sebanyak  74  .  Oleh  karena  itu  dapat  disimpulkan  bahwa  subjek  yang  berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada yang berjenis kelamin perempuan.
2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Berdasarkan  usia  subjek  penelitian,  maka  dapat  digambarkan  penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia
Usia Jumlah N
Persentase
20 – 40 tahun
38 76
40 – 60 tahun
12 24
Total 50
100
Menurut  Havighurst  Papalia,  Olds,    Feldman,  2008  rentang  usia  20 –
40 tahun dinamakan periode masa dewasa muda, sedangkan rentang usia 40 – 60
tahun dinamakan periode masa dewasa madya. Pada tabel 10 di atas bahwa subjek yang  berada  pada  periode  dewasa  muda  20
–  40  tahun  lebih  banyak  yaitu sebesar 76  daripada subjek yang berada pada periode dewasa madya 40
– 60 tahun yaitu sebesar 24 .
3. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan  tingkat  pendidikan  subjek  penelitian,  maka  dapat digambarkan penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel 11 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 11. Gambaran Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah N
Persentase
SMAsederajat 17
34 D3
6 12
S1 27
54
Total 50
100
Pada  tabel  11  di  atas,  dapat  dilihat  bahwa  subjek  yang  memiliki  tingkat pendidikan  yang  paling  banyak  adalah  S1  yaitu  sebesar  54  ,  sedangkan  yang
memiliki tingkat pendidikan paling sedikit adalah D3 yaitu sebesar 12 .
4. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja
Berdasarkan  masa  kerja  subjek  penelitian,  maka  dapat  digambarkan penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Gambaran Subjek Berdasarkan Masa Kerja
Masa Kerja Jumlah N
Persentase
– 5 tahun 29
58 6
– 10 tahun 12
24 11
– 15 tahun 4
8 16
– 20 tahun 5
10
Total 50
100
Berdasarkan  tabel  12  di  atas,  dapat  dilihat  bahwa  subjek  yang  memiliki masa  kerja  yang  paling  banyak  adalah  yang  sudah  bekerja  selama  0
–  5  tahun yaitu  sebesar  58  ,  sedangkan  yang  memiliki  masa  kerja  paling  sedikit  adalah
yang sudah bekerja selama 11 – 15 tahun yaitu sebesar 8 .
Universitas Sumatera Utara
B. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Uji Asumsi
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana. Sebelum  melakukan  analisis  tersebut  maka  terlebih  dahulu  dilakukan  uji  asumsi
yang bertujuan untuk  mengetahui pengolahan data  yang akan digunakan, apakah menggunakan  statistik  parametrik  atau  non  parametrik.  Uji  asumsi  meliputi  uji
normalitas dan uji linieritas.
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas untuk mengetahui apakah data tersebar secara normal dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 13. Normalitas Sebaran Variabel
Employee Engagement dan Iklim Organisasi Variabel
Z P
Keterangan
Employee Engagement 0,62
0,836 Normal
Iklim organisasi 0,99
0,28 Normal
Kaidah  normal  yang  digunakan  adalah  jika  p    0,05  maka  sebarannya dinyatakan normal dan sebaliknya jika p  0,05 maka sebarannya dinyatakan tidak
normal Field, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Hasil  uji  normalitas  terhadap  variabel  employee  engagement  diperoleh nilai  Z  =  0,62  dan  p  =  0,836.  Hasil  menunjukkan  bahwa  nilai  p  0,836    0,05
maka data dari variabel employee engagement terdistribusi secara normal. Hasil uji normalitas terhadap variabel iklim organisasi diperoleh nilai Z =
0,99 dan p = 0,28. Hasil menunjukkan bahwa nilai p 0,28  0,05 maka data dari variabel iklim organisasi terdistribusi secara normal.
