Tujuan Kebijakan dan strategi Kegiatan Anamnesis Pemeriksaan Fisik Lain-lain

observasi selama 10 - 14 hari harus dilaksanakan. Sebaliknya kalau anjing tersebut belum divaksin maka anjing harus dibunuh, selanjutnya kepala atau otaknya dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa D inas Peternakan Propinsi Jawa Barat, 2011.

2.3 Program Pemberantasan

Penanggulangan rabies yang menyangkut hewan menjadi tanggung jawab Departemen Pertanian cq.Direktotat Jendral Peternakan,sedangkan yang menyangkut manusia menjadi tanggung jawab Departemen Kesehatan. Program ini di susun dengan maksud agar dapat dipergunakan sebagai petunjuk, khususnya untuk dokter dan paramedis yang mengelola gigitan hewan serta merawat penderita rabies. Setiap kasus gigitan hewan harus ditangani segera karena waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam penyelamatan jiwa manusia dari kematian akibat penyakit rabies Depkes RI, 2000.

2.3.1 Tujuan

Mempertahankan daerah yang bebas rabies.

2.3.2 Kebijakan dan strategi

Kebijakan dan strategi miliputi lintas program dan lintas sektor dinas peternakan dan pemerintah daerah dan peran serta masyarakat PSM.

2.3.3 Kegiatan

Kegiatan yang dilakukan dengan memvaksinasi hewan penular rabies anjing Universitas Sumatera Utara oleh dinas peternakan, mengeliminasi anjing liar, mencegah kematian pasien dengan VAR atau SAR, meregistrasi anjing peliharaan, konsolidasi mengenai vaksinasi anjing yang lolos registrasi, anjing yang baru datang, dan anjing berusia 2 bulan melakukan sweeping anjing dan melakukan survei kualitas bebas rabies, yaitu memeriksa serum 100 anjing di laboratorium hewan. 2.3.4 Monitoring dan evaluasi Melakukan monitoring dan evaluasi cakupan vaksinasi: jumlah anjing yang divaksin per populasi, cakupan eliminasi: jumlah anjing yang dieliminasi per populasi, cakupan pengobatan: jumlah kasus yang diobati per gigitan. 2.3.5 Pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies Menurut Depkes RI 2000 pemberian Vaksin Anti Rabies VAR atau Vaksin Anti Rabies VAR disertai Serum Anti Rabies SAR harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan hasil-hasil penemuan di bawah ini.

2.3.6 Anamnesis

Anamnesis yang dilakukan meliputi : kontakjilatangigitan, kejadian di daerah tertularterancambebas, didahului tindakan provokatiftidak, hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies, hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat di tangkap atau dibunuh dan dibuat, hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies, penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan dan hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan. Universitas Sumatera Utara

2.3.7 Pemeriksaan Fisik

Identifikasi luka gigitan status lokalis.

2.3.8 Lain-lain

Kegiatan lain meliputi : temuan pada waktu observasi hewan, hasil pemeriksaan spesimen dari hewan dan petunjuk WHO. Luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet erosi, ekskoriasi, luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki. Terhadap luka risiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk luka berbahaya adalah jilatanluka pada mukosa, luka diatas daerah bahu muka, kepala, leher, luka pada jari tangankaki, genetalia, luka yang lebardalam dan luka yang banyak multipel. Untuk kontak dengan air liur atau saliva hewan tersangkahewan rabies atau penderita rabies, tetapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada kontak, maka tidak perlu diberikan pengobatan VAR maupun SAR. Sedangkan apabila kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya, maka diberikan VAR atau diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak dengan air liur pada luka berbahaya. Universitas Sumatera Utara

2.4 Penatalaksanaan Kasus Gigitan Hewan Tersangka Rabies

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

3 60 154

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Pemilik Anjing Dengan Pemeliharaan Anjing Dalam Upaya Mencegah Rabies Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

0 38 208

Gambaran Perilaku Pemilik Anjing Terhadap Pencegahan Penyakit Rabies di Kota Binjai Tahun 2016

0 0 10

Gambaran Perilaku Pemilik Anjing Terhadap Pencegahan Penyakit Rabies di Kota Binjai Tahun 2016

0 1 21

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 14

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMILIK ANJING DAN FAKTOR PENCETUS PERSEPSI DENGAN PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DI KECAMATAN SARUDIK KABUPATENTAPANULI TENGAH TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes)

0 0 18

LEMBAR KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING TERHADAP TINDAKAN PEMILIK ANJING DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES MELALUI GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA Penjelasan Umum

1 1 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Rabies - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utar

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 12

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18