II.2.2. Tujuan Komunikasi Horizontal
Perlu disadari bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan dalam hidupnya. Orang lain menjalin hubungan dengan diri kita karena dia membutuhkannya.
Demikian halnya dengan karyawan yang ada di dalam sebuah organisasi, dimana setiap karyawan dalam organisasi saling berhubungan satu sama lain karena adanya
kebutuhan. Kunci utama dari keberhasilan suatu hubungan yang produktif diantara karyawan organisasi adalah unsur timbal balik. Artinya masing-masing pihak harus
merasakan manfaatnya atau terpenuhinya kebutuhan dari kedua pihak, baik kebutuhan untuk organisasi maupun kebutuhan pribadi karyawan demi tercapainya tujuan yang
telah ditetapkan oleh kedua belah pihak dan tujuan organisasi itu pula. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi,
mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian dan departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Tujuan tertentu lainnya dari komunikasi horizontal
diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan tugas-tugas dalam mencapai tujuan organisasi b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan
c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam
tingkat yang sama
d. Menyelesaikan konflik di antara anggota-anggota yang ada dalam bagian
organisasi dan juga antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya
e. Menjamin pemahaman yang sama dalam suatu organisasi untuk mencari
kesepakatan terhadap perubahan
Universitas Sumatera Utara
f. Mengembangkan sokongan interpersonal untuk memperkuat hubungan di antara
sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan.
II.2.3. Alur Informasi Pada Komunikasi Horizontal
Komunikasi keatas, kebawah, dan menyamping merupakan ciri-ciri arah dan alur komunikasi organisasional, dan mereka menggambarkan saluran komunikasi
formal dan informal. Alur komunikasi diatur di dalam organisasi. Ada secara eksplisit dan implisit pembatas pada siapa dapat berkomunikasi, dengan cara bagaimana,
tentang apa, dan untuk tujuan apa. Jaringan komunikasi organisasi merupakan suatu struktur saluran dimana
informasi melewatinya dari individu satu ke individu lainnya. Jaringan tersebut mengandung alur informasi, dan ia mencerminkan interaksi formal antar anggota
organisasi. Beberapa jaringan yang berbeda beroperasi di dalam organisasi kerja. Jaringan rantai merupakan suatu pola komunikasi yang ada pada birokrasi dan
organisasi lain dimana terdapat suatu rantai formal komando. Informasi melintasi hirarki organisasi baik ke atas maupun ke bawah dengan pertukaran antara satu orang
dan dua orang lainnya atau satu diatas dan satu dibawah posisi seseorang itu sendiri. Bergantung pada ukurannya, organisasi mungkin memiliki beberapa rantai
komunikasi yang menghubungkan tingkatan-tingkatan organisasi yang lebih tinggi dan lebih bawah.
Komunikasi organisasi berbeda sesuai dengan apakah tujuan pokoknya mengirim informasi kebawah, ataukah pada arah yang horisontal. Komunikasi vertikal
membawa informasi yang berhubungan dengan tugas pada seseorang yang melakukan tugas tersebut. Ia juga membawa informasi tentang kebijakan dan prosedur, serta bisa
Universitas Sumatera Utara
jadi digunakan untuk feedback yang bersifat motivasional pada karyawan. Dalam komunikasi horizontal, informasi yang bergerak di antara orang-orang dan jabatan-
jabatan yang sama tingkat otoritasnya. Komunikasi horizontal terjadi antar rekan kerja. Anggota tim dan departemen harus berkomunikasi untuk memperluas hubungan
kerja mereka. Karena jalur otoritas tidak berseberangan, maka komunikasi horizontal ini lebih cepat daripada komunikasi vertikal secara hirarkis.
Wayne Pace dan Don Faules, menyatakan, pada dasamya secara harfiah, informasi itu tidak mengalir, tidak bergerak, yang sesungguhnya terjadi adalah
penyampaian suatu pesan, interpretasi pesan tersebut dan didistribusikan ke seluruh organisasi. Informasi mengalir melalui suatu proses. Mengapa hal ini
dipermasalahkan? Karena proses aliran infor¬masi adalah proses yang rumit, sebab apa yang dikemukakan dalam struktur dapat saja bukan yang sebenarnya terjadi dalam
organisasi http:permenkared.multiply.comjournalitem2.
II.2.4. Konflik Dalam Komunikasi Horizontal
Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seseorang terhadap dirinya, orang lain, organisasi dengan kenyataan apa yang
diharapkannya. Dalam kehidupan organisasi, pendapat tentang konflik dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu pandangan tradisional berpendapat bahwa konflik
merupakan sesuatu yang tidak diinginkan dan berbahaya bagi kehidupan organisasi; pandangan perilaku berpendapat bahwa konflik merupakan suatu kejadian atau
peristiwa yang biasa terjadi dalam kehidupan organisasi yang biasa bermanfaat dan bisa pula merugikan organisasi, dan pandangan interaksi berpendapat bahwa konflik
adalah suatu peristiwa yang tidak dapat terhindarkan dan sangat diperlukan bagi pimpinan organisasi. Dan berdasarkan tiga pandangan ini, pihak pimpinan organisasi
Universitas Sumatera Utara
perlu menganalisis dengan nyata konflik yang terjadi di organisasi, apakah konflik itu fungsional atau disfungsional, dan bagaimana manajemen konflik agar berpengaruh
positif bagi kemajuan organisasi. Konflik dalam organisasi adalah tiadanya persesuaian antara dua atau lebih
anggota organisasi atau kelompok, karena keharusan membagi sumber yang langka di antara mereka atau keharusan bekerja bersama-sama, sedangkan mereka berbeda
tingkat, tujuan, nilai-nilai, atau persepsi. Masing-masing anggota organisasi atau kelompok dalam hal tiada persesuaian itu berusahan saling mengungguli kemauannya
dan pendapatnya. Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara
bagian-bagian dalam organisasi. Akan tetapi, bagian-bagian itu sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal. Kahn dan Katz mengatakan bahwa organisasi
yang agak lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Makin tinggi tingkat pimpinan makin banyak informasi tentang bagian-bagian yang di bawah
kontrolnya dan makin rendah tinkat pimpinan makin sedikit informasi yang dikenalnya atau yang hanya berkenan dengan bagiannya saja. Keterbatasan informasi
menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatnya keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada informasi
yang disampaikan secara vertikal. Pemeritntahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrim yang mengontrol komunikasi horizontal.
Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa komunikasi horizontal berkembang serta tidak terkontrol. Karena struktur organisasi mempunyai lebih banyak bagian-
bagian dan setiap individu makin mempunyai spesialisasi tertentu, kebutuhan akan koordinasi bagian-bagian menambah komunikasi horizontal. Komunikasi horizontal
bertambah karena kekuasaan atau otoritas sentralisasi menjadi berkurang.
Universitas Sumatera Utara
Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka
sambil bekerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas-tugasnya.
Konflik yang sering terjadi sesama karyawan, antara lain:
a. Rekan sekerja sama dengan pesaing diri mereka dan ada yang cocok bekerjasama dan ada yang tidak, tetapi kerjasama tetap harus dilakukan, dan disinilah sering
muncul konflik. Persaingan terjadi bila tujuan dari berbagai pihak yang bersaing adalah sama sedangkan yang tidak satu tidak dapat mencampuri pihak yang lain,
mencegah tercapainya tujuan yang sama.
b. Ada rekan sekerja yang merasa jadi pimpinan dan patut untuk dituruti, tukang