Selain  dengan  uji  statistik,  uji  normalitas  dapat  juga  diketahui  dengan analisis  grafik  yaitu  P-P  plot.  Hasil  analisis  grafik  dapat  dilihat  pada  gambar  di
bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Grafik Normalitas Antara Iklim Organisasi Terhadap
Employee Engagement
Berdasarkan  grafik  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  data  terdistribusi  secara normal,  karena  kebanyakan  titik-titik  tersebut  berada  sangat  dekat  dengan  garis
bahkan ada yang menempel pada garis. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mengikuti distribusi normal.
Universitas Sumatera Utara
b. Uji Linieritas
Hasil  uji  linieritas  untuk  mengetahui  linier  atau  tidaknya  hubungan  antar kedua varibel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 14. Hasil Pengujian Linieritas
Variabel F
p Keterangan
EEIklim organisasi 55,911
0,000 Linier
Uji  linieritas  dapat  dilihat  dengan  hasil  analisis  statistik  yaitu  dengan metode  statistik  uji  F.  Kaidah  yang  digunakan  untuk  mengetahui  linier  atau
tidaknya  hubungan  antara  variabel  bebas  dengan  variabel  tergantung  adalah  jika p    0,05  maka  hubungannya  antara  variabel  bebas  dengan  variabel  tergantung
dinyatakan linier, sebaliknya jika p  0,05 berarti hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dinyatakan tidak linier Hadi, 2000.
Hasil  uji  linieritas  pada  kedua  variabel  penelitian  diperoleh  nilai F = 55,911 dan nilai p = 0,000. Hasil menunjukkan bahwa nilai p 0,000  0,05
maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel memiliki hubungan yang linier. Selain  dengan  uji  statistik,  uji  linieritas  dapat  juga  diketahui  dengan
analisis  grafik  yaitu  interactive  graph.  Hasil  analisis  grafik  dapat  dilihat  pada gambar di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2. Grafik Linieritas Antara Iklim Organisasi Terhadap
Employee Engagement
Berdasarkan  grafik  di  atas  dapat  dilihat  bahwa  hubungan  kedua  variabel dapat dikatakan linier karena titik-titik tersebut mengikuti  garis linier. Kemudian
titik-titik yang ada di grafik tersebut juga memiliki jarak yang cukup dekat dengan garis  dan  dalam  grafik  ini  juga  dapat  dilihat  beberapa  outlier  sekaligus
kemungkinan  heterogenitas  varians.  Oleh  karena  itu,  terdapat  pengaruh  positif iklim  organisasi  dengan  employee  engagement.  Yaitu  ketika  iklim  organisasi
dirasakan  positif  oleh  individu,  maka  akan  semakin  meningkat  pula  tingkat employee engagement.
Universitas Sumatera Utara
2. Hasil Utama Penelitian a. Hasil Analisis Data
Berikut  ini  akan  dijabarkan  tentang  hasil  pengolahan  data  mengenai pengaruh iklim organisasi terhadap employee engagement yang diperoleh dengan
teknik analisis regresi  sederhana dengan menggunakan program  SPSS versi 17.0 for windows. Hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 15. Hasil Perhitungan Analisa Regresi
Model Sum of
Squares Df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 815.706
1 815.706
59.074 .000
a
Residual 662.794
48 13.808
Total 1478.500
49
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Ada pengaruh positif iklim organisasi dengan employee engagement.
Berdasarkan hasil perhitungan didapat nilai F = 59,074 dan p = 0,000. Jika nilai  p    0,05  maka  Hipotesis
diterima  Field,  2009.  Pada  penelitian  ini  nilai p 0,000  0,05 maka Hipotesis
diterima.  Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif iklim organisasi dengan employee engagement.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16 Sumbangan Efektif Variabel Iklim Organisasi
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate 1
.743
a
.552 .542
3.716
Hasil analisis regresi pada tabel 16 di atas diketahui bahwa nilai koefisien korelasi R sebesar 0,743 dan nilai koefisien determinan R
2
sebesar 0,552 atau 55,2 . Artinya iklim organisasi memberikan sumbangan efektif sebesar 55,2
dalam meningkatkan employee engagement pada karyawan. Persamaan  garis  regresi  pada  penelitian  ini  adalah  Y
=  11,557  +  0,319X. Employee  Engagement  dilambangkan  dengan  Y  dan  iklim  organisasi
dilambangkan dengan  X. Berdasarkan persamaan  garis regresi  dapat  dijelaskan bahwa konstanta sebesar 11,557, artinya jika iklim organisasi X bernilai 0 maka
employee  engagement  Y  bernilai  positif  sebesar  11,557.  Koefisien  regresi variabel  iklim  organisasi  X  sebesar  0,319,  artinya  jika  iklim  organisasi
mengalami  kenaikan  sebesar  satu  satuan  maka  employee  engagement  akan mengalami peningkatan sebesar 0,319.
b. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Data Penelitian
1. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Iklim Organisasi Jumlah aitem yang digunakan untuk mengungkap variabel iklim organisasi
adalah  sebanyak  38  aitem  yang  diformat  dengan  skala  Likert  dalam  lima
Universitas Sumatera Utara
alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 17. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik
Iklim Organisasi Variabel
Nilai Empirik Nilai Hipotetik
Min Max
Mean SD
Min Max
Mean SD
Iklim organisasi
127 190
152,3 12,8
38 190
114 25,3
Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh mean empirik X sebesar 152,3 dengan SD empirik s sebesar 12,8, sedangkan mean hipotetik µ sebesar 114
dengan SD hipotetik  sebesar 25,3.
Perbandingan mean empirik X dan mean hipotetik µ dari variabel iklim organisasi  menunjukkan X
152,3 µ
114, maka dapat  disimpulkan bahwa iklim  organisasi  yang  dirasakan  karyawan  pada  subjek  penelitian  memiliki
kekuatan  yang lebih besar daripada iklim organisasi  yang dirasakan karyawan pada populasi umumnya.
2. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik Employee Engagement Jumlah  aitem  yang  digunakan  untuk  mengungkap  variabel  employee
engagement sebanyak 15 aitem yang diformat dengan skala Likert dalam lima alternatif pilihan jawaban. Hasil perhitungan mean empirik dan mean hipotetik
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 18. Nilai Empirik dan Nilai Hipotetik
Employee Engagement Variabel
Nilai Empirik Nilai Hipotetik
Min Max
Mean SD
Min Max
Mean SD
Employee Engagement
48 74
60,1 5,493
15 75
45 10
Berdasarkan  tabel  di  atas  maka  diperoleh  mean  empirik  X  sebesar  60,1 dengan SD empirik s sebesar 5,493, sedangkan mean hipotetik µ sebesar 45
dengan SD hipotetik  sebesar 10.
Perbandingan  mean  empirik  X  dan  mean  hipotetik  µ  dari  variabel employee engagement menunjukkan X
60,1 µ
45, maka dapat disimpulkan bahwa  tingkat  employee  engagement  pada  subjek  penelitian  lebih  tinggi
daripada rata-rata tingkat employee engagement pada populasi umumnya.
c. Kategorisasi Data Penelitian
Berdasarkan  hasil  penelitian  dapat  dilakukan  pengelompokan  yang mengacu  pada  kriteria  pengkategorisasian  yang  didasarkan  pada  asumsi  bahwa
skor  subjek  penelitian  terdistribusi  secara  normal  Azwar,  2012.  Kriterianya terbagi atas tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
1. Kategorisasi Data Iklim Organisasi Berdasarkan  deskripsi  nilai  hipotetik  iklim  organisasi  yang  dapat  dilihat
pada tabel 17 di atas, maka dapat dihitung norma kategorisasi jenjang. Hasilnya adalah sebagai berikut.
Tabel 19. Kategorisasi Data Hipotetik Iklim Organisasi
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Iklim organisasi
X  89 Rendah
- -
89  X  139
Sedang 8
16 X
 139 Tinggi
42 84
Total 50
100
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar  karyawan  termasuk  ke  dalam  kategori  tinggi  84    untuk
penerimaannya terhadap iklim organisasi, sedangkan 16  tergolong ke dalam kelompok sedang dan tidak ada karyawan  yang tergolong ke dalam kelompok
rendah.  Dengan  kata  lain  bahwa  penerimaan  karyawan  terhadap  iklim organisasi adalah tinggi.
