Pencegahan rabies terdiri 3 tiga yaitu pencegahan primer prinsip dasar, pencegahan sekunder pengendalian dan pencegahan tertier pemberantasan.
2.2.1 Pencegahan Primer Prinsip Dasar
Menurut CIVAS 2011 kebijakan memberantas rabies dilaksanakan dengan alasan utama untuk perlindungan kehidupan manusia dan mencegah penyebarannya
ke hewan domestik dan satwa liar. Hal ini dapat dicapai dengan menjalankan gabungan atau kombinasi strategi di bawah ini :
a. Karantina dan pengawasan lalu-lintas terhadap hewan penular penyakit. Arus lalu-lintas yang tidak terawasi adalah aspek kritis bagi pengendalian Rabies
di daerah. Dalam skala praktis di lapangan, daerah bisa desa, kecamatan, kabupaten yang bersinggunganberbatasan dengan daerah tertularwabah
dianggap sebagai Daerah Rawan. Hewan kesayangan yang dipelihara harus tetap tinggal di dalam rumah sampai keadaan darurat dinyatakan berlalu, dan lalu-lintas
anjing dan kucing ke wilayah lain hanya diizinkan oleh pejabat yang berwenang. Keadaan darurat harus dinyatakan tetap berlaku, sampai paling tidak selama masa
inkubasi 6 bulan menurut ketentuan World Organization for Animal Health OIEOrganisasi Kesehatan Hewan Dunia setelah berakhirnya program vaksinasi
di daerah rawan DR atau kasus Rabies terakhir. b. Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah sumber
virus Rabies yang paling berbahaya. Setiap anjing dan HPR yang menggigit harus dianggap sebagai hewan tertular
Universitas Sumatera Utara
atau tersangka Rabies. Tindakan observasi selama 10 - 14 hari harus diterapkan. Apabila hasil observasi negatif, pemusnahan pasca observasi dapat dilaksanakan
berdasarkan kondisi-kondisi tertentu seperti atas permintaan pemilik atau kondisi anjing sudah tidak layak untuk dipelihara lebih lanjut. Hewan seperti sapi, kerbau,
domba, kambing dan kuda bukan ancaman bagi penyebaran Rabies walaupun pada manusia masih tetap menjadi risiko. Apabila ada bukti yang meyakinkan
laboratoris bahwa di suatu tempat terjadi wabah Rabies, maka langkah tindakan yang sistematis untuk menanggulangi wabah tersebut harus segera dijalankan,
melalui tahaan-tahapan kesiagaan darurat veteriner Indonesia KIAT VETINDO.
Diantaranya penutupan suatu wilayah terhadap keluar masuknya Hewan Penular Rabies HPR. Vaksinasi menjadi program utama dalam pengendalian rabies
selain tindakan seperti investigasi kasus penggigitan, observasi HPR penggigit, eleminasi HPR positif rabies dan yang liar serta ditelantarkan. Semua anjing dan
HPR lain yang berada di wilayah administratif daerah bersangkutan dinyatakan sebagai hewan tertular Rabies yang sah dijadikan sasaran eliminasi. Hewan yang
masuk dari luar ke dalam daerah wabah, terutama yang masuk secara ilegal dapat pula menjadi target pemusnahan. Pemusnahan dilakukan terutama terhadap
anjing, kucing dan kera yang mempunyai potensi sangat besar dalam menularkan dan menyebarkan Rabies. Hewan-hewan yang kontak dengan penderita Rabies
bisa saja menimbulkan masalah yang lebih besar daripada hewan tertular. Tanda- tanda klinis dari hewan tertular dapat terlihat setelah beberapa jam, beberapa hari,
Universitas Sumatera Utara
satu minggu atau paling lama dua minggu. Meskipun demikian inkubasi penyakit tersebut dapat sampai berbulan-bulan. Oleh karena itu tindakan karantina untuk
memudahkan observasi, baik untuk hewan-hewan yang kontak dengan penderita Rabies maupun anjing atau HPR lain yang menggigit, merupakan prosedur yang
harus ditempuh sampai diperoleh kepastian bahwa hewan tersebut bebas Rabies. Pada dasarnya hewan-hewan yang kontak dengan penderita Rabies maupun
anjing yang menggigit sama sekali tidak boleh dibunuh sebelum hasil observasi dikeluarkan.
c. Vaksinasi semua hewan yang dipelihara di daerah tertular untuk melindungi hewan terhadap infeksi dan mengurangi kontak terhadap manusia.
Hanya di daerah-daerah yang terjadi kasus atau wabah yang menjadi pusat fokus kegiatan vaksinasi, ditambah daerah-daerah lainnya yang berbatasan langsung
dengan daerah kasus. Sedangkan di luar dari daerah tersebut tertular dan terancam kegiatan lebih ditekankan pada pengawasan lalu-lintas hewan rentan
Rabies secara ketat dan pembentukan Sabuk Kebal melalui kegiatan vaksinasi di sepanjang perbatasan dengan daerah terancam
d. Penelusuran dan surveillans untuk menentukan sumber penularan dan arah pembebasan dari penyakit.
e. Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat public awareness untuk memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan komunitas
yang terkait.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Pencegahan Sekunder Pengendalian