26
rendah dengan maksud apabila ada tamu yang masuk rumah harus dalam keadaan menunduk untuk menghormati si pemilik rumah.
Perbedaan antara
bale bontar dan bale tani terletak pada fondasi bangunannya. Fondasi merupakan bagian paling penting dalam membangun sebuah rumah karena tanpa
adanya fondasi, maka elemen – elemen bangunan lainnya tidak dapat dibuat. Fondasi bale bontar dibuat lebih tinggi dibandingkan pondasi bale tani. Fondasi ini berfungsi sebagai
tempat dudukan tiang – tiang. Dalam bangunan bale tani menggunakan sepuluh sampai lima belas tiang. Selain itu, dalam mengukur luas pondasi bale bontar tidaklah menggunakan
ukuran tradisional sedepa, sesata, sprunjung seperti bale tani, tetapi sudah beralih pada angka – angka yang pasti dalam sebuah alat meteran. Selain itu, sebagai bahan dasar untuk
membuat fondasi telah menggunakan bahan material pasir bercampur dengan semen. Namun ada beberapa anggota masyarakat masih mencampur bahan tersebut dengan tanah liat dan
kotoran kerbau. Hal lain yang menjadi perbedaan antara bale bontar dengan bale tani ialah terletak
pada jumlah ruang yang ada. Jika pada bale tani terdapat tiga ruang yakni langan dalem, langan duah dan orok – orok, maka lain halnya dengan bale bontar yang memiliki ruang –
ruang tambahan. Ruang tambahan tersebut berupa teras, tempat menaruh barang – barang, tempat berjualan makanan dan minuman warung, tempat tidur bayi dan lain – lain. Jadi,
dapat dikatakan terdapat perluasan ruangan serta fungsi pada bale bontar yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing pemilik rumah. Hal ini didukung oleh ukuran bale bontar yang
lebih besar dibandingkan dengan bale tani.
e. Tempat Beternak
Kegiatan beternak merupakan hal yang penting dalam kesatuan hidup di mana pun, termasuk di Dusun Sade. Secara historis, pekerjaan masyarakat Dusun Sade selain petani juga
sebagai peternak. Hewan yang diternak oleh masyarakat Dusun Sade umumnya ialah sapi, kerbau, ayam, itik dan lain – lain. Pada awalnya kegiatan tersebut dilakukan oleh masyarakat
di sekitaran pemukiman saja, misalnya di depan rumah, di belakang rumah, di samping kanan dan samping kiri rumah. Namun, semenjak 1975 tepatnya agenda pembangunan pariwisata
menghampiri, kini tempat beternak tersebut beralih ke timur desa tepat berdampingan dengan ladang – ladang masyarakat.
27
Gambar 12 Kandang Sapi di Desa Sade
Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2014 Hal di atas dikarenakan, tempat beternak sebelumnya telah dijadikan jalan setapak
bagi para wisatawan yang berkunjung sebagai konsekuensi logis pengembangan Dusun Sade menjadi Desa Wisata. Bahkan, kini ada beberapa anggota masyarakat menitipkan hewan
ternaknya di rumah tetangga yang bukan satu dusun. Hewan – hewan yang diternak tersebut ada yang dilepaskan begitu saja dan ada pula yang dikandangkan. Hewan yang dalam
pemeliharaannya dilepas begitu saja, diantaranya ayam dan itik. Sedangkan hewan yang dikandangkan oleh masyarakat berupa kerbau dan sapi. Bentuk kandang sapi dan kerbau di
Dusun Sade umumnya sama dengan kandang di tempat lainnya. Tidak ada hal yang khusus mengenai kandang tersebut.
f. Mendirikan Rumah Baru
Aturan adat Dusun Sade menjelaskan bahwa, setiap warga dusun yang sudah menikah haruslah berpisah dengan orang tua dan membangun rumah sendiri. Rumah yang nantinya
akan dibangun haruslah mengikuti struktur rumah asli Dusun Sade. Seperti yang Amaq Kurnia jelaskan, bahwa “kalau ingin tetap tinggal di Dusun Sade ini, haruslah membuat atau
membangun rumah seperti yang telah ada dan diwariskan oleh nenek moyang. Namun, jika ingin membangun rumah yang permanen atau di luar yang sudah ada seperti rumah yang ada
di kampung – kampung lainnya, maka silahkan keluar dari Dusun Sade ini”. Demikianlah
28
aturan yang telah dibuat atas dasar kesepakatan bersama dalam membangun atau mendirikan sebuah rumah.
Terdapat hal yang unik sebelum dan sesudah mendirikan sebuah rumah di Dusun Sade, yaitu tanah dimana tempat didirikan rumah nantinya akan diberikan beras yang
disangrai dicampur dengan gula merah dan kelapa moto seung. Moto seung ini akan ditaburkan di sekeliling tanah tempat didirikannya rumah serta tidak lupa mencampurnya
dengan sedikit air. Masyarakat meyakini apabila tanah tersebut sudah ditaburi oleh moto seung, maka proses mendirikan rumah akan berjalan dengan lancar.
Adapun peralatan yang disiapkan dalam mendirikan sebuah rumah baru, di antaranya kayu – kayu penyangga, bambu, alang – alang, anyaman bambu, tanah liat, kotoran kerbau
serta tidak lupa tenaga yang akan mengerjakannya nanti. Tenaga kerja yang digunakan tidaklah dibayar dengan uang pada umumnya, tetapi dalam proses pembangunan atau
pendirian rumah akan dilakukan secara gotong-royong. Untuk membalas jasa para anggota masyarakat yang telah membantu mendirikan sebuah rumah, maka sudah wajib bagi si
pemilik rumah untuk mengadakan perayaan. Perayaan tersebut berupa slametan dengan cara makan bersama – sama.
Sebelum hal di atas dilakukan, masyarakat Dusun Sade akan memilih waktu yang baik berdasarkan warige. Oleh karena tidak semua masyarakat memahami betul mengenai
warige, maka individu yang bersangkutan akan bertanya mengenai hal tersebut kepada pemimpin adat keliang dusun. Masyarakat Dusun Sade meyakini, bahwa hari baik untuk
mendirikan sebuah rumah dilakukan setelah bulan Ramadhan berakhir. Sebaliknya pantang bagi individu untuk mendirikan rumah pada bulan Ramadhan dan apabila ada individu yang
mendirikan sebuah rumah pada bulan Ramadhan, diyakini rumah tersebut akan membawa malapetaka bagi si pemiliki rumah tersebut, seperti sering sakit, sulit mendapatkan rezeki,
hidupnya selalu tidak tenang dan sebagainya. Selain mengenai waktu, terdapat pula keyakinan masyarakat Dusun Sade dalam hal
tempat – tempat yang tidak baik untuk mendirikan sebuah rumah, yang mengakibatkan kurang baik pula bagi si pemilik rumah nantinya. Tempat – tempat yang kurang baik tersebut,
di antaranya tanah bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur, dan pada posisi susur gubug. Selain itu, masyarakat Dusun Sade tidak akan mendirikan rumah yang
posisinya saling berhadapan dengan rumah tetangga yang ada terlebih dahulu.
29
g. Masjid