Wilayah Pertambangan Timah TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Reklamasi dan Rehabilitasi Lahan

10 mampu menopang pertumbuhan tanaman. Pembenah tanah ditujukan untuk memperbaiki sifat fisika tanah untuk selanjutnya sifat kimia dan biologi tanah. Pembenah tanah yang terbuat dari bahan organik mempunyai manfaat sebagai sumber hara pupuk maupun sebagai pembenah tanah telah banyak dibuktikan Suriadikarta, et al., 2005. Dari hasil rangkuman berbagai penelitian dapat disimpulkan pembenah tanah dalam bentuk polimer organik mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam memperbaiki sifat-sifat tanah, baik sifat fisika, kimia maupun biologi tanah Sutono dan Abdurachman, 1997. Pembenah tanah yang berasal dari bahan mineral seperti zeolit telah banyak digunakan di Jepang, Amerika, dan negara-negara Eropa. Penggunaan zeolit sebanyak 0.3 tha dikombinasikan dengan pupuk kandang dosis 5 tha mempunyai kemampuan relatif lebih baik dalam memperbaiki sifat fisika tanah, dibanding dengan perlakuan yang hanya menggunakan pupuk kandang atau hanya zeolit saja. Perlakuan kombinasi tersebut berpengaruh terhadap peningkatan produksi tanaman Sutono dan Agus, 1999. Pembenah tanah lain yang pernah diteliti di Indonesia sejak tahun 1970-an Sutono dan Abdurachman, 1997 digunakan untuk mempercepat pembentukan agregat dan meningkatkan stabilitas agregat pada tanah pasir Merapi dan Andisol adalah bitumen, PAM, dan skim lateks.