2. Kategorisasi Data Employee Engagement Berdasarkan  deskripsi  nilai  hipotetik  employee  engagement  yang  dapat
dilihat pada tabel  18 di  atas, maka dapat  dihitung norma kategorisasi  jenjang. Berikut ini adalah hasilnya:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 20. Kategorisasi Data Hipotetik Employee Engagement
Variabel Rentang Nilai
Kategori Frekuensi
Persentase
Employee Engagement
X  35 Rendah
- -
35  X  55
Sedang 7
14 X
 55 Tinggi
43 86
Total 50
100
Berdasarkan kategorisasi pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar  karyawan  termasuk  ke  dalam  kategori  tinggi  86    untuk  tingkat
employee engagement, sedangkan 14  tergolong ke dalam kelompok sedang dan  tidak  ada  karyawan  yang  tergolong  ke  dalam  kelompok  rendah.  Jadi,
tingkat employee engagement pada karyawan tergolong tinggi.
C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Hasil  penelitian  pada  populasi  karyawan  di  Bank  Sumut  Cabang  Iskandar Muda  Medan  menunjukkan  bahwa  ada  pengaruh  positif  iklim  organisasi  dengan
employee engagement sebesar R=0,743 dengan p = 0,000. Hal  ini  menunjukkan  hasil  yang  sangat  signifikan.  Bahwa  karyawan
merasakan  iklim  yang  positif  di  dalam  organisasi  sehingga  hal  ini  juga berpengaruh  kepada  tingkat  keterikatan  karyawan  yaitu  employee  engagement.
Hasil  yang  dicapai  sesuai  dengan  pendapat  dari  penelitian-  penelitian  terdahulu mengenai  pengaruh  iklim  organisasi  terhadap  employee  engagement.    Seperti
Universitas Sumatera Utara
yang  diungkapkan  oleh  Robinson  dalam  Kulaar,  2008,  Employee  engagement dapat  dicapai  melalui  penciptaan  lingkungan  organisasi  dimana  emosi  positif
seperti  keterlibatan  dan  kebanggaan  didorong,  sehingga  meningkatnya  kinerja organisasi,  rendahnya  turnover  karyawan  dan  kesehatan  yang  lebih  baik.  Upaya
untuk  menciptakan  iklim  organisasi  yang  kondusif,  dapat  diarahkan  dengan terwujudnya  kerjasama  kerja  yang  serasi,  sehingga  dapat  mewujudkan  kinerja
yang semakin lebih baik pada diri karyawan Vivi, 2007. Studi  mengenai  pengaruh  iklim  organisasi  terhadap  employee  engagement
juga  sejalan  dengan  peneltian  Abbey  dalam  Suhanto,  2009  bahwa  iklim organisasi menunjukkan pengaruh yang kuat terhadap tingkah laku manusia. Iklim
organisasi dapat menentukan sejauh mana individu merasa betah menjadi anggota suatu  organisasi  dan  dapat  mempengaruhi  tinggi  rendahnya  produktivitas  dan
kualitas kinerja Davis dan Newstrom, 2002. Kemudian penelitian  yang dilakukan oleh Trimahanani dalam Mahmudah,
2011  mengungkapkan  kondisi  lingkungan  yang  kondusif  dapat  menjadi  pemicu terciptanya  employee  engagement.  Adanya  employee  engagement  membuat
karyawan  memiliki  komitmen  yang  kuat  terhadap  perusahaan  sehingga  dapat merasakan kepuasan bekerja di perusahaan tersebut. Tentu hal ini sejalan dengan
hasil  penelitian  yang  mengungkapkan  bahwa  iklim  organisasi  berpengaruh terhadap employee engagement.
Kahn  1990  mengatakan  bahwa  seseorang  memiliki  tingkat  engagement yang  berbeda-beda  terhadap  keuntungan  yang  mereka  terima  dari  peran  mereka.
