Bangunan – Bangunan Tradisional di Dusun Sade Bale Tani

18 orientasi arah rumah yaitu barat – timur baat – timuk. Mereka meyakini arah barat merupakan kiblat bagi umat Muslim, di mana dengan berdoa pada Allah maka akan diberikan keselamatan. Dalam hal posisi tidup pun penduduk Dusun Sade memiliki konsepsi mengenai ruang. Arah tidur yang dianggap paling baik adalah kepala menghadap arah barat dan selatan. Sementara itu, arah timur dianggap kurang baik karena dianggap menghalangi sinar matahari dan arah utara merupakan arah untuk menidurkan orang yang sudah meninggal.

3.4 Bangunan – Bangunan Tradisional di Dusun Sade

a. Bale Tani

Bale tani adalah salah satu bangunan tempat tinggal yang ada di Dusun Sade. Konon bale tani merupakan bangunan yang pertama kali ada dan paling tua di antara bangunan – bangunan lainnya. Bale tani dianggap sebagai balai adat utama bangunan asli oleh masyarakat adat Sade. Oleh karena itu, bale tani juga sering disebut bale gunung rate. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Amaq Kurnia, bahwa bale tani sudah ada sejak abad ke – 17 di bawah pengaruh Kerajaan Karangasem. Secara terminologi kata bale tani terdiri atas dua kata, yakni bale dan tani. Bale diartikan sebagai rumah atau tempat tinggal dan tani terinspirasi dari dominasi pekerjaan masyarakat adat Sade sebagai petani. Dengan demikian, bale tani adalah rumah tempat tinggal para masyarakat adat Sade yang dahulunya memiliki profesi sebagai petani. Bentuk bale tani di Dusun Sade menyerupai rumah panggung pada umumnya. Adapun elemen – elemen bangunan pada bale tani, meliputi atap, dinding, pintu, dan fondasi rumah. Atap merupakan bagian dari struktur bangunan yang memberikan beban pada bagian struktur di bawahnya. Atap bale tani menyerupai atap rumah joglo, di mana atap dibuat agak menjorok ke dalam dan langsung menuju ke atas dengan tujuan untuk menahan cahaya matahari yang menyilaukan. Atap bale tani menggunakan bahan material yang alami, yaitu berupa alang – alang yang sudah dikeringkan berwarna cokelat kekuning – kuningan. Bahan ini sendiri diperoleh dari ladang masyarakat Sade yang terletak di sebelah timur desa. 19 Gambar 9 Bale Tani Sumber: travel.detik.com Alang – alang yang sudah dikeringkan diikat menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, kemudian diikat kembali pada bambu yang telah dibelah menjadi ukuran lebih kecil dengan menggunakan daun kere. Alang – alang yang sudah diikat pada bambu tersebut kemudian ditopang oleh rusuk yang berfungsi sebagai kasau. Bahan material rusuk menggunakan bambu hutan gerang. Rusuk – rusuk ini kemudian diapit dengan bambu yang telah dibagi menjadi dua dan diikat menggunakan tali ijuk. Penjepit rusuk yang terbuat dari bambu ini disebut dengan kelokop bukal. Pada bagian puncak atap bale tani, rusuk – rusuk yang ada ditopang oleh titi tikus yang terbuat dari bambu hutan gerang. Titi tikus ini berfungsi sebagai bubungan. Selain ditopang oleh tonjang, sun – sun juga diperkuat oleh kayu – kayu kecil bersilangan yang biasa disebut dengan simeime. Tonjang dan simeime ditopang oleh balok kayu yang disebut lampen. Untuk atap pada bagian sangkoklamborlangan duah, rusuk – rusuk yang telah diapit ditopang oleh langkar. Pada dasarnya lampen dan langkar memiliki fungsi yang sama, yakni sebagai tumpuan rusuk – rusuk. Perbedaannya hanya pada lampen merupakan murplat pada bagian dalam bangunan, sedangkan langkar merupakan murplat pada bagian luar bangunan. 