Pola Pewarisan Pola Pemukiman Dusun Sade

15 Dilihat dari pembagian tugas ini, maka disimpulkan bahwa kaum laki-laki memiliki tugas yang lebih banyak dan berat jika dibandingkan dengan kaum perempuannya. Dalam hal keseharian pun nampak bahwa pekerjaan perempuan hanya menenun dan mengurus rumah. Hal ini menunjukkan bahwa posisi perempuan dalam masyarakat Dusun Sade merupakan sososk yang dihormati dan laki-lakilah yang bertugas untuk melayani kebutuhan perempuan. Akan tetapi di sisi lain, posisi perempuan juga terbilang rendah dalam hak politik dan kebebasan. Misalnya adalah adanya aturan adat yang melarang perempuan untuk keluar dari dusun setelah magrib dan tidak memiliki posisi tawar dalam hal pengambilan keputusan dan kepemimpinan. Hal lain yang dapat menunjukkan bahwa posisi perempuan Dusun Sade masih dapat dikatakan ‘lebih rendah’ dibandingkan dengan kaum laki-lakinya dapat dilihat dari pola pewarisan dalam keluarga.

3.2 Pola Pewarisan

Berdasarkan hukum adat, wanita Sasak tidak mempunyai hak untuk mewaris harta orang tuanya. Ini adalah konsekuensi dari masyarakat patriachat, yaitu masyarakat yang menarik garis keturunan menurut garis kebapaan atau pihak laki-laki. Namun banyak wanita Sasak yang tunduk pada hukum Islam di mana hukum Islam membagi warisan 2 untuk laki- laki dan 1 untuk wanita Rajagukguk, 2009. Dalam adat Dusun Sade, baik laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan untuk memperoleh warisan, namun jenis warisan yang diterima berbeda. Ada dua jenis warisan yang akan diturunkan kepada keturunan mereka, yaitu warisan berupa sumber daya tanah rumah, rumah, kebun, ternak dan harta benda yang tersimpan dalam rumah perhiasan, manik-manik. Dalam pembagian warisan tersebut, anak laki-laki akan mendapatkan warisan alam dan perempuan mendapatkan warisan harta benda. Dalam hal pembagian warisan sumber daya, anak laki-laki yang dianggap lebih berhak adalah anak laki-laki yang paling bungsu. Anak laki-laki bungsu tersebut yang selanjutnya akan menjadi pemilik rumah orang tuanya, sementara kakak-kakaknya harus meninggalkan rumah jika kelak sudah menikah. Apabila secara kebetulan ada satu keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki, maka anak perempuan juga mendapatkan hak yang sama untuk memperoleh warisan tersebut. Jika secara kebetulan keluarga tersebut tidak memiliki keturunan, maka warisan akan jatuh ke tangan kerabat lain yang dianggap berhak oleh kepala keluarga yang mewariskan tersebut. 16

3.3 Pola Pemukiman Dusun Sade

Secara geografis, sebagian besar wilayah Dusun Sade merupakan lahan perbukitan yang kering dan tandus sehingga kurang baik untuk kegiatan pertanian serta perkebunan. Walaupun demikian, ternyata di sebelah utara Dusun Sade terdapat sebuah sungai yang mengalir dan pada bagian lembahnya terdapat tanah produktif. Lahan perbukitan yang kering dan tandus cenderung dimanfaatkan oleh masyarakat Dusun Sade untuk membuat sebuah pemukiman dan tanah yang produktif lebih digunakan untuk kegiatan bercocok tanam. Masyarakat Dusun Sade memilih bukit – bukit yang tergolong kering, tandus dan tidak dapat ditanami sebagai tempat membuat sebuah pemukiman karena didasari pemikiran, bahwa untuk membuat sebuah pemukiman tidak perlu di tanah yang subur, tetapi tanah yang subur tersebut hanya mereka dambakan untuk kegiatan pertanian dan perkebunan. Pemilihan bukit yang kering dan tandus menyiratkan bahwa sangat pentingnya tanah yang subur untuk kegiatan bercocok tanam bagi masyarakat Dusun Sade dahulunya. Pola pemukiman Dusun Sade memiliki konsep organis yang mengakibatkan letak rumah haruslah sejalan dengan topografi perbukitan, yaitu semakin atas semakin tinggi letak suatu rumah dan mengelilingi bukit. Hal ini tercermin pada suatu aturan yang tidak membolehkan masyarakat untuk membangun sebuah rumah di daerah dataran. Apabila terjadi kepadatan lahan hunian, maka masyarakat Dusun Sade harus membangun sebuah rumah di perbukitan lain sekitar dusun yang merupakan wilayahnya. Demikian seterusnya hingga perbukitan yang ada sekitar dusun habis terpakai untuk hunian. Namun, apabila sudah tidak ada perbukitan yang dapat dijadikan lahan hunian, maka boleh membangun sebuah rumah di daerah dataran dengan syarat masih dalam keadaan kosong tidak ada tanaman. 17 Gambar 8 Pemukiman Penduduk Dusun Sade Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Dalam hal pembatasan wilayah teritorialnya, masyarakat Dusun Sade memanfaatkan rumpun – rumpun bambu atau pagar bambu sebagai pembatas. Pembangunan rumah – rumah di perbukitan dimulai pada bagian bawah bukit dan selanjutnya dilakukan secara bertahap ke bagian bukit yang lebih tinggi semakin ke atas semakin tinggi letak suatu rumah. Adapun bangunan yang ada di Dusun Sade, meliputi bale tani, bale kodong, lumbung padi, bale bontar, tempat beternak dan lain – lain. Pengaturan bangunan disesuaikan dengan fungsinya masing – masing. Tata ruang dalam bangunan atau rumah adat masyarakat Dusun Sade diatur sedemikian rupa sehingga memiliki tujuan dan maksud tertentu. Pasangan antara satu ruang dengan ruang lainnya mencerminkan hubungan dalam kelompok sosial yang dikaitkan dengan generasi baru, hubungan antar jenis kelamin, hubungan antar saudara, hubungan dengan orang lain, bahkan hubungan antara orang yang sudah meninggal dengan orang yang masih hidup. Pada awalnya orientasi arah rumah yang berkembang di Dusun Sade ialah memiliki konsep timur – barat timuk – baat, di mana sebuah rumah tidak boleh menumbuk gunung atau bukit dan harus menghadap ke lembah dan laut dataran yang lebih rendah. Masyarakat Dusun Sade meyakini bahwa jika aturan ini dilanggar, maka akan berdampak tidak baik bagi penghuni rumah seperti sering menderita sakit. Namun, sejalan dengan persebaran agama Islam di Dusun Sade, ada beberapa anggota masyarakat yang memiliki konsep lain terkait 18 orientasi arah rumah yaitu barat – timur baat – timuk. Mereka meyakini arah barat merupakan kiblat bagi umat Muslim, di mana dengan berdoa pada Allah maka akan diberikan keselamatan. Dalam hal posisi tidup pun penduduk Dusun Sade memiliki konsepsi mengenai ruang. Arah tidur yang dianggap paling baik adalah kepala menghadap arah barat dan selatan. Sementara itu, arah timur dianggap kurang baik karena dianggap menghalangi sinar matahari dan arah utara merupakan arah untuk menidurkan orang yang sudah meninggal.

3.4 Bangunan – Bangunan Tradisional di Dusun Sade