengan bantuan shaker untuk membantu mengoptimalkan kontak sel pada tempe dengan pelarut sehingga pelarut dapat
menyari isoflavon secara optimal apabila dibandingkan dengan yang hanya didiamkan saja. Dalam maserasi digunakan perbandingan antara sampel dan
pelarut etanol 1:2 pada maserasi pertama dan 1:1 pada maserasi kedua. Dilakukan remaserasi untuk memaksimalkan proses penyarian isoflavon dari matriks tempe
jika dibandingkan dengan satu kali maserasi. Setelah sampel tempe dimaserasi dengan pelarut etanol tahap selanjutnya
adalah penyaringan. Penyaringan dilakukan untuk memisahkan pelarut yang sudah menyari senyawa analit pada sampel dengan matriks. Pada proses
penyaringan menggunakan corong Buchner yang dihubungkan dengan pompa vakum untuk mempercepat waktu dan meningkatkan efisiensi penyaringan.
Prinsip kerja dari corong Buchner sendiri adalah memisahkan endapan dari pelarutnya atau cairan dari residunya dengan cara menyedot udara di dalam
corong dengan pompa vakum sehingga tekanan di dalamnya lebih kecil daripada yang di dalamnya dan cairan yang ada didalam corong dapat menetes serta
menghasilkan filtrat yang lebih banyak dan residu atau ampasnya dapat tetap ditinggalkan didalam corong tersebut.
B. Standarisasi isoflavon genistein dari tempe