Universitas Sumatera Utara
Employee  engagement  muncul  apabila  karyawan  mendapatkan  penghargaan  dan pengakuan terhadap performansi mereka. Kurangnya penghargaan dan pengakuan
akan  menyebabkan  karyawan  tidak  betah,  maka  dari  itu  pengakuan  dan penghargaan  adalah  faktor  penting  bagi  engagement  Saks,  2006.  Penghargaan
dan  pengakuan  juga  termasuk  dalam  aspek  iklim  organisasi  yang  dikemukakan oleh Stringer 2002.
Hasil positif yang didapat dari pengaruh iklim organisasi terhadap employee engagement  didukung  dengan  hasil  wawancara  kepada  salah  satu  karyawan  di
bank tersebut. Berikut petikan wawancaranya: “....semua  karyawan  disini  baik-baik.  Kalau  ada  kesulitan  mereka
mau bantu. Gak pernah cuek. Peduli lah pokoknya. ...... senang kerja disini. Karena  teman-teman  disini  juga  baik-
baik.  Betah  jadinya.”  komunikasi personal, 4 Juni 2013.
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh sumbangan efektif iklim organisasi terhadap  employee  engagement  adalah  55,2    sedangkan  sisanya  44,8
dipengaruhi  oleh  variabel  lain  yang  tidak  diukur  dalam  penelitian.  Hasil  yang dicapai  sudah  signifikan  karena  lebih  dari  setengah  merupakan  sumbangan  dari
iklim organisasi terhadap employee engagement pada karyawan. Sisa sebesar 44,8 dapat  dipengaruhi  oleh  faktor  lain  seperti  kepuasan  kerja,  komunikasi  antara
atasan bawahan, kepribadian, budaya organisasi, dan persepsi terhadap dukungan organisasi.  Hal  ini  juga  didukung  dengan  hasil  wawancara  pada  salah  satu
karyawan di bank tersebut. Berikut petikan wawancaranya:
Universitas Sumatera Utara
“...kalau masalah senang kerja di sini apa gak, ya pasti senang dek. Kan  orang  disini  baik-baik.  Kakak  udah  lama  kerja  disini.  Sudah  tau  kali
gimana pekerjaan yang kakak geluti sekarang. Kalaupun ada mereka yang gak  tau,  kadang  kakak  bantu.  Ya  setahu  kakak  lah  pastinya.  Kalau  sama
teman-teman  disini  kami  akrab  kali.  Becandaan-becandaan,  saling  bantu, macem-
macem lah...” komunikasi personal, 4 Juni 2013
Untuk  melihat  tingkat  penerimaan  karyawan  terhadap  iklim  organisasi  dan tingkat  employee  engagement  pada  karyawan  dapat  menggunakan  perbandingan
antara  mean  hipotetik  dan  mean  empirik.  Tingkat  penerimaan  subjek  penelitian terhadap iklim organisasi berada diatas rata-rata daripada populasi umumnya yang
ditunjukkan oleh mean empirik skala yaitu 152,3 lebih besar dibandingkan dengan mean  hipotetik  skala  yaitu  114.  Sementara  itu  mean  empirik  skala  employee
engagement  yaitu 60,1 lebih  besar dibandingkan mean hipotetik  yaitu 45, hal ini menunjukkan  bahwa  subjek  penelitian  memiliki  tingkat  employee  engagement
berada di atas rata-rata daripada populasi umumnya. Berdasarkan  kategorisasi  iklim  organisasi  didapat  hasil  bahwa  penerimaan
karyawan  terhadap  iklim  organisasi  berada  pada  kategori  tinggi,  dari  hasil  data hipotetik didapat sebanyak 42 orang 84  memiliki penerimaan terhadap iklim
organisasi yang tinggi. Hal ini bisa terjadi dikarenakan karyawan merasakan iklim yang positif di dalam organisasi tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh Yuliana 2007, individu merasakan iklim yang positif  jika  individu  merasakan  kepemimpinan  yang  kompeten,  adanya
kepercayaan  diantara  sesama  rekan  kerja  dan  atasan  dan  bawahan,  komunikasi yang  lancar  dan  efektif  menciptakan  kehangatan,  adanya  pemberian  tanggung
jawab  dari  atasan  kepada  bawahannya,  karyawan  merasakan  pekerjaan  yang  ia
Universitas Sumatera Utara
lakukan bermanfaat bagi dirinya dan perusahaan, hukuman dan penghargaan yang diberikan adil dan objektif, struktur dan birokrasi yang tidak terlalu banyak, tidak
formal,  tidak  memberatkan  anggotanya,  adanya  pengendalian  dan  pengarahan perilaku dari atasan yang tidak kaku, dan partisipasi karyawan yang cukup tinggi
dalam perusahaan. Hal ini juga sejalan dengan aspek-aspek iklim organisasi yang dikemukakan
oleh  Stringer  2002  yaitu  struktur,  standard,  tanggung  jawab,  penghargaan, dukungan, dan komitmen.
