SISTEM PELAPISAN SOSIAL Etnografi Masyarakat Sade.

46

BAB V SISTEM PELAPISAN SOSIAL

Dalam sistem masyarakat Dusun Sade, Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah secara umum memiliki 3 lapisan sosial masyarakat yang didasarkan pada keturunan dan keahlian, sebagai berikut : a. Golongan Ningrat Orang yang berasal dari golongan ini dapat mudah dikenali, sebab terlihat dari nama depan dari seseorang. Sebutan untuk pria yang berasal dari golongan ningrat ialah ‘Lalu’. Apabila ia telah menikah dan telah bergelar ‘Haji’ maka nama keningratannya menjadi ‘Lalu Tuan’. Sebutan untuk perempuan ningrat ialah ‘Lale’. Apabila ia telah menikah, maka nama keningratannya menjadi ‘Mamiq Lale’. Adapula yang disebut ‘Raden’. Hanya orang-orang tertentu dengan karakter berwawasan luas dan memiliki sopan santun dalam berfikir, berkata serta bertindak yang akan mendapatkan gelar ini. b. Golongan Pruangse Kaum laki-laki pruangse yang telah menikah dipanggil dengan sebutan ‘Bape’, sedangkan bagi kaum perempuan disebut ‘Inaq’. Kaum pruangse yang belum menikah tidak memiliki sebutan lain, kecuali nama kecil mereka. c. Golongan Bulu Ketujur Untuk golongan ini, yang pria disebut ‘Amaq’, baik itu belum menikah maupun telah menikah. Bagi kaum perempuan dipanggil dengan sebutan ‘Inaq’. Di tiap lapisan ini tidak memiliki hak dan kewajiban yang khusus, hanya saja masyarakat Dusun Sade sangat menghormati kaum Raden dikarenakan kaum ini sangat berpengaruh bagi dusun mereka. Kaum inilah yang dijadikan panutan atau contoh yang baik dalam berpikir, berkata dan bertindak. Dalam menyelesaikan suatu permasalahan atau konflik yang terjadi di dalam kelompok maka golongan Raden yang berperan aktif dan dijadikan mediator. Sistem pernikahan orang Dusun Sade yang dulu masih sangat erat dengan peraturan adat yang melarang perempuan yang bergelar Raden menikah dengan laki-laki yang bergelar Bape atau Amaq. Jika peraturan tersebut dilanggar akan memicu peperangan antar kedua 47 gelar tersebut atau si perempuan akan diusir dari Dusun Sade dan dicabut gelarnya sehingga tidak memiliki gelar apapun. Dewasa ini, masyarakat Dusun Sade telah mengalami modernitas baik dari segi teknologi, mata pencaharian, bahasa, bahkan dalam hal pergaulan. Jarak pembatas melalui lapisan sosial sudah dirasa tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan masyarakat Dusun Sade meskipun pada hakikatnya dulu pendahulu mereka sangat fanatik terhadap lapisan tersebut. Misalnya saja dulu jika ditemukan pasangan pria dan perempuan yang sama maupun berbeda lapisan sosialnya namun belum memiliki status hubungan resmi sedang bersama maka mereka akan segera dinikahi. Jadi untuk menghindari hal tersebut, terjadilah jarak antara pria dan perempuan yang belum siap untuk menikah, terutama apabila si perempuan dari kaum Raden dan si pria dari kaum Bape atau Amaq. Keunikan dari lapisan sosial yang ada pada masyarakat Dusun Sade ialah gelar atau nama sebutan bisa didapatkan selain melalui keturunan juga bisa didapatkan melalui keahliannya. Anak dari seorang Raden akan mendapatkan gelar Raden juga, begitu pula Bape dan Amaq. Akan tetapi bisa juga terjadi bahwa seorang yang bergelar Bape ataupun Amaq bisa naik menjadi gelar Raden apabila ia memiliki wawasan yang luas serta mampu bersikap, berkata dan bertindak lebih bijak. Orang-orang yang mampu menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi maka ia akan mendapat gelar Raden. Namun hal tersebut tidak serta-merta dapat dipertahankan dengan mudah. Nama sebutan atau biasa disebut gelar dapat hilang maupun berubah dari orang tersebut. Misalnya saja seorang yang bergelar Raden akan kehilangan gelarnya apabila dalam kesehariannya ia bertindak semena-mena dan menyimpang. Kehilangan gelar juga dapat terjadi akibat proses pernikahan. Di dalam pernikahan, gelar perempuan akan mengikuti gelar si laki-laki suami namun apabila berpisahbercerai maka gelar perempuan akan kembali seperti semula kembali kepada orangtua. 48

BAB VI PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DUSUN SADE