2.3.1 Hipertensi dengan Stroke
Hipertensi sebagai faktor risiko utama stroke dan termasuk ke dalam 4 faktor
risiko mayor
dari stroke
selain transient
ischemic attack,
hipercholesterolemia, dan diabetes mellitus Bustan, 2007. Tekanan darah yang diukur di lengan bisa berubah naik turun, tetapi tekanan aliran darah diotak
dipertahankan stabil
tanpa banyak
perubahan. Kemampuan
untuk mempertahankan aliran darah ke otak agar tetap stabil disebut autoregulasi.
Kemampuan autoregulasi ini memungkinkan otak untuk menghindarkan diri dari gejolak tekanan darah yang terjadi July, 2013.
Jika tekanan darah meningkat, maka pembuluh darah otak akan menciut untuk mengimbangi tekanan darah tersebut sehingga aliran darah di otak tetap
stabil. Sebaliknya jika tekanan darah menurun, maka pembuluh darah otak akan melebar dilatasi sehingga memudahkan aliran darah ke otak Kontos HA et al.,
1978. Namun demikian, autoregulasi ini hanya berfungsi dalam ambang tekanan tertentu, yaitu 90-180 mmHg tekanan darah arteri Kontos HA et al., 1978; Harper
AM, 1996. Oleh karena tekanan sistolik merupakan tekanan darah arteri yang paling tinggi, maka ambang tekanan untuk autoregulasi sebenarnya ditentukan
oleh tekanan sistolik July, 2013. Berapapun tekanan darah sistolik, selama masih dalam rentang
autoregulasi 90-180 mmHg, maka tekanan aliran darah dalam otak akan dipertahankan stabil. Jika tekanan darah melebihi autoregulasi maka tekanan
dalam pembuluh darah otak bisa meningkat sejalan dengan peningkatan tekanan darah. Artinya bahwa, jika tekanan darah sistolik mencapai 200mmHg maka
Universitas Sumatera Utara
tekanan dalam pembuluh darah otak bisa 110 mmHg, atau 160 mmHg, atau bahkan 200mmHg. Tidak ada lagi mekanisme yang melindungi pembuluh darah
otak sebagai konsekuensinya, pembuluh darah tersebut bisa pecah, sehingga terjadi perdarahan dan inilah yang disebut dengan stroke perdarahan karena
Hipertensi July, 2013. Sedikit berbeda dengan kejadian stroke penyumbatan. Dalam penelitiam
Mackenzie dkk, pada tahun 1976 memperlihatkan bahwa sejalan dengan peningkatan tekanan darah, maka pembuluh darah otak akan semakin menciut.
Penciutan tersebut terus berlangsung hingga tekanan darah 180 mmHg Mackenzie ET et al., 1976. Pembuluh darah otak yang menciut spasme akan
mengurangi aliran darah ke otak, jika penciutan tersebut parah maka otak tidak mendapatkan aliran darah. Inilah yang disebut dengan stroke penyumbatan yang
disebabkan oleh Hipertensi July, 2013. Proses penciutan pembuluh darah tersebut merupakan upaya tubuh dalam
melindungi otak dari lonjakan tekanan darah. Tetapi karena proses penciutan tersebut menyebabkan aliran darah otak tidak memadai, maka terjadilah gangguan
fungsi sel neuron atau bahkan kematian sel neuron tersebut. Jadi tekanan darah tinggi Hipertensi dapat menyebabkan stroke perdarahan maupun penyumbatan.
Jika tekanan darah terus meningkat hingga 200mmHg atau lebih, dan ini sudah diluar rentang autoregulasi, maka pembuluh darah yang tadinya menciut akan
dipaksa untuk melebar atau membuka dengan potensi terjadinya pecah pembuluh darah. Oleh sebab itu, pada sebagian pasien stroke penyumbatan bisa diikuti
Universitas Sumatera Utara
dengan perdarahan pada daerah yang tadinya tersumbat aliran darahnya July, 2013.
Stroke ditandai dengan rasa baal atau kesemutan pada salah satu sisi tubuh, gangguan bicara, penglihatan, pusing, dan sampai kehilangan
keseimbangan. Penderita Hipertensi memiliki faktor risiko stroke empat hingga enam kali lipat dibandingkan orang yang tanpa Hipertensi dan sekitar 40 hingga
90 ternyata menderita Hipertensi sebelum terkena stroke Shadine, 2010.
2.4 Klasifikasi Stroke