Berdasarkan kategorisasi employee engagement didapat hasil bahwa tingkat employee engagement pada karyawan berada pada kategori tinggi, dari hasil data
hipotetik  didapat  sebanyak  43  orang  86    memiliki  tingkat  employee engagement  yang  tinggi.  Melihat  hasil  yang  telah  dicapai,  maka  data  ini  telah
mendukung hipotesis penelitian.
Universitas Sumatera Utara
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada  bab  ini  akan  disimpulkan  jawaban-jawaban  dari  permasalahan  dalam penelitian  ini,  pada  akhir  bab  akan  dikemukakan  saran-saran  bagi  penelitian  di
masa mendatang dengan tema yang hampir sama.
A. KESIMPULAN
Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  pada  seluruh  karyawan  di  Bank Sumut Cabang Iskandar Muda, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Terdapat  pengaruh  positif  iklim  organisasi  dengan  employee  engagement,
artinya  semakin  positif  iklim  yang  dirasakan  individu  maka  akan  semakin tinggi  tingkat  employee  engagement.  Sebaliknya,  semakin  negatif  iklim
organisasi maka akan semakin rendah tingkat employee engagement. 2.
Sumbangan  efektif  iklim  organisasi  terhadap  employee  engagement  sebesar 55,2    ini  mengindikasikan  bahwa  iklim  organisasi  berpengaruh  dalam
meningkatkan  employee  engagement.  sedangkan  sisanya  44,8    ditentukan oleh  faktor-faktor  lain  yang  tidak  diungkap  dalam  penelitian  ini  dan  diduga
turut berpengaruh pada employee engagement pada karyawan di Bank Sumut Cabang  Iskandar  Muda,  seperti  kepuasan  kerja,  motivasi,  hubungan  antar
atasan dan bawahan, dan budaya organisasi. 3.
Berdasarkan kategorisasi data hipotetik  employee engagement  menunjukkan bahwa  terdapat  14    karyawan  berada  pada  kategori  sedang  dan  86
karyawan berada pada kategori tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan  kategorisasi  data  hipotetik  iklim  organisasi  terdapat  16
karyawan  berada  pada  kategori  sedang  dan  84    karyawan  berada  pada kategori  tinggi.  Kategori  tinggi  menunjukkan  bahwa  karyawan  merasakan
iklim organisasi yang positif. 5.
Berdasarkan  hasil  wawancara,  karyawan  merasakan  suasana  yang  kondusif sehingga  meningkatkan  motivasi  dan  performansi  mereka  dalam  bekerja.
Karyawan  juga  merasakan  adanya  hubungan  sesama  karyawan  yang  cukup baik  sehingga mereka merasa betah saat  bekerja  di  perusahaan tersebut.  Hal
ini  disimpulkan  bahwa  iklim  organisasi  positif  berpengaruh  terhadap employee engagement.
B. SARAN
Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  dan  kesimpulan  yang  telah dikemukakan  maka  peneliti  memberi  beberapa  saran.  Saran-saran  yang
dikemukakan  oleh  peneliti  diharapkan  dapat  berguna  bagi  pengembangan kelanjutan  studi  ilmiah  dan  berguna  bagi  pihak  Bank  Sumut  terkhusus  Bank
Sumut Cabang Iskandar Muda.
