UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
h Hasil KLT bioautografi hasil partisi ekstrak etil asetat biomassa jamur GKBt 2 fraksi Heksan melawan bakteri E.coli.
Dari hasil bioautografi, diketahui bahwa aktivitas senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri pada ekstrak jamur partisi metanol lebih
besar dibandingkan dengan ekstrak jamur hasil partisi menggunakan heksana. Diduga pada ekstrak jamur hasil partisi dengan metanol, senyawa
dengan nilai Rf 0,45-1 memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
4.5. Fraksinasi Metabolit Ekstrak Etil Asetat Media GKBt 2
Ekstrak media GKBt 2 sebanyak 830 mg difraksinasi menggunakan kolom sephadex LH-20 dengan larutan pengelusi alkohol
96 . Hal ini bertujuan untuk memisahkan antara senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi dengan senyawa yang bobot molekulnya rendah.
Sephadex LH-20 merupakan gel yang umum digunakan dalam isolasi
bahan alam untuk senyawa yang bersifat non polar atau semi polar Sarker, et al., 2006. Dari fraksinasi menggunakan kolom sephadex LH-20
menghasilkan 15 fraksi dengan bobot masing-masing fraksi yaitu 205 mg F.1, 387 mg F.2, 58,9 mg F.3, 40,2 mg F.4, 47 mg F.5, 9,7 mg
F.6, 21 mg F.7, 4,1 mg F.8, 1,5 mg F.9, 2,2 F.10, 22,2 mg F.11, 1,8 mg F.12, 1,2 mg F.13, 0,6 mg F.14, 15,2 mg F.15.
Fraksi F.5 yang berjumlah 47 mg difraksinasi kembali menggunakan kromatografi kolom dengan fase diam silica gel 70-230
mesh yang bertujuan untuk memisahkan senyawa dengan polaritas yang berbeda. Eluen yang digunakan dipilih berdasarkan optimasi kondisi
kolom, dengan memilih perbandingan eluen yang memberikan nilai Rf fraksi target sekitar 0,3 yaitu dimulai dari kloroform : metanol
perbandingan 10:1. Fraksi yang didapatkan sejumlah 10 fraksi dengan bobot masing-masing fraksi yaitu 3,4 mg F.5.1, 3,2 mg F.5.2, 1,7 mg
F.5.3, 2,9 mg F.5.4, 4,7 mg F.5.5, 3,5 mg F.5.6, 0,3 mg F.5.7, 9,8 mg F.5.8, 7,3 mg F.5.9, 10,5 mg F.5.10. Hasil fraksinasi dapat dilihat
pada gambar 4.6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.5.Hasil fraksinasi F.5 menggunakan kromatografi kolom dengan Fase diam Silica gel 70-230 mesh.
Gambar 4.6. Noda bercak yang muncul pada pelat KLT preparatif setelah dielusi dengan eluen koroform:metanol 7:1
Fraksi F.5.8 sebanyak 9,8 mg dilanjutkan dengan purifikasi menggunakan kromatografi kolom preparatif. Sebelumnya, larutan fraksi
dilarutkan dalam aseton dengan konsentrasi 5 mgmL dan dioptimasi dengan eluen yang sesuai untuk mendapatkan kondisi optimum untuk
preparatif pada pelat KLT. Eluen yang digunakan adalah kloroform : metanol dengan perbandingan 7:1. Hasil elusi dapat dilihat pada gambar
4.7 Noda bercak yang muncul dikerok dengan spatula logam diatas
kertas bersih, dibilas dengan aseton dan kemudian disaring. Filtrat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator dan dikeringkan dengan gas nitrogen. Dari hasil preparatif, didapat dua fraksi masing-masing
F.5.8a yang berupa serbuk berwarna oranye dengan bobot 4,5 mg dan F.5.8b yang berupa serbuk berwarna jingga-merah dengan bobot 5 mg.
Kedua fraksi dielusi dengan kloroform : metanol perbandingan 7:1, Fraksi F.5.8.a memiliki nilai Rf sebesar 0, 41 sedangkan fraksi F.5.8.b
memiliki nilai Rf sebesar 0,24. Hasil ditunjukkan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7. Hasil KLT preparatif fraksi F.5.8. a Fraksi F.5.8.a b Fraksi F.5.8.b
Setelah didapatkan fraksi murni, maka dilakukan uji kemurnian fraksi. Uji kemurnian yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
KLT dua dimensi. KLT dua dimensi dilakukan dengan mengaplikasikan satu sampel tunggal pada pelat KLT dan dielusi menggunakan dua proses
pengembangan. Pelat KLT awalnya dikembangkan dengan sistem pengembang pertama, dibiarkan kering dan kemudian dilanjutkan elusi
dengan menggunakan sistem pengembang kedua Cazes, 2004. Hasil KLT 2 dimensi terhadap fraksi murni menggunakan eluen
Kloroform : Metanol 7:1 dan Kloroform : Metanol 5:1 ditunjukkan pada gambar 4.8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
a b
Gambar 4.8. Hasil KLT 2 dimensi fraksi murni. a F.5.8.a b F.5.8.b
4.6. Uji Aktivitas Antibakteri Hasil Purifikasi