sampah yang didapat membuat pemerintah melakukan berbagai tindakan agar sampah yang berasal dari rumah tangga dapat berkurang atau terkontrol melalui
berbagai program terutama program dari proyek UPS. Gambar 12 menunjukan sisa makanan menjadi sumber sampah yang terbesar sehingga perlu ada
pengolahan sampah organik agar menciptakan lingkungan yang bersih.
Sumber : DKP Kota Depok 2014
Gambar 12. Komposisi sumber sampah di Kota Depok Sampah organik merupakan sampah yang tidak memiliki nilai jual apabila
tidak diolah terlebih dahulu. Berbeda dengan sampah dengan jenis lain yaitu plastik atau logam yang dapat langsung dijual meskipun tanpa melalui pengolahan
terlebih dahulu. Dampak terhadap lingkungan yang dihasilkan dari sampah organik juga besar, sehingga penanganan sampah organik menjadi sangat penting
agar menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat di Kota Depok
5.3 Unit Pengelolaan Sampah
Unit Pengelolaan Sampah UPS ini dibentuk sebagai suatu strategi untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Depok terutama sampah organik. UPS
ini merupakan bagian dari misi Walikota Depok pada periode 2006-2011, yaitu misi membangun dan mengelola sarana dan prasarana infrastruktur yang cukup
baik dan merata. Misi ini dimaksudkan untuk meningkatkan pendistribusian pelayanan sarana dan prasarana yang merata di seluruh wilayah Kota Depok,
salah satunya adalah pelayanan persampahan. Paradigma pengelolaan sampah di Kota Depok sebelumnya hanya sebatas kumpul-angkut-buang dengan tetap
meninggalkan masalah, meskipun ada program “sanitary landfill” di TPA tetapi
kenyataannya berakhir dengan “open dumping” yang meninggalkan masalah. oleh
40
15 5
10 2
2 3
8 15
Komposisi Sampah Menurut Materi
Sisa Makanan Kayu, Ranting, dan Daun
Kertas Plastik
Karet dan Kulit Logam
Kaca Kain dan Tekstil
karena itu, paradigma pengelolaan sampah perlu diganti secara bertahap kearah “Reduce-Reuse-Recycle-Participation” sehingga tidak semua sampah akan
menjadi masalah, sebaliknya akan berkontribusi membuka lapangan pekerjaan dan manfaat lainnya.
Pemerintah Kota Depok pada tahun 2006 membentuk tempat percontohan pilot project pengolahan sampah, yaitu SIPESAT Sistem Pengolahan dan
Pengelolaan Sampah di Kompleks Griya Tugu Asri, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis untuk mengatasi permasalahan sampah di satu kawasan kelurahan,
namun di tahun 2008, nama SIPESAT diganti menjadi Unit Pengolahan Sampah UPS karena pertimbangan spesifikasi ruang lingkup pelaksanaan program yang
meluas dan pertimbangan lainnya. UPS saat ini merupakan bagian dari DKP Kota Depok yang memiliki tugas untuk mengolah sampah dimasing-masing kecamatan.
Target dalam membangun UPS yang harus tersebar diberbagai titik Kota Depok yaitu 60 UPS, namun hingga tahun 2012, UPS yang benar-benar beroperasi hanya
19 UPS. Jumlah UPS yang beroperasi ini belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Kota Depok karena partisipasinya belum sebanding dengan jumlah
sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. UPS merupakan program yang melibatkan masyarakat, swasta, dan
pemerintah daerah. Peran serta swasta dan masyarakat sangat penting terutama dalam penyediaan lahan untuk pengelolaan skala kawasan, tenaga kerja, maupun
dari sisi ppendanaan. Ada tiga pendekatan yang dilakukan oleh Pemkot Depok dalam mengelola sampah, yaitu:
1. Skala TPA, peranan TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir Kota
Depok sementara masih diperlukan, namun beban sampah yang dibuang ke TPS akan terus direduksi sampai akhir fungsi TPA sebagai tempat
pembuangan akhir berubah menjadi tempat composting terintegrasi atau fungsi-fungsi lainnya yang lebih ramah lingkungan.
2. Skala kawasan, program yang dilakukan dengan pendekatan skala kawasan
merupakan upaya untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah yang lama, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat. Program
yang dilakukan adalah membangun Unit Pengolahan Sampah dalam skala