1. Saran bagi Bank Sumut Cabang Iskandar Muda
Iklim  organisasi  dapat  mempengaruhi  performansi  individu  dalam melaksanakan  pekerjaannya.  Sehingga  hal  ini  tentunya  juga  akan  mempengaruhi
produktivitas  dan  efektivitas  kerja.  Iklim  organisasi  berpengaruh  dengan terciptanya  employee  engagement.  Ketika  individu  merasa  terikat  dengan
organisasinya,  tentu  hal  ini  akan  menguntungkan  bagi  perusahaan.  Hasil
Universitas Sumatera Utara
penelitian  ini  menunjukkan  bahwa  iklim  organisasi  mempengaruhi  tingkat employee engagement. Oleh karena itu ada beberapa saran berikut ini:
a. Employee engagement pada saat penelitian berada dalam kategori tinggi.
Berdasarkan  hasil  penelitian  tersebut,maka  disarankan  bagi  pihak  Bank Sumut  Cabang  Iskandar  Muda  Medan  agar  dapat  mempertahankan
suasana  iklim  yang  kondusif  sehingga  meningkatkan  employee engagement.
b. Diharapkan  pimpinan  senantiasa  memberikan  dorongan  semangat  dan
kebijakan-kebijakan  lainnya  yang  membuat  para  karyawan  merasakan iklim  organisasi  yang  positif    sehingga  employee  engagement  akan
semakin meningkat.
2. Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Iklim  organisasi  memberikan  sumbangan  efektif  sebesar  55,2    terhadap employee  engagement.  Selebihnya  employee  engagement  dipengaruhi  variabel
lain  yang  tidak  diteliti  dalam  penelitian  ini.  Sehubungan  dengan  hal  ini,  maka disarankan  kepada  peneliti  selanjutnya  yang  berminat  meneliti  employee
engagement  pada  karyawan  bank  untuk  mengkaji  variabel-variabel  lain  yang mungkin  mempengaruhi  employee  engagement,  seperti:  budaya  organisasi,
hubugan antara atasan dan bawahan, dan pengembangan karir.
Universitas Sumatera Utara
13
BAB II LANDASAN TEORI
A.  EMPLOYEE ENGAGEMENT 1.  Pengertian Employee Engagement
Employee  Engagement  menjadi  daya  tarik  dari  perilaku  organisasi beberapa  tahun  terakhir.  Adanya  daya  tarik  ini  dikarenakan  employee
engagement yang berpengaruh pada kinerja perusahaan secara keseluruhan. Menurut  Kahn  1990,  engagement  adalah  memanfaatkan  anggota  diri
organisasi  untuk  peran  pekerjaan  mereka  sehingga  mereka  mempekerjakan dan  mengekspresikan  diri  secara  fisik,  kognitif,  dan  emosional  selama
menunjukkan peran. Menurut  Gubman  dalam  Henryhand  2009,  tantangan  yang  dihadapi
organisasi  saat  ini  adalah  tidak  hanya  mempertahankan  karyawan  tetapi sepenuhnya  melibatkan  mereka  dengan  menguasai  emosional  mereka  pada
setiap tahap kehidupan kerja mereka. McPhie    Rose  2008  juga  mendefenisikan  Employee  engagement
adalah hubungan yang erat antara karyawan dan pekerjaan mereka, organisasi mereka,  atau  dengan  orang-orang  yang  bekerja  untuk  atau  dengan  mereka.
Dengan  adanya  employee  engagement,  karyawan  akan  menemukan  makna pribadi  dalam  pekerjaan  mereka,  bangga  dengan  apa  yang  mereka  lakukan
dan dimana mereka melakukannya.
Universitas Sumatera Utara
Robinson,  Perryman,  dan  hayday  2004  the  institute  of  Employment Studies  mendefinisikan  engagement  sebagai  sikap  positif  yang  ditunjukkan
oleh karyawan terhadap organisasi. Employee
engagement juga
didefinisikan sebagai
positivitas, pemenuhan,  kerja  dari  pusat  pikiran  yang  dikarakteristikkan  dengan  vigor,
dedication, dan absorption Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma,  Bakker, 2002.