20 Senada dengan atap, dinding bale tani pun menggunakan bahan material yang alami, yakni terbuat dari bambu yang sudah dianyam. Anyaman bambu ini berfungsi untuk pembatas antara satu ruang dengan ruang lainnya, misalnya sebagai sekat antara dalem bale dengan bale dalem pada ruang langan dalem serta sebagai pemisah antara ruang langan dalem dengan langan duah. Selain sebagai pembatas, anyaman bambu dinding berfungsi pula untuk menutupi keseluruhan sisi rumah dan sebagai hiasan serta anyaman bambu yang renggang – renggang sebagai sirkulasi udara ventilasi. Pintu merupakan tempak keluar masuknya si pemilik rumah. Pada bale tani terdapat dua pintu utama, yaitu pintu untuk keluar masuk berupa pintu geser yang terbuat dari anyaman bambu dan pintu yang menghubungkan antara langan dalem dengan langan duah berupa pintu geser yang terbuat dari kayu kuri dan berbentuk melengkung. Kedua pintu tersebut dibuat agak rendah dengan maksud apabila ada tamu yang masuk rumah harus dalam keadaan menunduk untuk menghormati si pemilik rumah. Fondasi merupakan bagian paling penting dalam membangun sebuah rumah karena tanpa adanya fondasi, maka elemen – elemen bangunan lainnya tidak dapat dibuat. Fondasi bale tani dibuat agak rendah sebagaimana rumah panggung pada umumnya. Fondasi ini berfungsi sebagai tempat dudukan tiang – tiang. Dalam bangunan bale tani menggunakan sembilan tiang siwaq tekan. Kesembilan tiang ini berfungsi untuk penyalur gaya – gaya dari fondasi ke atap. Tiang terbuat dari bahan kayu gelondongan yang disebut dengan tekan. Di atas tekan terdapat lempengan kayu segi empat yang disebut ampak. Ampak berhubungan langsung dengan lampen dan langkar yang memiliki fungsi sebagai murplat. Selain itu, fondasi berfungsi pula sebagai lantai ruangan dan tangga. Konon material yang digunakan adalah tanah liat dicampur dengan kotoran kerbau dan air. Penggunaan bahan material ini digunakan dengan tujuan sebagai perekat yang kuat. fondasi dibuat secara berlapis – lapis, sehingga mempunyai ketahanan yang tinggi. Dalam hal menentukan luas fondasi, beberapa anggota masyarakat adat Sade masih menggunakan pengukuran tradisional, yakni berupa ukuran sedepa dan sesata. Sedepa adalah jarak dari ujung jari tengah lengan kanan hingga ujung jari tengah lengan kiri terbentang. Sedangkan sesata ialah jarak dari ujung jari tengah hingga siku tangan. Rata – rata luas pondasi masyarakat adat Sade memiliki panjang lima depa sesata dan lebar empat depa sesata. Ukuran yang menjadi patokan dalam menentukan luas sebuah pondasi berasal dari kepala keluarga amaq. Mengenai tata ruang, bale tani memiliki segmen – segmen ruang tersendiri di dalamnya yang terbagi atas tiga, yakni atas, tengah dan bawah. Ruang atas di dalam bale tani 21 disebut dengan langan dalem. Pada langan dalem terdapat dua ruang khusus dan memiliki fungsi masing – masing, yakni dalem bale dan bale dalem. Dalem bale terletak di sebelah kiri yang memiliki fungsi sebagai tempat memasak dan tempat tidur anak – anak, khususnya anak perempuan yang masih gadis. Dalem bale dilengkapi pula dengan amben, sempare tempat menyimpan makanan, peralatan rumah tangga yang terbuat dari bambu. Sedangkan bale dalem terletak di sebelah kanan yang memiliki fungsi sebagai tempat menyimpan benda pusaka juga sekaligus tempat untuk melahirkan, bahkan tempat jenazah sesaat sebelum dimakamkan. Ketika masuk atau keluar langan dalem, terdapat anak tangga yang berjumlah tiga. Jumlah tiga anak tangga ini menyimbolkan pengaruh ajaran wetu telu pada saat itu. Ruang tengah biasa disebut dengan langan duah atau lambor. Umumnya langan duah memiliki fungsi sebagai tempat tidur orang tua dan anak laki – laki serta sebagai ruang tamu. Pada langan duah terdapat lagi dua ruang khusus, yakni serambi kanan dan serambi kiri. Untuk menentukan letak serambi kanan dan serambi kiri ialah berdasarkan pada individupemilik rumah ketika keluar dari langan dalem. Serambi kanan digunakan sebagai tempat perempuan tidur, begitu pula sebaliknya serambi kiri digunakan sebagai tempat tidur laki – laki pada malam hari. Selain sebagai tempat tidur, serambi kanan dan serambi kiri berfungsi pula untuk menerima tamu, di mana ketika tamu laki – laki yang datang haruslah berada di serambi kiri letaknya di sebelah kanan dari pintu utama keluar – masuk rumah dan sebaliknya ketika tamu perempuan harus berada di serambi kanan letaknya di sebelah kiri dari pintu utama keluar – masuk rumah. Terakhir, ruang bawah biasa disebut dengan orok – orok. Umumnya orok – orok memiliki fungsi sangat sederhana, yakni hanya sebagai tempat untuk menaruh alas kaki. 22

b. Bale Kodong