Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia

45 komposisi yang seimbang yakni proporsi, keseimbangan, irama atau ritme, kesatuan, pusat perhatian, dan kontras. Tata letak yang sederhana dan mudah dipahami oleh siswa sekolah dasar akan sangat membantu siswa sekolah dasar dalam memahami materi dengan kajian pokok Berbagai Bnetuk Enrgi dan Penggunaanya.

7. Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia

Menurut Asri Budiningsih 2005: 58, teori belajar yang menguatkan multimedia pembelajaran adalah teori belajar yang menitik beratkan pada kemampuan awal siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan, yaitu teori belajar kontruktifistik. Kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam menkontruksikan pengetahuan baru. Dalam belajar kontruktivistik guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian belajar peserta didik menjadi lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang yelah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuanya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak dapat mengetahaui bahwa satu- satunya cara tepat adalah yang sama dan sesuai dengan kemampuanya. Konstruktivisme ini dilandasi pandangan Jean Piaget, Lev Semenovich Vigostsky, dan Jerome Bruner. Dalam perkembanganya menentukan adanya hubungan antara lingkungan kehidupan anak dengan karakteristik proses dan hasil belajar. Galserveld dalam Asri Budiningsih 2005: 57 mengemukakan bahwa dalam pandangan konstruktifistik siswa telah memiliki : 46 a. Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman b. Kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan dalam mengemukakan persamaan dan p erbedaan. c. Kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada yang lain Pandangan konstruktivistik yang dikutip dari Mulyasa dalam Dadan Djuanda 2006: 14 dalam kegitan belajar: a. Siswa harus aktif selama pembelajaran berlangsung; b. proses aktif ini adalah proses membuat sesuatu masuk akal, pembelajaran tidak terjadi melalui trasmisi tetapi melalui interprestasi; c. interprestasi selalu di pengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya; d. interprestasi juga dibantu oleh metode intruksi yang memungkinkan negosiasi pikiran bentuk pikiran melalui diskusi, tanya jawab, dan lain-lain; e. tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuri para siswa. Jadi kalau siswa tidak bertanya tidak bicara pada waktu diskusi, berarti siswa tidak belajar secara optimal; f. proses belajar mengajar tidak sekedar pengalihan pengetahuan, tapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan. Menurut pandangan kontruktifistik, lebih menekankan belajar sebagai upaya membangun konsep yang harus dilakukan sendiri siswa yang belajar. Tugas guru adalah menciptakan situasi konflik setelah siswa mengemukakan pendapatnya dan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksperimen, mengemukakan pendapatnya dan menerapkan pada situasi baru. Dalam pengembangan multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini, sejalan dengan prinsip pembelajaran konstruktifistik. Meultimedia yang interaktif dalam proses pembalajaran dapat membuat si belajar lebih mengingat materi yang dipelajari karena didalam multimedia tersebut akan dikombinasikan dengan berbagai unsur seperti, animasi, gambar, suara, dan video. Melalui 47 multimedia tersebut peserta didik dapat belajar secara aktif dan dapat belajar secara mandiri dengan arahan dan bimbingan dari guru. Penggunaan multimedia interaktif ini daharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam kegianta pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA. Penggunaan multimedia interaktif ini juga dapat mempermudah pendidik dalam mengajar.

8. Langkah-Langkah Pengembangan Multimedia