Menurut Gibbons dalam Nusatria, 2011 employee engagement adalah hubungan emosional dan intelektual yang tinggi yang dimiliki oleh karyawan
terhadap  pekerjaannya,  organisasi,  manajer,  atau  rekan  kerja  dalam pekerjaannya. Hubungan yang baik dengan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya,  organisasi  tempat  bekerja,  manajer  yang  menjadi  atasan  dan memberikan dukungan dan nasehat, dan rekan kerja yang saling mendukung
membuat  individu  dapat  memberikan  upaya  terbaik  yang  melebihi persyaratan dari suatu pekerjaan.
Dapat disimpulkan bahwa employee engagement  adalah hubungan erat antara karyawan dan organisasi yang saling mendukung satu sama lain, serta
sikap  positif  yang  ditunjukkan  karyawan  terhadap  organisasi  sehingga individu    mengekspresikan  diri  secara  fisik,  kognitif,  dan  emosional  selama
menunjukkan peran.
Universitas Sumatera Utara
2.  Aspek-aspek Employee Engagement
Kahn 1990 menyatakan ada 3 aspek dari Employee Engagement, yaitu: a.
Aspek Fisik Melibatkan  energi  fisik  yang  diberikan  oleh  individu  untuk  mencapai
peran mereka. Aspek ini meliputi energi yang dikerahkan karyawan untuk menyelesaikan  tugasnya.  Dengan  adanya  employee  engagement,  akan
membuat karyawan berusaha ekstra agar perilaku yang mereka timbulkan dapat  memberi  kontribusi  terhadap  kesuksesan  organisasi  Lockwood,
2005 dalam Endres   Smoak, 2008. Hal  ini juga sejalan dengan  Vigor, yang  merupakan  curahan  energi  dan  mental  yang  kuat  selama  bekerja,
keberanian  untuk  berusaha  sekuat  tenaga  dalam  menyelesaikan  suatu pekerjaan,  dan  tekun  dalam  menghadapi  kesulitan  kerja.  Dan  memiliki
kemauan  untuk  menginvestasikan  segala  upaya  dalam  suatu  pekerjaan, dan  tetap  bertahan  meski  mengalami  kesulitan  Schaufeli,  Salanova,
Gonzales-Roma,  Bakker, 2002. b.
Aspek Kognitif Aspek  ini  menyangkut  keyakinan  karyawan  tentang  organisasi,
kepemimpinan,  dan  kondisi  kerja.  Hal  ini  meliputi  proses  kognitif karyawan,  seperti  belief  mengenai  produk  dan  jasa  dari  organisasi  dan
persepsi  apakah  organisasi  dapat  membuat  performa  karyawan  menjadi baik  Robinson,  2004.  Hal  ini  sejalan  dengan  Absorption,  yaitu  merasa
terlibat  sangat  kuat  dalam  suatu pekerjaan dan karyawan bekerja dengan penuh  konsentrasi  dan  serius  terhadap  suatu  pekerjaan.  Ketika  bekerja
Universitas Sumatera Utara
waktu  terasa  berlalu  begitu  cepat  dan  menemukan  kesulitan  dalam memisahkan diri dengan pekerjaan Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma,
Bakker, 2002. c.
Aspek Emosional Aspek  ini  menyatakan  bahwa  apakah  karyawan  memiliki  sikap  positif
atau  sikap  negatif  terhadap  organisasi  dan  para  pemimpinnya.  Aspek emosi  ini  hampir  sama  dengan  dedication  yang  ditandai  oleh  suatu
perasaan  yang  penuh  makna,  antusias,  inspirasi,  kebanggaan  dan tantangan Schaufeli, Salanova, Gonzales-Roma,  Bakker, 2002.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengambil aspek iklim organisasi dari Kahn  1990  sebagai  aspek  yang  digunakan  untuk  mengukur  variabel
employee engagement, yaitu: aspek fisik, kognitif, dan aspek emosional.
3.   Faktor yang mempengaruhi Employee Engagement