2.2. Wilayah Pertambangan Timah

Lokasi utama tambang timah di P. Bangka dan Belitung terdapat pada sistem lahan landform aluvial, marin, sistem daratan dan perbukitanpegunungan. Grup aluvial mencakup lembah-lembah dan alur-alur sungai serta tanggulnya dengan endapan pasir sungai maupun gambut. Wilayah ini merupakan daerah yang potensial untuk pertanian terutama lahan sawah karena topografinya relatif datar dan tersedia air untuk irigasi, tetapi setelah timah ditambang agak sulit dijadikan lahan pertanian. Lokasi penambangan lainnya umumnya merupakan daerah rawa PT Tambang Timah – IPB, 1990. Penambangan di daratan merupakan tambang terbuka yang dimulai dari penggalian dan pemindahan solum tanah. Solum tanah terdiri dari tanah pucuk yaitu tanah berwarna hitam yang juga mengandung humus dan overburden yang dikenal dalam ilmu tanah sebagai bahan induk tanah. Bijih timah berada pada lapisan kedalaman tertentu dan banyak mengandung pasir, 11 sehingga menghasilkan pasir tailing dan membentuk kolong lubang besar. Karena itu, untuk memulihkan lahan diperlukan peraturan yang mengikat agar tidak terjadi kerusakan lingkungan. Sesuai peraturan yang berlaku setelah penambangan harus dilakukan penimbunan kembali. Kegiatan ini dikenal dengan pengembalian solum tanah sesuai asalnya, pasir tailing dibenamkan ke lapisan terbawah diikuti overburden pada lapisan dibagian atas dan bagian teratas adalah tanah pucuk. Tetapi pengembalian ini sering tidak mencukupi sehingga di permukaan tanah terhampar pasir berwarna putih yang sulit untuk dijadikan lahan budidaya pertanian. Hal ini menandakan bahwa penambangan menyisakan juga kerusakan yang tidak seharusnya terjadi. Gambar 1. Hamparan pasir tailing di areal bekas penambangan timah. Penambangan timah di Semenanjung Malaysia dilakukan sejak 1930- an, telah mengakibatkan bekas tambang seluas sekitar 113700 ha berupa hamparan pasir dan tailing lumpur. Sampai sekarang menjadi lahan dataran rendah terdegradasi dan hanya sekitar 9,7 dari lahan bekas tambang telah beralih fungsi menjadi lahan perumahan, kebun buah, peternakan, sayuran, taman rekreasi, dan lapangan golf Ang dan Ho. 2002. Sebelum dijadikan kebun buah dan lahan sayur, dilakukan rehabilitasi lahan untuk mempernaiki kerusakan yang telah terjadi. 12 Kerusakan pada permukaan lahan bekas tambang terutama terjadi oleh adanya perubahan tekstur. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat 1996 telah menentukan kriteria kerusakan lahan, tanah dinyatakan rusak jika teksturnya mempunyai fraksi pasir 87, fraksi debu ≤ 13, dan fraksi clay ≤ 10 serta kandungan bahan organik 1. Pekerjaan tersulit untuk mengembalikan kondisi lahan agar sesuai untuk pertanian adalah memperbaiki tekstur tanah karena jarang fraksi clay disimpan atau ditumpuk di suatu tempat selain dibiarkan mengikuti aliran air pada saat pemisahan bijih timah. Selain kerusakan yang diakibatkan kerusakan tekstur dan bahan organik, ternyata tanah pucuk yang akan digunakan untuk reklamasi mempunyai pH 2.7 atau sangat masam, tekstur lempung berdebu, kandungan bahan organik sangat tinggi C-organik 5.7 sedangkan tingkat kesuburan lainnya tergolong sedang. Tanah pucuk yang berasal dari rawa tergolong sulfat masam Sulfaquents yang mengandung pirit FeS 2 cukup tinggi dan berbahaya bagi tanaman pertanian. Kondisi ini dapat direklamasi dengan menggunakan kapur pertanian. Memperbaiki kesuburan fisik dengan menambahkan kandungan clay dan bahan organik hendaknya dipadukan dengan perbaikan sifat kimia tanah. Lahan yang tidak sesuai untuk tanaman pertanian sebagian besar berada dalam wilayah pertambangan yang terdiri dari kolam-kolam dalam kolong, timbunan tailing pasir dan overburden. Timbunan overburden terdiri dari bahan induk tanah yang lebih lunak dan biasanya banyak mengandung clay. Untuk memperbaiki lahan bekas tambang dibutuhkan teknologi yang tepat. Dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang timah, selain sifat fisika tanah, sifat kimia juga menjadi faktor yang harus diperhatikan. Meskipun hasil penelitian Tim IPB menunjukkan bahwa baik tanah asli maupun tanah bekas penambangan mengandung Sn, Pb, dan Cu yang tidak membahayakan bagi pertumbuhan tanaman. Sedangkan hasil penelitian Pusat Penelitian Tanah 1996 menunjukkan bahwa tailing pasir di lokasi penambangan Lampur mengandung 1 ppm Cd dan 48 ppm Pb, 32 ppm Pb pada pot tanaman karet di Sampur, dan pada tanah pucuk di lokasi Jurung mengandung 3 ppm Cd dan 8 ppm Pb. Logam berat Cd di dalam tanah dan aman untuk pertanian adalah 3 ppm. Pusat Penelitian Tanah telah melakukan penelitian reklamasi selama 4 tahun 1993 – 1996 di PT Tambang Batubara Bukit Asam, Tanjung Enim dan 13 menghasilkan teknologi reklamasi tanah bekas penambangan batubara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembenah tanah yang dapat dimanfaatkan untuk reklamasi tanah merah adalah bahan organik berupa kompos dan kapur pertanian dolomit. Tanah merah merupakan overburden yang menutupi lapisan batubara. Selain itu, pada tanah merah juga dapat ditanami legume cover cropp seperti Calopogonium sp., Centrosema sp. dan Pueraria sp. Untuk mempercepat reklamasi lahan secara vegetatif, dapat ditanam tanaman yang mampu beradaptasi dengan cepat seperti Acasia mangium dan Acasia auriculiformis Tala’ohu dan Samsidi, 1999. Pada tailing pasir bekas penambangan timah di P. Bangka, Acasia mangium tumbuh baik jika ditanam dengan sistem pot.

2.3. Padi Gogo