Pengembangan Sumberdaya Air TINJAUAN PUSTAKA

12 Undang-undang nomor 7 tahun 2004 tentang sumberdaya air mengamanatkan setidaknya 3 tiga kegiatan utama dalam pengelolaan sumberdaya air, yaitu: 1. Konservasi sumberdaya air, yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung, dan fungsi sumberdaya air. 2. Pendayagunaan sumberdaya air, ditujukan untuk memanfaatkan sumberdaya air secara berkelanjutan dengan mengutamakan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat secara adil. 3. Pengendalian daya rusak air, dilakukan secara terpadu, menyeluruh, dan terkoordinasi serta mencakup upaya pencegahan, penanggulangan, pemulihan, dan perbaikan akibat bencana dengan mengutamakan upaya pencegahan. Tabel 2 Kriteria dan tujuan pengelolaan sumberdaya air Kriteria Tujuan Efisiensi 1. Biaya penyediaan air yang murah 2. Penerimaan per unit sumberdaya yang tinggi 3. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan Equity 4. Akses air bersih untuk semua masyarakat Sustainability 5. Menghindari terjadinya deplesi pada air bawah tanah 6. Menyediakan cadangan air yang cukup untuk memelihara ekosistem 7. Meminimalkan pencemaran air Sumber : Fauzi 2006 Pengelolaan air bersih harus terpadu dan menyeluruh dan merupakan bagian dari pengelolaan sumberdaya air. Hal-hal yang menyebabkan air perlu dikelola meliputi GWP, 2001 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2005: 1. Kondisi kebutuhan pangan dan air sumberdaya alam. 2. Kondisi kebutuhan air dan tanah sumberdaya alam. 3. Batas administrasi wilayah berbeda dengan batas teknis DAS. 4. Perubahan tata guna lahan akan berpengaruh besar terhadap sumberdaya air baik secara kuantitas maupun kualitas. 5. Tiap tata guna lahan membutuhkan air namun juga akan memberikan dampak keberadaan air di tata guna yang lain. Perubahan tata guna lahan memberikan dampak yang besar terhadap keberadaan air di lahan tersebut. 13 6. Recovery kerusakan tata guna lahan dan tata air yang terjadi umumnya akan sulit mengembalikan sampai sama seperti semula. Beberapa masalah yang berkaitan dengan rendahnya pengelolaan sumberdaya air di Indonesia dalam Sanim 2011, antara lain: 1. Adanya fragmentasi pengelolaan antar instansi Pemerintah Republik Indonesia dan sulitnya koordinasi antar berbagai instansi dalam mengelola sumberdaya air. 2. Pengelolaan sumberdaya air yang masih terbatas dan berorientasi hanya pada sisi penyediaan semata bukan pada sisi kebutuhan. 3. Borosnya pemakaian air untuk pertanian karena rendahnya efisiensi pemakaian air untuk sektor pertanian. Sebagai pengguna 80-90 persen dari seluruh pemanfaat air, sektor pertanian diperkirakan memakai air efektif untuk pertumbuhan tanaman hanya 50-60 persen, selebihnya hilang saat pengaliran di saluran atau menggenang tidak optimal di area persawahan. Apabila saat ini air yang dialokasikan untuk irigasi sekitar 4 000 meter kubik per detik, maka peningkatan efisiensi sekitar 10 persen saja akan menghemat air 400 meter kubik per detik. 4. Organisasi pengelolan sumberdaya air masih tersentralisasi di pusat belum terdesedentralisasi walaupun otonomi daerah telah dicanangkan sejak tahun 2000. 5. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengelola sumberdaya air disatu sisi dan disisi lain masih belum banyak melibatkan partisipasi masyarakat lokal dalam organisasi pengelolaan sumberdaya air. 6. Distribusi pelayanan air tidak merata. Distribusi lebih banyak difokuskan untuk melayani kegiatan komersial yang mendukung pembangunan ekonomi. Hanya konsumen yang mampu membayar yang dapat memiliki akses terhadap air bersih. 7. Polusi air yang menyebabkan air di Jakarta dan kota besar lainnya tidak layak dijadikan sebagai air minum karena sumberdaya air yang telah tercemar, seperti adanya kandungan bakteri coli dalam air tanah. 8. Ketidakmampuan Pemerintah Indonesia untuk memperluas jaringan irigasi bagi keperluan pertanian, sehingga terjadi penurunan produksi padi.