Metode Pengumpulan Data Analisis Manfaat Ekonomi Dan Strategi Pengembangan Unit Pengelolaan Sampah Organik (Ups) Di Kota Depok

karena itu, paradigma pengelolaan sampah perlu diganti secara bertahap kearah “Reduce-Reuse-Recycle-Participation” sehingga tidak semua sampah akan menjadi masalah, sebaliknya akan berkontribusi membuka lapangan pekerjaan dan manfaat lainnya. Pemerintah Kota Depok pada tahun 2006 membentuk tempat percontohan pilot project pengolahan sampah, yaitu SIPESAT Sistem Pengolahan dan Pengelolaan Sampah di Kompleks Griya Tugu Asri, Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis untuk mengatasi permasalahan sampah di satu kawasan kelurahan, namun di tahun 2008, nama SIPESAT diganti menjadi Unit Pengolahan Sampah UPS karena pertimbangan spesifikasi ruang lingkup pelaksanaan program yang meluas dan pertimbangan lainnya. UPS saat ini merupakan bagian dari DKP Kota Depok yang memiliki tugas untuk mengolah sampah dimasing-masing kecamatan. Target dalam membangun UPS yang harus tersebar diberbagai titik Kota Depok yaitu 60 UPS, namun hingga tahun 2012, UPS yang benar-benar beroperasi hanya 19 UPS. Jumlah UPS yang beroperasi ini belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Kota Depok karena partisipasinya belum sebanding dengan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. UPS merupakan program yang melibatkan masyarakat, swasta, dan pemerintah daerah. Peran serta swasta dan masyarakat sangat penting terutama dalam penyediaan lahan untuk pengelolaan skala kawasan, tenaga kerja, maupun dari sisi ppendanaan. Ada tiga pendekatan yang dilakukan oleh Pemkot Depok dalam mengelola sampah, yaitu: 1. Skala TPA, peranan TPA Cipayung sebagai tempat pembuangan akhir Kota Depok sementara masih diperlukan, namun beban sampah yang dibuang ke TPS akan terus direduksi sampai akhir fungsi TPA sebagai tempat pembuangan akhir berubah menjadi tempat composting terintegrasi atau fungsi-fungsi lainnya yang lebih ramah lingkungan. 2. Skala kawasan, program yang dilakukan dengan pendekatan skala kawasan merupakan upaya untuk mengubah paradigma pengelolaan sampah yang lama, yaitu kumpul-angkut-buang menjadi kumpul-olah-manfaat. Program yang dilakukan adalah membangun Unit Pengolahan Sampah dalam skala kawasan di berbagai kawasan perumahan, pemukiman penduduk, kawasan industri, pasar dan areal publik lainnya. 3. Skala rumah tangga, program yang sangat penting dalam pengelolaan sampah perumahan adalah menyadarkan dan melibatkan masyarakat terutama pada tingkat rumah tangga untuk melakukan pemilahan sampah, walaupun walaupun upaya – upaya tersebut bukanlah pekerjaan mudahkarena berkaitan dengan perubahan kultur dan cara pandang. Cakupan layanan pada tahun 2013 persampahan baru mencapai 45 persen dari target 59 persen, kurangnya dorongan maupun kesadaran penduduk menjadi faktor kurangnya pencapaian layanan persampahan. Masyarakat seharusnya sudah mulai mengelola sampah sendiri sehingga timbunan sampah sudah tidak dapat ditemui hingga badan sungai. Kondisi TPA Cipayung juga sudah melewati daya tampungnya dan diperkirakan hanya dapat dipertahankan maksimal 1 tahun ke depan. maka dari itu pemerintah membuat kebijakan mengenai pengelolaan sampah dengan mengeluarkan peraturan pemerintah no 5 tahun 2014. Menurut Perda Kota Depok no 5 tahun 2014 tentang pengelolaan sampah menjelaskan bahwa Unit Pengelolaan Sampah, yang selanjutnya disingkat dengan UPS adalah tempat dilaksanakannya pengelolaan sampah organik menjadi kompos. Kota Depok pada 2014 sudah memiliki Unit Pengelolaan Sampah UPS sebesar 44 unit, diantaranya 24 unit beroperasional secara baik, 15 unit belum beroperasional dan 5 unit tidak beroperasional. Sumber: DKP Kota Depok 2014 Gambar 13. Status kepemilikan atas lahan UPS di Kota Depok 18 10 12 3 Status Kepemilikan UPS unit Pemerintah FASOS-FASUM Masyarakat Institusi Lain