b. Rasio Aktiva Produktif
Rasio aktiva produktif, rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah ataupun valuta
asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada bank lain dan penyertaan. Peniliaian tersebut dilakukan untuk melihat apakah aktiva
produktif digunakan untuk menghasilkan laba secara maksimal. Selain itu, penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank,
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan credit risk yang akan muncul.
33
1 Non Performing Financing
NPF Non Performing Financing adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank
syariah. Salah satu risiko yang dihadapi suatu bank ialah risiko tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau yang disebut dengan risiko
kredit. Risiko kredit umumnya timbul dari berbagai kredit masuk yang tergolong kredit bermasalah. Keberadaan tingkat pembiayaan bermasalah
yang tinggi memberikan kesulitan sekaligus menurunkan tingkat kecukupan modal yang dimiliki bank serta tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.
Rumus menghitung NPF sebagai berikut : Non Performing Financing NPF = Pembiayaan KL, D, M
Pembiayaan
33
Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah Jakarta: UIN Jakarta Press. 2013, h. 95.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan populasi Bank Umum Syariah yang sudah berdiri di Indonesia sejak tahun 2013 sampai dengan
2015 dan memiliki kelengkapan data laporan keuangan yang telah dipublikasikan. Bank Umum Syariah yang dijadikan sampel penelitian ini
adalah 11 Bank Umum Syariah, yaitu BNI Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, BRI
Syariah, BJB Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Victoria Syariah, dan Maybank Syariah.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan
yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
54
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin meluasnya
penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-
transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara
lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65 pertahun dalam lima
tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.
B. Deskripsi Data Penelitian
Data yang diperlukan baik dalam proses analisis statistik maupun analisis komparatif adalah data yang bersumber dari Laporan Triwulan 11
Bank Umum Syariah berupa rasio CAR, ROA, BOPO dan NPF mulai dari tahun 2013 hingga tahun 2015 sebagai berikut: