UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam semua tehnik kromatografi, zat-zat terlarut yang dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom dan tentu saja dasar pemisahan terletak dalam
laju perpindahan
yang berbeda
untuk larutan
yang berbeda
Day Underwood, 2002.
2.5.1 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis KLT dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Kromatografi lapis tipis merupakan bentuk
kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang
fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik ascending, atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara
menurun descending Gandjar Rohman, 2007. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih
sederhana dan dapat dikatakan bahwa hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat Gandjar Rohman, 2007.
Beberapa keuntungan lain dari kromatografi lapis tipis adalah Gandjar Rohman, 2007:
a. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis
b. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, flouresensi, atau radiasi dengan sinar ultraviolet c.
Dapat dilakukan eluasi secara menaik Ascending, menurun descending atau dengan cara elusi 2 dimensi.
d. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak. Fase diam pada KLT dapat berupa lapisan yang seragam uniform
pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau pelat plastik Gandjar Rohman, 2007. Fase diam yang
digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan diameter partikel antara 10-
30 μm. Semakin kecil ukuran rata-rata partikel fase diam dan semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin
baik kinerja KLT dalam hal efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
paling sering digunakan adakah silika dan serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama dalam KLT adalah adsorpsi dan partisi
Gandjar Rohman, 2007. Pada fase gerak dalam KLT, sistem yang paling sederhana ialah
campuran dua pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi
secara optimal. Beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak adalah sebagai berikut Gandjar Rohman, 2007 :
1. Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan tehnik yang sensitif 2.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
3. Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika
gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat
sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.
4. Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran
pelarut sebagai fase geraknya. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solut solut yang bersifat
basa dan asam. Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan
diperoleh hanya jika menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan
bercak yag
menyebar dan pucak
ganda. Untuk
memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang akan
ditotolkan paling sedikit 0,5 μl. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-
10 μl maka penotolan harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan
antar totolan Gandjar Rohman, 2007. Media pemisahannya adalah lapisan kaca dengan ketebalan sekitar
0,1 sampai 0,33 mm zat padat adsorben pada lempeng kaca, plastik, atau aluminium. Lempeng yang paling umum digunakan berukuran 8 x 12 inchi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dan zat padat yang umumnya digunakan adalah alumina, gel silika, dan selulosa Day Underwood, 2002.
Sampel yang biasanya berupa campuran senyawa organik diteteskan di dekat salah satu sisi lempengan dalam bentuk larutan dalam
jumlah kecil, biasanya beberapa mikrogram senyawa. Sebuah suntikan hipodermik atau sebuah pipet gelas kecil dapat digunakan. Noda sampel
dikeringkan dan kemudian sisi lempengan tersebut dicelupkan ke dalam fase gerak yang sesuai. Pelarut bergerak naik di sepanjang lapisan tipis zat
padat di atas lempengan, dan bersamaan dengan pergerakan pelarut tersebut, zat terlarut sampel dibawa dengan laju yang bergantung pada
kelarutan zat terlarut tersebut dalam fase bergerak dan interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar 10 cm, lempengan
dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti pada kromatografi kertas Day Underwood, 2002.
2.5.2 Nilai Rf