2.1.4 Patogenesis Rabies
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap tinggal pada tempat masuk dan di dekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-
ujung serabut saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya. Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada umumnya
3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum mencapai otak. Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar
luas dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem limbik, hipotalamus dan batang otak. Setelah memperbanyak diri dalam neuron-
neuron sentral, virus kemudian kearah perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan demikian virus menyerang hampir tiap organ dan
jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak dalam jaringan-jaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya Depkes RI, 2000
2.1.5 Gejala dan Tanda Rabies Pada Manusia
Infeksi rabies pada manusia umumnya terjadi sebagai akibat gigitan hewan penular rabies sehingga terjadi pendedahan air liur yang berasal dari hewan rabies
tersebut, terutama oleh anjing. Penularan rabies juga dimungkinkan karena air liur hewan rabies yang kontak dengan kulit atau selaput lendir yang tergores, terluka dan
tidak tergantung pada besarnya luka Akoso, 2011.
2.1.5.1 Prodromal
Gejala awal yang terjadi sewaktu virus menyerang susuanan saraf pusat SSP
Universitas Sumatera Utara
adalah persaan gelisah dan demam. Secara umum pesien diliputi persaan tidak enak, sakit kepala, gatal, merasa seperti terbakar, kedinginan, kondisi tubuh lemah, dan rasa
sakit. Gejala awal mirip dengan influensa yakni dari hidung keluar ingus atau gejala infeksi pernafasan atas, sakit tenggorokan dan batuk. Pasien mungkin nafsu
makannya menurun, muntah, rasa sakit perut. Penderita yang menyadari beberapa minggu sebelumnya telah terdedah atau digigit oleh hewan penular rabies, secara
alami menjadi sangat khawatir, gelisah, tercekam dan merasa ada gangguan kesehatan. Perubahan lebih lanjut dapat muncul gejala mual, sakit perut hebat,
perototan terasa sakit, atau terjadi komplikasi infeksi saluran pernafasan bagian atas. Paresthesia juga biasa dialami oleh penderita dengan rabies bentuk paralitik dan
encepalitik. Gejala non lokal atau sistemik termasuk diantaranya adalah demam, mudah capek, gejala gangguan gastrointestinal, rasa sakit muskuluskletal yang
menyerupai influensa atau infeksi saluran pernafasan atas.
2.1.5.2 Furious Rabies
Tahap awal akan muncul gejala hidrofobia, tampilan neurologik dalam rabies ensfalitik adalah hipereaktivitas, dengan gejala berupa eksitasi atau ketakutan
berlebihan, rasa haus, ketakutan terhadap rangsangan cahaya, tiupan angin atau suara keras. Penderita umumnya selalu merintih sebelum kesadarannya hilang. Biasa
dijumpai gejala demam tinggi, penderita menjadi bingung, gelisah, rasa tidak nyaman dan tidak ketidak beraturan. Kebingungan akan semakin hebat dan berkembang
menjadi agresif, halusinasi dan selalu ketakutan. Tubuh gemetar atau kaku kejang.
Universitas Sumatera Utara
Timbul gejala stimulasi saraf otonom termasuk peningkatan salifasi, air liur yang berbuih, mengeluarkan banyak keringat, lakrimasi, abnormalitas pupil dan piloereksi.
Demam tubuh semakin meningkat sehingga suhu dapat mencapai 40
2.1.5.3 Paralitik